Pertemuanku yang kedua
denganmu, cintaku bersemi kembali
tak terbagi
bersama letih dan sakit
Perjuanganku tak tergambar kanvas
Daun itu semakin menghijau
Dan angin tak membencinya
Semilir angin berhembus perih
Berharap dapat sau pada daun itu
Kutelan lara mentah-mentah
Kala aku melihat seraut wajah disela pintu asa
Laju khayalanku terhenti
Pada ironi kembang melati layu sebelum rekah
Ratusan menit lagi engkau 'kan pergi
Selaksa detik datang paksa menjemputmu
Dalam beberapa purnama engkau 'kan tiada dari pandanganku
Kau penuhi itu!
Kini engkau tengah jauh
Di batas hutan
Di seberang lautan
Pada titik-titik air mata kubentuk jalur kerinduan
Di atas mega-mega kulukis parasmu
Siapa aku?
Siapa dia?
Aku huruf-huruf menjadi kata, menjadi makna
Aku dikumpul-satukan, sesekali di buang
Dia perangkai kata, penikmat makna
Dewasa ini kata-kata tampaknya lesu
Patah-patah mencari makna tanpa tuju
Memaksa menjadi bait-bait dalam ragu
Seadanya aku jadikan puisi untukmu
Malam-malam aku mengumpulkan kata-kata
Kupetik di tiap tangkai-tangkai sunyi
Malam-malam aku susun bait-bait cinta
Kutulis pada dedaunan bergugur lirih
Mahligai Sang Pencipta masih megah berdiri ada
Kulihat di tiap sisinya tak berubah banyak
Interior dan eksteriornya pun masih sama seperti sedia kala
Ceritakanlah kepada pagi
Tentang mimpi dan kristal nestapa
Bicaralah kepada malam
Komentar Terbaru