gemertak sepatu membahana di simpang jalan kota yang bising, mata memandang lemah sang kusuma yang tertatih di bawah terik yang mencekik,
aroma tubuhnya memancar dari pori-pori yang bergelut dengan nasib,
wajah pucat, mata yang nanar, berderai sekelumit penderitaan di sana….
Kaki terayun terbata, berjalan mengitari roda hidup yang dusta,
Hatinya hancur kenyataan telah berpaling darinya,
Impian hilang di dalam kecemasan, dunia berubah abstrak di pelupuk matanya.
Bimbang terpaut di sela langkahnya, gelap akal menanti pangeran berkuda pucat,
Keadilan tidak berpihak padanya,
Malam yang senyap, di kotori mimpi yang tak pernah berubah,
Yaa’’ di mana lapangan kerjaku,
Mengapa aku terasing di NEGERI yang kaya ini,
Hatiku masih menangis, karena suaraku di bungkam,
Lihat mereka yang ada di istana, bergumul dengan nafsu menutup pagar dan telinga, hingga sampai aku terbangun di akhirat…..
Komentar
Tulis komentar baru