Skip to Content

(semoga ini) puisi

Pencuri Sepi

Dan sepiku telah kau curi,

kuharap tidak akan kau kembalikan lagi,

hingga raga ini berselimut bumi.

Ibu

Ibu,

pada setiap lembaran uang pemberianmu,

terselip rasa takutku akan sesuatu,

aku takut tak bisa sepertimu,

kelak membantu suamiku menghidupi anak-anakku.

untuk satu kata

Ku sadari

Diriku telah lama mati

Kau tinggal pergi

 

Ku sendiri

Menikmati indah malam ini

Tanpa kau temani lagi

 

adalah mimpi

Kau kembali

Kasih

 

Apa bila ada

Bintang jatuh disana

Pastikan ku berharap

Pastikann ku berdoa

Untuk sebuah kata

jatuhkan embunku

Aku lupa tlah memegang cahaya,

Mengabaikan langit tenggelam dalam senja,

Kalut terbalut mendung abu abu,

Hingga bintang lahir disudut matanya,

Jatuh perlahan jauh dari cinta,

 

Inilah terlambat,

Dan inilah sesal,

bintang jatuh hilang,

dalam ketiadaan

 

Aku pun berkasih rembulan,

Pisau, Darah, dan Lelah

Tiga mantra setan yang terkadang kuulang-ulang Pisau, darah, lelah.

Barulah bisa dinamakan pisau bila dapat mengeluarkan gumpalan darah.

Dibalik Jendela Kaca

Ah, ternyata itu kamu.

Berdiri diantara rintiknya yang begitu aku sukai itu.

Sejenak aku terpaku.

Kuusap embun jendela kamarku.

Aku tertipu.

Puisi

Aku hanyalah benci,

yang tak ingin menngantungkan nasip pada seutas tali,

atau hanya sekedar membuat hati tersakiti.

Dan aku hanyalah rindu,

Sajakku Mulai Kacau

Denmas Asmarandhana

bergetaran pecah

seluruh isi kepalaku

kepalamu

lengan-lengan ingatan

lincah berkepak

 

Awang Uwung

dan tak akan pernah kembali lagi hari - hari yg tlah lalu..

aq belum mengerti apa yg aku cari..

dan aku tak tahu apa yg aku nanti..

Hening Cipta Dimulai!

Tanyalah tentang penjajahan, pada para babu perempuan,                  

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler