Skip to Content

puisi by beni guntarman

Menarilah Sepuasmu

Wahai badut-badut penari topeng

Menarilah sepuasmu, lampiaskan nafsumu

Menarilah dalam alunan suara gendangmu

Menarilah engkau hingga kehabisan malammu

 

KACA MATA KUDA

Dengan mengenakan kacamata kuda

Kau hanya memandang lurus ke depan

Memandang jalan keinginanmu

 

Ketika kau rasakan ketidak-adilan 

MAKNA MERDEKA

Merdeka!

Kita sudah tak dijajah oleh Belanda dan Jepang

Kita sudah tak dijajah oleh bangsa mana pun

 

Merdeka!

Engkau Yang Terlindas Oleh Waktu

Telah merdeka engkau

sejak tujuh dasawarsa yang silam

banyak musim telah silih berganti

ratusan purnama telah terlampaui

 

Bagai Buah Yang Jatuh

Ketika gravitasi bumi menarikmu jatuh

dari pohon yang sangat tinggi

hal itu adalah hukum alam

 

Mungkin

karena tangkai tempat kau berpegang

WAHAI PRESIDENKU

Tak ada yang kupinta darimu

kecuali obati sepasang tanganku

 

tangan ini penuh luka, bernanah

terus-menerus mengeluarkan darah

 

 

RETAK

pecah kaca

retak seribu rupa

wajah buruk itu milik siapa

 

retak, kaca terbelah

wajah berbelah-belah

jiwa terpilah-pilah

 

WAKTU BERGULIR

Waktu bergulir

jejaknya bagai hamparan laut biru

detik-detiknya bagai rangkaian gelombang

ombaknya merubah segala apa yang dihempasnya

 

SUNSET

Matahari senja di ufuk barat

Cahaya merah jingga memenuhi langit

Aku tenggelam dalam keindahannya

 

Di dalam hatiku, di dalam hatimu

INSAN LAUTAN

Di kejauhan sana kulihat ia mengarungi lautan

laut yang birunya menghampar penuh gelora

gelombangnya garang, naik-turun tak henti

ia terus berlayar memintasi ombaknya

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler