Skip to Content

Sastra Papua

NYANYIAN LAMA MASIH BERGEMA

Tiada hari yang cerah
Hidup tetap di hiasi mendung hitam
Hari, bulan, tahun berganti
Menutupi wajah bumi manusia

Luka lama masih terasa di hati
Nyanyian lama masih berirama

JIWA PERUBAH

Angin malam tidak lagi dingin duniaku, duniamu atau dunia siapa saja yang hendak berpijak di tanah ini, seakan semakin pengap saja

JIKA

Jika melaut
Ingatlah daratan
Jika mengudara
Janganlah melupakan bumi
Jika berkelana di jagad raya
Ingatlah kembali ke alam mu
Jika memimpin rakyat
Layanilah dengan bijak

JAYAPURA

Bisinmu adalah nyanyian duka
Sepihmu adalah ratapan batin
Indahmu adalah penghianat jiwa

Hutan beton adalah pohon-pohon kapitalis
Ruas jalan adalah lapangan inperialis

JANGAN TELANJANGI DIRIMU

Kamu adalah manusia
Yang sedang terbuang dari ranjang mu
Tidak serta merta pada setapak kehidupan
Merabah kiri-kanan di rimba
Mencari keabadian namamu

Kamu manusia

HUJAN PELURU TAK BERMUSIM

Belantara bumiku, bumimu dan bumi kita
hujan peluru Menderas tanpa musim,
Hanya musiman datang mengkoyakan hati

Hujan tak bermusim
Musimnya mengetarkan jiwa-jiwa manusia

GEMPAR-GELORAKAN JIWA MUDAMU

Di bukit derita rakyat
Mereka berseru kepahitan hidup
Di lembah kebisuan kaum terbelenggu
Mereka bersuara menghibur derita

FIGUR

Dicari..!
Keteguhan roh mengengam barah
lumbung api menghaguskan bumi
yang berani mengangkat obor
di tenggah badai amukan tak henti ini
figur dari segala pemimpin

DERITA BISU

Ayah,
Sunyi...!
Kenapa kita hidup dalam kesunyian luka batin?

Ibu,
Dingin...!
Kenapa jiwa dan roh tak memerangi sengatan terik mentari penjajah?

Kaka,
Sakit..!

GENERASI CINTA BUKU

Tiada peradaban bercermin
di wajah negri berpacuh
hanya timur matahari bersinar
aku berawal berpandang cahaya
menyinari sejagat raya

Bibir tua bergetar sekian tahun

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler