Skip to Content

Gelembung Sabun

Foto dwi s

Hehehehe.... Siapa yang tidak kenal permainan gelembung sabun.

Dulu, dimasa kanak-kanakku, aku sangat menggemari permainan ini meski sebagai ganjarannya seringkali aku harus menerima omelan dari ibundaku kala ia mendapati sabun cuci piring dirak penyimpanan dekat wastafel yang habis terlalu dini, lebih cepat dari yang biasanya. Sesuatu hal yang kupikir cukuplah pantas dan sebanding demi mendapatkan kesenangan saat memainkan permainan ini.

Saat aku meniupnya semakin besar, hatikupun turut bersorak saat gelembung sabun itu mulai menampilkan pesona dan keindahan yang dimilikinya, lewat guratan warna-warni pelangi yang membalur sekujur tubuh bulatnya. Sesuatu hal yang tanpa kusadari juga turut menggelembungkan tak hanya mimpi-mimpi, namun juga harapan dan cita-cita dimasa yang akan datang.

Tapi, aku tak boleh meniupnya terlalu besar karena nanti gelembung sabun itu bisa pecah sebelum ia mengudara. Setelah gelembung sabun itu kurasa telah cukup besar, akupun segera melepasnya keudara.

Hihihihi.. Kadang, aku terpaksa harus tergopoh-gopoh mengejarnya, dengan tak henti-hentinya mengibaskan kedua belah telapak tanganku disisi-sisi luarnya, untuk membantunya tetap mengudara.

Saat sang angin menuntun gelembung sabun itu semakin tinggi kearah langit, hatikupun kembali bersorak dan semakin percaya bahwa kelak segala harapan, mimpi-mimpi dan cita-cita yang kutitipkan kepadanya akan menemukan sendiri jawabannya, atau paling tidak menemui ujung batas terakhirnya.

Tatap matakupun turut berbinar penuh harap, seiring senyuman yang semakin mengembang sempurna. Lalu, tanpa disangka-sangka...

Pyaarrr..

Gelembung sabun itu pecah dengan sendirinya, pudar dan lenyap begitu saja tanpa meninggalkan sisa-sisa perwujudannya. Yang tertinggal hanya rasa pedih dimata, saat mata telanjangku harus menerimanya dengan segenap rasa kehilangan, sedih dan kecewa.

Sangat sakit pada awalnya, sebuah kejadian yang mungkin luar biasa, namun berangsur-angsur akan lebih bisa kuterima sebagai sebuah kejadian yang biasa-biasa saja.

Sebuah kejadian yang kemudian membuatku mengerti dan menyadari, untuk menjaga jarak pandang yang aman agar aku bisa menikmati segala keelokan dan keindahannya tanpa harus menerima segala rasa pedih itu. Sesuatu hal yang kemudian menanamkan sebuah kesimpulan diseantero ruang sadar dikepalaku untuk tidak berharap sesuatu secara berlebihan.

Namun demikian, meski aku tahu bahwa kelak gelembung-gelembung sabun itu akan pecah pada akhirnya, tetap saja ingin kuteriakkan...

'Ayo.. Ayo... Ditiup lagi donk gelembung sabunnya, agar semakin indah rona dunia, agar semakin banyak senyum yang mengembang karenanya. Tapi awas yah.. Jangan terlalu dekat saat menatapnya, dan jangan pula mencoba untuk menyentuhnya...

Hehehehe..

_ Seperti halnya keindahan dunia maya yang tiada layak untuk dipercaya sepenuhnya.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler