Skip to Content

Puisi Telah Sekarat

Foto sawato18

Seusai ku usap kening buku ini
aku semakin mengerti aroma jari-jari tanganmu
yang disanjung norma yang tercecer di syair-syair tua
kau menyambutku dengan rantai puisi
- akumu itu milikmu
sebagai penyambung inginmu 
di tengah-tengah kegaduhan muasal dan rajutan laknat

Syair-syair telah tergolek letih di pemantang kota
dan puisi-puisi terbaring di Rumah Sakit Kata
sebab jari-jari telah merenggut sepotong nyawa
kesaktian penyair

Di sini aku menilik jari-jari yang terberai
tercecer sebagai senjata paling ulung dimusim ini
dan puisi telah sekarat 
asyik dihina di media-media
tak ada nafas yang utuh
sebagai titipan pengembara raya
yang tersisa ialah pelukan dengkur yang sesekali diludahi
jadi bumbu pandang yang berair 
bagi ulung yang lalu-lalu

Mungkinkah tersiar lagi
atau lahir semburat fajar dalam puisi
perekam kisah yang carut kini
agar pengembara kencur terang jalannya
tak lagi kering benaknya
tak lagi oleng perahu yang ia kendarai nanti

Oh aku tak tahu
yang kupilin bukan jemalin yang lama
yang terkurung retorika keenakkan
tapi meniti jalan dan menyemai teratai
sepanjang samudera dan padang yang telah dikeruk
tak mau membunuh puisi


(Sleman, 07/02/2017)

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler