Skip to Content

Negeri 1001 Pagi

Foto adinya

Negeri 1001 Pagi

Adin Harmain

Obat tidurku adalah cerita. Aneh bukan? Yang lebih aneh yakni kenyataan bahwa orangtuaku hobi membacakan cerita pada jam tidur padahal kami berasal dari dunia dongeng 1001 pagi! Betapa tidak, udara yang kami hirup tiap pagi selalu sejuk dengan serpihan mentari lembut terjalin dengan angin sepoi membelai negeri ini, pagi yang damai dan ideal. Dulu, begitu cerita dibacakan mataku langsung pejam dan lelap, tanpa mimpi. Bangun pagi harinya, aku merasakan seribu kesegaran mengalir dalam tubuh, pagi yang penuh petualangan tak ku hiraukan sama sekali.

Aku tak rasa capek atau ngantuk saat waktu bergonta-ganti. Hanya ada satu cara: membacakan cerita pengantar tidur. Itulah yang dapat menghentikan segala “kegegeran” setiap hari.

Kegegeran, kata yang telah familiar di telinga. Banyak pelanggaran yang kulakukan di negeri dongeng 1001 pagi. Menimbun laut dengan pasir perak dalam sekejap, dengan pasir itu, segala sesuatu yang mencair akan mengeras. Baiklah; mengeras secara permanen. Akibatnya, para nelayan negeri dongeng akan kesulitan beraktifitas. Walaupun negeri dongeng, namun mereka juga butuh nafkah untuk keluarga. Terkadang mereka mencoba menghentikanku dengan jala ajaib di sebut Jala beacukai, tapi dengan mudah dapat kupentalkan, tenagaku lebih ajaib dari alat tersebut.

Aku hobi main layangan, tapi tidak dengan layangan biasa, aku suka sekali mencuri piring di rumah tetangga kami dan melayangkan piring-piring itu kearah manapun ku mau. Sangat menyenangkan. Bukan hanya itu, aku juga sering mengajak anak lain memanah matahari, kalau sudah begitu, para pengawal kerajaan akan memburu kami, karena matahari di tempat kami bila sudah di panah maka cahayanya satu persatu akan jatuh memenuhi istana yang berada tepat di bawah matahari, maka istanapun akan kacau dan konon banyak musibah akan menimpa.

Sungguh, suatu keadaan yang mengasyikkan. Teman-temanku akan kelelahan jika waktu mulai petang, sedang aku, masih saja berbuat keonaran di negeri ini. Masih saja melanjutkan permainan tak peduli dengan apa yang dikeluhkan orang atas kelakuanku. Semua dapat dimaklumi karena negeri yang halim ini menganggapku masih kecil. Keadaan berangsur reda saat umurku dewasa.

Membaca cerita tetap menjadi penawar kala ingin beristirahat. Beda nya, sekarang aku mengalami mimpi selama tidur. Saat awal usia pancaroba, begitu mereka menyebutnya, aku masih mendapat mimpi yang luar biasa, diguyur hujan uang dll. Begitu masa itu terlewati, mimpiku semakin pahit, kering.  Tentang negeri dongeng yang perlahan carut oleh alam tak bersahabat, tentang perempuan bertaring iblis yang suka menjamah warga di subuh hari. Terngeri mimpi manakala suatu nama yang menggemparkan negeri muncul, Korup, setiap yang mendengar akan terkena sejenis penyakit pikun, amnesia, tidak mengenal siapa-siapa lagi kecuali sesama kami yang terjangkit. Bisa lupa makan, lupa keluarga, lupa norma, kalau aku, mungkin akan lupa bahwa obat tidurku adalah cerita, bisa tak tidur seharian aku jika mengidap penyakit itu. Berlawanan dengan usia mudaku, saat ini badanku terasa pegal saat bangun pagi.

Segamang itu, maka ritualpun kupersiapkan menjelang tidur. Kulepas nyamuk sebanyak-banyaknya di kamar tidur, supaya kalau lagi puncaknya mimpi, aku langsung terbangun dikerubuti nyamuk.  Lama-kelamaan aku kena sindrom demam berdarah, kata tabib sakti aku bisa terdepak ke dunia nyata jika aku berlarut dalam sindrom DBD akut (tak mengerti apa yang ia bilang). Aku menurut saja apa katanya.

Sikap manut pada petuah tabib sakti meluntur. Bagiku, tak ada saktinya jikalau tabib selalu gagal mencari cara menghilangkan mimpi burukku. Cukuplah mimpi-mimpi menjadi yang indah dan bangun pagi akan terasa segar pula. Apa yang terjadi? Tabib itu menyerah, angkat tangan dengan masalah ini. Katanya konsekuensi berlaku seiring umurku bertumbuh.  Orangtuaku juga makin panik, mereka bahkan memberi ide sebaiknya aku tak usah tidur saja. Toh kalau pagi juga akan sama situasinya dengan badanku yang terasa lemas bagai tak tidur. Mendengus, kubuang mentah ide itu. Semakin asing saja aku ditengah masyarakatku yang memang sudah asing dari sono nya. Habis mau bagaimana lagi? Aku harus menemukan cara.

Kucoba jurus lain. Aku berusaha berpikir terbalik. Bagaimana kalau cerita yang selalu dibacakan untukku yang diganti? Sejenak bingung juga mau diganti sama apa, cerita seperti apa. Olala, dapat! Bilamana dulunya cerita indah, yang berakhir dengan kedamaian, terpecahnya persoalan, pulihnya suatu negara, sekarang ini aku bertekad mendengar cerita-cerita seram, yang berakhir dengan tragis, mengenaskan. Mulanya ayah-ibu enggan membacakannya untukku. Setelah kubujuk dengan sedikit memaksa, demi kebaikanku, apa salahnya dicoba?.

Manjur. Betapa bahagia kami, aku dan orangtuaku mendapati cara ini berhasil. Aku mulai mimpi enak lagi. Wow, memuaskan, mimpi yang selalu kudambakan; karamel, putri cantik, pekerjaan tetap. Yeah, silih berganti gambaran menakjubkan itu mewarnai tidur. Bertambah juga kekuatanku setelah bangun, aku lebih aktif, lebih aktif dari saat bocah.

Mimpi yang kontras kenyataan. Mengikuti setiap cerita yang dibacakan, aku mulai melakukan perbuatan buruk sekaligus keji. Mencuri, merampas, membunuh, semua dikontrol nafsu bawah sadar yang seakan membuat tenagaku berlipat.  Tak ada prajurit istana berani menyekapku, sekali kaki menerjang, para prajurit amblas ditelan bumi. Siapa menghalangi, akan merasakan akibat buruk.

Teror itu menyebabkan aku tenar ke negeri lain. Terkenal panggilanku si Korup. Nama itu, nama yang kudapatkan di mimpi kupatenkan menjadi namaku, benar-benar merupakan mimpi amat buruk. Menindas dan memburu menjadi pekerjaan tetap. Semirip profesi. Karena tak seorangpun berani melawan, maka aku pekerjakan mereka sebagai kacung. Pesuruh. Membajak negeri seberang, melayani, menggantikan orangtuaku membacakan cerita terburuk dari yang paling buruk pada jelang tidurku. Setiap pagi, akupun siap meneror orang. Serakah aku mau mengggapai segala dari mimpi. Kukuasai istana dan merombak total sistem di dalam. Otak jernihku bermetamorfosis menjadi kalap berbuah kekacauan. Menentang kebajikan, menciptakan era baru yang betul-betul  gelap. Aku, si Korup, merobah nama teritorial 1001 pagi menjadi sangat sesuai dengan naluri hitamku, negeri 1001malam!!. 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler