Skip to Content

Cinta, Jangan Buru-buru (Part 2)

Foto Boma Damar

“Hari bahagia, ku menyuntingmu
kusematkan cincin ini dijari manismu..
dan ikrar suci, lengkaplah sudah
kini kau menjadi milikku...”

“Denta, tolong bukakan pintunya, sepertinya ada tamu di depan!” tiba-tibasuara mamanya membuyarkan lagu yang  sedang ia gubah di ruang tengah rumahnya.
“Iya ma!” Denta segera melepas gitarnya dan bergegas untuk membukakan pintu ruang tamunya.

“Selamat sore.” Sapa seorang gadis yang berdiri dihapannya.
“Selamat sore juga.” Jawabnya sambil membelalakan matanya.
“Lho, Denta..” kata gadis tersebut yang ternyata adalah Yolanda.
“Hei kamu… kamu kan anak baru di kelas 2 itu kan?” kata Denta ragu-ragu.
“Iya, saya Yolanda.”
“Lho kok kamu bisa nyasar sampai kerumahku?” Tanyanya penasaran.
“Eh, anu..anu.. mamaku yang suruh aku kesini untuk membawakan ini buat mama kamu.” Jawab Yolanda sedikit gugup sambil menunjukan sesuatu  kepada Denta.
“Owh kirain kamu nyari’in aku ha ha ha..., well, ayo, silahkan masuk, biar aku panggilkan mamaku dulu.”

Lalu seorang wanita tengah baya muncul dari ruang tengah,
“Hei Yola ngoni dua so baku kenal dang ini.”
“Sore tante, Iyo, torang satu sekolah, mar kita nintau lei ternyata dia tante pe anak.” Jawab Yolanda sambil menyalami bu Suzan ibu Denta.
“Oh begitu dang, kong kebetulan ngana datang kesini noch, jadi so tau kalu Denta tante pe anak to.” Kata bu Suzan sambil melemparkan senyum manisnya.
“Iyo tante.” Jawab Yolanda singkat.
Sementara Denta tampak seperti sebuah arca yang sedang nongkrong disamping mamanya. Denta lahir dari pasangan suami istri dengan latar belakang suku yang berbeda. Papanya keturunan Jawa - Bali, dan mamanya asli Minahasa.

“Denta, mamanya Yolanda ini sahabat mama sewaktu SMA dulu, dan kebetulan akhirnya bisa kumpul lagi disini karena papanya Yola dipindah tugaskan disini sekitar lima bulan yang lalu.” Jelas mamanya.
Denta hanya mengangguk-angguk sambil sesekali tersenyum pada Yolanda, itu membuat Yolanda jadi grogi dan pengen cepet-cepet kabur dari rumah itu.

“Oya, ngomong-ngomong  mama ada batitip apa dank?”
Lalu Yolanda menyodorkan tas putih ditangannya kepada bu Suzan,
“Ini napa tante, mama ada bawa klapertart dari Manado.”
“ Wow enaknya, makaseh ne bilang pa mama, nanti besok jo tante pi pasiar kesana neh”
“Iyo tante sama-sama. Kalu begitu Yola bale ne tante soalnya mo ada beking tugas kelompok deng  tapetemang-temang, nanti jo ta pasiar ulang.”
“Oh iyo, belajar bae-bae ne and thanks for klapertartnya.” Jawab ibu Suzan sambil mengusap pundak Yolanda. Yolandapun mengangguk dan tersenyum dengan manis.

“Daaa tante…
Denta ,saya pamit..” kemudian ia berbalik dan meninggalkan rumah itu. 

“Daa..” jawab ibu Suzan sambil melambaikan tangannya, sementara Denta terus memandangi kepergian gadis tersebut hingga mobil yang dikendarai menghilang dari pandangannya. Tanpa ia sadari mamanya terus memandangi dia sambil tersenyum melihat tingkah anaknya.

"Hei Denta, kamu kok jadi kayak patung gitu!" tegur mamanya membuyarkan lamunannya.“ Hayo kamu lagi mikirin apa hayo?” goda mamanya.
“Ah mama ini bikin kaget aja, gak mikir apa-apa kok ma. Cuma gak nyangka aja kalau Yolanda itu anaknya teman mama” jawabnya sambil berlalu untuk menghindari interogasi lebih lanjut dari mamanya. Ibu Suzanpun tertawa kecil penuh makna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
_

Pada keesokan harinya di dalam kelas II B, kelas dimana Yolanda harus duduk selama enam sampai tujuh jam sehari untuk menggali ilmu tampak sangat hikmat dan tenang, lalu terdengar suara seorang guru yang sedang berbicara dengan murid-muridnya.
“Well, please give me your argument why smoking is really disadvantageous for student?” Kata ibu Siti guru mata pelajaran bahasa Inggrisyang hampir satu jam memberi materi pelajaran dan berkhotbah di depan kelas.
“Rudi answer please.” Sambungnya.
“Yes mam, because it endangers our health, mam.” Jawab Rudi.
“ Can you Explain your argument?” kata bu Siti kurang puas dengan jawaban Rudi.
“Yes mam, except it was many people get lethal disease because of that,  smoking can motivates us to embezzle money from our parents, and then smoking  will bring us to wrong friend. Many students who smoke usualy like skipping the class.” Jawab rudi mantap.
“Good Rudi, thank you.” Puji bu Siti sambil sambil memberikan applause. Lalu ia melirik pada Yolanda yang sedari tadi diperhatikannya melamun terus selama mata pelajaranya dimulai. Padahal biasanya dialah yang paling semangat dan sangat antusias saat jam mata pelajarannya.

“Yolanda, now you turn.”  Namun tampaknya Yolanda tidak merespon apa yang diperintahkan oleh gurunya.
“Yolanda!!!” kembali bu Siti memanggilnya dengan intonasi yang lebih tinggi.

“Hey Yola giliran kamu tuh ditanya sama bu guru!” kata Dwi padanya setengah berbisik sambil menyenggolnya.
“Apaan sih!!!” sontak ia menjawab karena ia terkejut dan baru tersadar dari lamunannya. Spontan saja terdengar tawa semua murid dikelas itu melihat tingkah Yolanda. Wajah putih Yolanda mendadak menjadi merah merona  karena menahan malu. Namu tiba-tiba..
”Teeeet… teeeeet…” bell sekolah berbunyi menandakan  mata pelajaran bu Siti telah berakhir.
“Duh selamat dech” gumamnya dalam hati, akhirnya ia diselamatkan oleh bell sekolah. Sementara Dwi hanya manggut-manggut sambil merapikan bukunya.

“Ayo kita kekantin!” ajak dwi.
“Iya Wi.” Iapun mengangkat pantatnya dari bangku lalu mengekor dibelakang Dwi. Dan sesampainya dikantin Putri dan Butet  tampaknya sudah lebih dulu menunggu mereka.“Tumben lama keluarnya?” Tanya Putri pada mereka.
“Iya Put, soalnya tadi accident di kelas.” Jawab Dwi sambil senyum-senyum.
 Lalu tampak Yolanda meremas-remas tangan Dwi sambil berbisik, “Please..jangan cerita!”
“Accident apaan?” Tanya Putri penasaran.
“Hmmm kasih tahu gak ya?” jawab Dwi nakal sambil menatap Yolanda dengan tatapan penuh kemenangan. Tampak Yolanda mengejap-ngejapkan matanya dengan wajah memelas.
“Ah gak penting kok Put, cuma ada yang kerasukan aja di kelas!” imbuhnya dengan senyum semakin melebar.

“Ayo pesan apa… pesan apa?” Yoalanda menyela pembicaraan mereka agar tidak berlanjut.“Hari ini aku yang traktir! Ayoo pesan aja.” Lanjutnya.
“Tumben kamu baik hati hari ini Yol, pasti mimpi buruk ya semalam?” Tanya Butet padanya sambil tertawa ringan. Belum sempat Yolanda menjawab, tiba-tiba sebuah tangan yang menyentuh bahunya dari belakang.

“Hai Yola” sapanya.

Yolanda menoleh kebelakang, sontak saja dia menjadi kaget  karena pemilik tangan dan suara itu adalah Denta, dan ia telah ada tepat dibelakangnya.
“ Hey, i,iya Denta.” Jawabnya tergagap, sementara Denta melangkah kesampingnya dan berkata;
“Nanti sore kamu ada dirumah? Mama memintaku untuk mengantarnya kerumahmu.”
“Owh iya, nanti… iya nanti sore aku… aku ada dirumah.”Jawabnya semakin gugup dan malu karena teman-temannya pada bengong ngeliatin mereka berdua.

“Eh teman-teman, ini Denta..eh maksudku mamanya Denta adalah temannya mamaku. Kami juga baru tahu kemarin kalau mereka be.” Ia berusaha menjelaskan.Melihat tingkah Yolanda yang canggung dihadapan teman-temannya membuat Denta tidak nyaman untuk berlama-lama ditempat itu. “Baiklah, kalau gitu aku pergi dulu.., sampai ketemu ntar sore ya.” Kata Denta, lalu melambaikan tangannya sambil tersenyum  dan akhirnya menghilang di balik pintu kantin.

Syuuuur,… seketika laju darah di dalam tubuh Yolanda serasamengalir semakin kencang, dari ubun-ubun sampai ketempat yang paling ujung pada jari-jari kakinya. Dia masih tidak percaya Denta telah datang menghampirinya. Suasana mendadak menjadi hening, para sahabatnya saling pandang satu sama lain, lalu seolah-olah dikomando mereka  bertigasama-sama memandang kearah Yola dengan tatapan yang dalam, penuh selidik.

“Kdubraaaks!!! Ha ha ha pantas aja terjadi accident di kelas tadi, benar kan kataku yang tempo hari itu. Kamu akan kerasukan dengan rohnya Denta!” akhirnya suara Dwi memecahkan kebisuan mereka,  dan suasana menjadi heboh kembali karena ketiga sahabatnya mulai sibuk menggodanya.Dan akhirnya Yolandapun jadi salah tingkah dan tersipu malu karena digodain terus oleh para sahabatnya tersebut. Pertemuanya dengan Denta dihari itu membuatnya merasakan ada yang anah pada dirinya ada sesuatu yang berbeda didalam dirinya, entah itu apa yang pasti sesuatu itu ingin sekali meloncat keluar ataupun meluap menembus batas ubun-ubunnya.

 

 

                                                                                                                          Bersambung..

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler