Skip to Content

MENUJU OLYMPUS

Foto izat gunawan

MENUJU OLYMPUS

ADEGAN 1: YUNANI (KAKI GUNUNG OLYMPUS)

 

MAKHLUK 1 :

Lihat, ia itu bukan sungguhan. Atau mungkin sudah mati. Kuburannya ada di cakrawala.

Oh,tidak ! kuburan itu tidak nyata. Dengar, langit dan laut tidak pernah benar-benar bertemu. Cakrawala adalah omong kosong! Paling tidak, belum ada yang pernah sampai kesana bukan ?

 

MAKHLUK MAKHLUK :

Zeus meminjamkan petir untuk tangan kananku.

Poseidon meletakkan trisulanya di tulang punggungku.

Dan Hades, ia melapisi tempurung kepalaku dengan helm baja dari dunia bawah.

 

MAKHLUK 1 :

Apollo dan orakelnya di delphi meramalkan ;

Akan datang seorang asing yang mengarungi laut serta langit sekaligus. Dia hendak menyerbu atlantis dan membawakan pembunuhan besar-besaran bagi Olympus. Bahkan, sekalipun Uranus di bebaskan,  tak pasti jika ia cukup tangguh bagi pelaut itu.

 

MAKHLUK MAKHLUK :

Mungkin Dia yang buta lebih menyukai kegelapan dan musim dingin ?

 

MAKHLUK 1 :

Dia yang buta? Hod?! Ini ulahnya? Oh, aku sudah menduga!! perbuatan orang-orang dari tanah utara keterlaluan. Memberikan bantuan terhadap seorang pelaut kejam?! Ini tidak bisa dibiarkan.

Hod, apakah tidak cukup tragedI pohon ara bagimu? Masih haruskah mengganggu tempat orang lain?

 

 

MAKHLUK MAKHLUK :

Aku hanya bilang mungkin

MAKHLUK 1 :

Anjing!! Aku akan mencarinya..

BLACK OUT

ADEGAN 2 : CINA (SAMUDERA)

 

MAKHLUK YANG BERSILA DI ATAS KARANG :

Para naga penunggu ombak cina. Mereka berbaris rapi dari barat laut ke timur laut. Dari laut selatan ke laut utara. Seperti biasa, mereka apel pagi.

Ao-chin! Selatan sedang bergelombang. Ao-jun! barat laut mendung sepanjang waktu. Ao-ping! Timur laut angin kencang. Ao-shun! Laut utara ada gejala gempa bumi.

Para naga penunggu ombak cina, bersiaplah dengan senjata dan kuda-kuda! Seorang perkasa dengan kapal megahnya tengah berlayar ke arah kalian. Dia hendak menikahi putri di negerimu. Aku menyarankan kalian menerimanya atau badai akan semakin kencang. Orang ini sedang frustasi, bukan tidak mungkin dia memerangimu dan menenggelamkan negeri ini ke dasar laut.

 

PARA NAGA :

Perang ?!!

 

MAKHLUK YANG BERSILA DI ATAS KARANG :

Awan hitam berlapis-lapis. Penghuni laut utara mengembangkan sayapnya. Berputar mengelilingi matahari. Menyembur-nyemburkan api di udara.

 

PARA NAGA :

Perang telah datang !!

 

MAKHLUK YANG BERSILA DI ATAS KARANG :

Laut ini tak mampu lagi menawarkan keluasan pada pelayaran-pelayaran dengan kapal megah. Ah, Dia menunggang kabut!

PARA NAGA :

Maju !!!

 

MAKHLUK YANG BERSILA DI ATAS KARANG :

Semua kabar tumbuh dengan mekar. Beritanya menjulang tinggi ke telinga para dewa di angkasa. Surga  gempar. Neraka bergetar.

 

 

PARA NAGA :

Aaaah!!!

 

MAKHLUK YANG BERSILA DI ATAS KARANG :

Seorang dewa dengan kepala elang, tanduk badak, ekor ular dan berbadan manusia terpelanting jauh-jauh. Berdiri lagi. Jatuh lagi….begitu seterusnya.

 

FEI-LIAN :

Ini kerja rodi. Ini lembur  yang keterlaluan. Angin di negeri ini semakin kacau saja. Hei, Feng-Huang, kabar apa sebenarnya yang dihembuskan angin-angin ini ?

 

MAKHLUK YANG BERSILA DI ATAS KARANG :

Burung phoenix itu terbang dengan cepat. Dia tak mendengar apa-apa. Mungkin Feng-Huang juga sedang lembur. Mengatur kabar burung

 

FENG-HUANG :

Bertelur. Menetas. Melayang. Bertelur. Menetas. Melayang. Bertelur. Menetas. Melayang di dalam air mata abadi. Bertelur. Menetas. Melayang di dalam air mata abadi. Bertelur. Menetas. Melayang di dalam air mata abadi. Mengerami telur-telur dari api. Menetaskan reruntuhan panas dari langit. Melayang di dalam. Melayang di atas. Melayang di kiri dan kanan. Melayang di antara pusara air mata abadi.

 

MAKHLUK YANG BERSILA DI ATAS KARANG :

Kabar-kabar itu telah membangun tangga yang menyeramkan menuju gerbang langit

 

PARA NAGA :

Munduuuur!!!

 

BLACK OUT.

ADEGAN 3 : (MESIR)

 

NIL :

Amun Ra yang agung, sungaimu ini tak lagi mengalirkan kesuburan bagi biji-bijian musim panas. Unta-unta dan domba menjadi kurus, buah-buah kurma di pohonnya menyusut karena mata air tak satupun yang menyembur.

Kami telah kehilangan cambuk gembalanya sang Osiris.

 

MAKHLUK DI TEPI NIL :

Orang-orang itu menunggang kuda-kuda yang tinggi dan cepat. Wajah mereka tidak dialiri darah. Pucat !

Aku menguping dari gerombolan budak yang istrinya diperkosa bahwa orang-orang itu membangun negerinya dari emas dan perak.

 

NIL :

Ra Amun-Ra, lontarkanlah duri-duri matahari ke bumi.

Ya Ra Amun-Ra, mereka harus bayar setiap butir pasir yang terinjak di negeri ini.

 

MAKHLUK DI TEPI NIL :

Orang-orang itu menulis maut pada setiap tempat yang di datangi. Meruntuhkan gua-gua dan mencuri kuburan para dewa.

 

 

NIL :

Ya Ra Amun-Ra !

Gurun kita merah !

 

MAKHLUK DI TEPI NIL :

Kepala burung ibis yang bertengger di atas tubuh dewa thoth telah di penggal darinya, lalu tempat suci itu namanya diganti seperti nama seorang penyihir

 

NIL :

Ya Ra Amun-Ra !

Gurun ini tengah sekarat. Keluarlah !

 

DURI-DURI MATAHARI :

Menengok ke arah  langit anak-anakku ! maka cahaya akan mengirimkan pemandangan laut pada tubuh sungai nilmu.

 

NIL DAN MAKHLUK DI TEPINYA :

Kapal ?

 

DURI-DURI MATAHARI :

Di dalamnya ada seseorang yang mengalahkan empat naga penunggu samudera. Aku sendiri yang mengunjungi mimpinya.

 

NIL DAN MAKHLUK DI TEPINYA :

Lalu ?

 

DURI-DURI MATAHARI :

Amun-Ra telah mengutus laki-laki dengan kepala buaya serta seekor singa betina, pemburu paling kejam di padang pasir, Sekhmet ! mereka akan mendatangi pelaut itu untuk kemudian berlayar bersama.

 

NIL DAN MAKHLUK DI TEPINYA :

Berlayar bersama ? lalu?

 

DURI-DURI MATAHARI :

Lalu biarkan sungai nil menuntun mereka ke muara. Ia akan mengejar para penyihir pucat itu untuk ditenggelamkan ke dasar lautan dan membawa kembali kuburan para dewa yang dirampas dari kita.

 

NIL DAN MAKHLUK DI TEPINYA :

Begitukah ?

 

DURI-DURI MATAHARI :

Demi Amun-Ra penguasa terik matahari. Ya, begitulah.

 

BLACK OUT.

ADEGAN 4 (ATLANTIS)

 

 

MAKHLUK PADA PILAR-PILAR HERAKLAS :

Lemparlah lebih banyak daging kuda-kuda itu ke laut. Bukankah “Dia Yang Berambut Gelap” telah menjadikan tanah kalian sebagai tanah terbaik di dunia serta mampu menampung pasukan dalam jumlah yang luar biasa besar

 

ANAK CUCU CLEITO :

Demi Evenor ! ayah dari moyang kita Cleito dan demi Sang Pengguncang Bumi yang menikahinya, minumlah lebih banyak anggur dari gelasmu karena sesungguhnya kemenangan dan kemegahan akan selalu menaungi pulau ini. Minumlah! Lalu berenang pada muntahmu sendiri!

PINUS KERAMAT :

Akhir-akhir ini pegasus terbang lebih rendah dan lumba-lumba meloncat terlalu tinggi. Seringkali mereka hampir bertabrakan di antara pilar-pilar itu. Atau mereka sedang membicarakan sesuatu ?

MAKHLUK PADA PILAR-PILAR HERAKLAS :

Bibir mereka memang bergerak, tapi aku tak bisa membacanya. Suaranya pun terlampau pelan. Hanya desis.

 

LUMBA-LUMBA :

Sampaikan pada Sang Ayah, kedua belah siripku telah basah oleh keringat dan darah yang menetes di angkasa. Awan-awan di atas sana telah mendidih. Sebentar lagi samudera kita juga akan menghadapi bencana.

 

PEGASUS :

Awan-awan mendidih telah memantulkan panas di atas laut !

Kirimkan berita ini lansung ke puncak !

 

MAKHLUK PADA PILAR-PILAR HERAKLAS :

Hei pinus tua, kemarikan pucukmu!

Sepertinya aku tahu apa itu.

Ya !

Aku tahu apa yang mereka bicarakan.

Oh..tidak!

Tanda itu !

Demi Poseidon ! ini tidak mungkin

 

PINUS KERAMAT :

Aku hanya mendengar laut yang tenang dan tak berubah-ubah. Apa yang kau bicarakan ? Tanda apa maksudmu ?

 

MAKHLUK  PADA PILAR-PILAR HERAKLAS :

Beberapa waktu yang lalu Zeus membuat petir-petir bersilangan di langit. Itu adalah tanda bahwa seluruh makhluk Olympus harus segera berkumpul. Heraklas mengajakku. Katanya ini bahaya nomor satu ! Ketika semuanya telah hadir dalam sidang, dengan suara lantang Apollo memberikan ramalan orakel dari kota Delphi :

“Akan datang seorang asing yang mengarungi laut serta langit sekaligus. Dia hendak menyerbu atlantis dan membawakan pembunuhan besar-besaran bagi Olympus. Bahkan, sekalipun Uranus di bebaskan,  tak pasti jika ia cukup tangguh bagi pelaut itu”.

 

PINUS KERAMAT :

Uranus ?! bahkan uranus?! Ini akan menjadi lebih berat dari perang melawan para titan maksudmu?! Tidak ! Tidak mungkin ! mana ada bencana yang lebih buruk dari titanomakhia itu. Para dewa kita berperang bertahun-tahun untuk merubuhkan dinasti Uranus dan mereka hampir kalah jika tak banyak pihak yang membantu atau sebagian Titan yang bersikap netral bahkan cenderung memihak Zeus. Oh, aku tak berani membayangkan jika datang bencana yang lebih gila dari itu.

 

MAKHLUK PADA PILAR-PILAR HERAKLAS :

Ini akan jauh lebih buruk dari mimpi paling buruk yang sanggup kita bayangkan.

 

PINUS KERAMAT :

Lalu apa rencana Zeus ?!

 

MAKHLUK PADA PILAR-PILAR HERAKLAS :

Semua makhluk di Olympus hanya punya satu rencana : “bertahan dan melawan sampai punah !”. Lumba-lumba tadi telah menyampaikan berita pada pegasus untuk dikirim langsung ke puncak Olympus. Pelaut ini pasti tiba di Atlantis dengan segera. Berilah tanda pada keturunan Cleito untuk bersiaga. Aku akan berdiri di gerbang semampuku.

 

PINUS KERAMAT :

Badai. Bulan tidak terbit malam ini. Mungkin dia takut cahayanya akan terpanggang pada hamparan laut yang bergejolak. Atau dia segan menerangi nasib buruk bangsa atlantis malam ini. Seekor camar pernah hinggap pada dahanku.  Sebelum terbang dia bilang :

 “jika suatu malam kau dapati langit dan laut sama gelapnya, itu berarti gempa bumi serta air bah akan tumpah di negeri ini. Hiruplah udara dalam-dalam karena mungkin saja itu adalah udara terakhir bagi Atlantis”.

Oh!

Inilah saatnya !

Inilah saat dimana akar terkuat akan lepas dari tanah yang dicengkramnya. Anak cucu Cleito selamatkanlah dirimu. Daratan ini akan karam.

 

ANAK CUCU CLEITO :

Lihat ! pilar-pilar itu bergetar hebat. Mereka retak. Apa yang harus kita lakukan ?

 

MAKHLUK PADA PILAR-PILAR HERAKLAS :

Hindari dermaga ! jangan ada yang kesana !  tutup gerbang kota !

 

PINUS KERAMAT :

Gelombang yang kencang telah mencabik akarku.

Gelombang yang kencang telah mendamparkan bencana itu di depanmu.

 

ANAK CUCU CLEITO :

Sebuah kapal asing tiba di dermaga. Kita di serang !

Kumpulkan orang-orang dan senjata !

Perhatian ! kirimkan tanda perang dan bencana pada poseidon. Sekali lagi ! bawa semua orang dan senjata ke dermaga. Kita hancurkan kapal itu. Maju !

 

MAKHLUK PADA PILAR-PILAR HERAKLAS :

O, Ksatria Yang Menjadikan Dunia Aman Bagi Manusia, tolonglah bangsa Sang Pengguncang Bumi ini. Mereka tengah berlarian menuju kehancurannya sendiri !.

 

 

BLACK OUT

ADEGAN 5 

DIALOG 3 DEWA . YUNANI (PUNCAK OLYMPUS)

 

 

POSEIDON :

Tidak seharusnya aku di sini sementara pelaut jahanam itu menghancurkan pulau yang ku buat dengan tanganku sendiri

 

HADES :

Begitulah seharusnya. Langit sudah mengatur semua. Tidak perlu repot.

 

POSEIDON :

Berjuang bersama orang-orang yang menyembahku dengan tulus bukanlah sesuatu yang merepotkan Hades.

 

ZEUS :

Ingatkah kalian ketika keberuntungan menuntun kita pada perang melawan para titan ? aneh. Aku tidak merasakan hal serupa saat ini. Siapa pelaut itu sebenarnya ?!

 

HADES :

Kita memang harus beku dari segala macam pikiran karena begitulah langit mengaturnya.

 

POSEIDON :

Dan langit menginginkan kita untuk kalah?

 

 

 

 

HADES :

Ketahuilah, Samudera luas yang diberikan padamu. Olympus dan petir yang diserahkan untuk adik kita ini serta dunia bawah yang menjadi bagianku kau pikir semata mata keinginan zeus? Langit jugalah yang memutuskannya. Maka jika saat ini langit menginginkan kita untuk berpisah dari itu semua, apa yang salah ?!

 

POSEIDON :

Yang salah adalah tidak mempertahankan pemberian langit itu sendiri. Merupakan tanggung  jawab besar untuk menjaga keseimbangan karunia karunia itu bukan?

 

HADES :

Kita telah melihat ramalann yang disampaikan Apollo. Bahkan Kronus tak cukup tangguh bagi pelaut itu. Janganlah membuat dirimu sebagai karang. Ini bukan bentuk keseimbangan.

 

POSEIDON :

Kita mengalahkan Kronus saudaraku. Jangan pernah lupa soal itu !!

 

ZEUS :

Tidak poseidon ! kita tidak pernah mengalahkan Kronus. Dia bukan tandingan para Olympian. Kronus kalah oleh sumpah Uranus. Atas nama Gaia uranus mengangkat sumpah kelak Kronus akan takluk oleh anak anak nya sendiri. Dan itulah kita. Memang kita ada untuk mengalahkan dia sebagaimana dia mengebiri kemaluan kakek kita Uranus.

 

HADES ;

Jelaslah bahwa langit mengatur karma itu

 

POSEIDON :

Cukup ! Biar kutunjukan pada kalian bagaimana membuat ombak yang tinggi dari dasar lautan lalu membuatnya menari diatas langit

 

 

HADES :

Jaga ucapanmu Poseidon

 

POSEIDON :

Sekarang lebih penting  menjaga apa yang diberikan langit pada kita untuk menyelamatkan harga kedewaan ini. Selamat tinggal

 

ZEUS :

Hades yang sunyi, sepertinya sesuatu telah digariskan juga untukku. Akhir akhir ini aku selalu bermimpi tentang seorang wanita yang pernah kuperistri di Dunia. Dia tinggal di sebuah pulau yang hanya punya dua musim. Kemarau dan hujan. Dalam mimpi mimpiku dia berkata bahwa anakku telah lahir.

 

HADES :

Dan ?

 

ZEUS :

Dan dia laki laki

 

HADES :

Ah, laki laki. Apa kau pikir

 

ZEUS :

Ya mungkin saja pelaut ini adalah anak laki laki itu

 

HADES :

Tapi kronus tak pernah bersumpah atas nama Gaia yang mengikat semuanya. Dia tak pernah mengatakan bahwa kalau Olympus akan direbut oleh anak laki lakimu sendiri.

 

ZEUS :

Dia datang tidak untuk merebut apa apa Hades. Dia hanya datang untukku. Bukankah langit mengatur karma karma tetap hadir untuk menjaga keseimbangan tata kosmos yang ada.

 

SUARA DI KAKI OLYMPUS :

Zeus, Poseidon dan yang lainnya telah telah dikalahkan. Selamatkan dirimu ! Pelaut sinting ini akan segera sampai ke puncak Olympus

 

ZEUS :

Sampaikan salamku padanya. Katakan aku juga merindukannya. Biarkan ia naik kemari.

 

HADES :

Apakah kau mau aku menemanimu atau ku tunggu pelaut itu di gerbang puncak ?

 

ZEUS :

Tak akan ada petir hari ini Hades. Akan kutemui siapa yang harus ditemui. Pulanglah ke Tartarus. Posidon dan yang lain telah menunggumu.

 

BLACK OUT

ADEGAN 6

YUNANI (LANGIT)

 

MAKHLUK 1 :

Ini tak ada hubungannya dengan Hod. Dia yang buta tetap gelap. Musim dingin menguasainya. Dia tak tahu apa apa.

 

MAKHLUK MAKHLUK

Zeus meminjamkan air matanya untuk mata kananku

 

MAKHLUK 1 :

Sudahlah, cakrawala memang benar benar omong kosong ! petir petir itu harus padam oleh tangannya sendiri bukan? Lalu dimana cakrawala  jika ayah para dewa dirundung  karma ? Luar biasa, tahukah kau bahwa pelaut itu anak laki laki Zeus yang menetes dari batang bambu pada sebuah pulau besar nan sunyi. Konon di sana hanya ada dua musim. Hujan dan Kemarau.

 

Palu – Sigi , Januari 2011 – okt 2012

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler