Skip to Content

Sebuah Refleksi ( 4 ) : Bulan Bernyanyi Hingga Terang Benderang

Foto Fahmi N Mustaqim

Aku mendengarmu, mendengar suaramu, mendengar hatimu, mendengar isi jiwamu, mendengarkan nafasmu, mendengar nanyianmu, mendengar detak jantungmu, mendengar irama pikiranmu.

Jalan ini berbatu, jalan ini di penuhi lubang, jalan ini penuh duri, jalan ini tak bertepi. Itu cahayamu, itu nyanyianmu, aku masih mendengarnya, aku masih merasakannya. Aku melangkah, berjalan, kemudian berlari, terus berlari, tak kutemukan dirimu, tak terlihat dirimu. Aku masih mendengarmu, aku masih bisa mencium aromamu. Kamu dimana?

Detak itu, alunan nada itu, genderang hati seseorang. Itu kamu, itulah dirimu berada. Walau masih tak tahu kamu dimana. Aku masih melangkah, masih berjalan, masih melewati batu-batu, masih melewati duri-duri, masih merasakan suaramu, dan masih merasakan aroma darah kakiku, merasakan sakit yang terasa karena duri. Aku akan menemukanmu…

 

Moon a singing, moon a dancing from my dream.

Jalan tak terlihat ujungnya, malam tak pernah pergi. Bulanpun datang, mengajak menyanyi dan aku pun mulai menari dalam nyanyian sambil kaki masih berjalan. Bulan bersenandung dengan indahnya, indah seperti cahayanya. Terimakasih bulan, kamu memberikan cahayamu sebagai penerangan jalanku. Jalan masih terlihat sangat panjang, teramat panjang. Tak kutemukan batasnya, tak kutemukan dimana penghujungnya. Masih merasakan desahan nafasmu, masih terdengar dengan jelas senandungmu. Mungkin aku masih bisa menemukanmu….

 

I’m tired, ill find you.

Bulan tetap menari di hatiku, bulan menyemangatiku tanpa henti. Aku tak boleh lelah, tak boleh letih. Tapi kaki mulai lemas, jiwaku semangat hanya badanku yang lelah, kasian ragaku. Jalan masih saja lurus, tetap saja tak terlihat dimana titik habisnya. Suaramu semakin jelas, suaramu semakin menandakan bahwa kau sudah dekat, bahwa aku telah berada semakin dekat dengan mu. Namun tak ada bayangan, tak terlihat sekecil apapun sosok yang menggambarkan bahwa aku telah dekat denganmu. Hanya suaramu yang terngiang jelas, dan aroma tubuhmu yang tercium amat semerbak. Jari jemari kakiku kian sakit, lututku memar, urat-uratku seperti putus…. Aku akan terus berjalan.. kemungkinan kecil aku masih bisa menemukanmu……

 

I lost you, I break. Missing for something

Tetap saja berjalan, tulangku mulai rapuh, jalan yang panjang tak menendakan akan segera bertemu batasnya. Pencarian yang sukar, semi getir aku mulai kehilangan semangat ku, bulan mulai redup, bulan pun mulai mengantuk. Suaramu masih sangat jelas, perasaanmu masih terasa kuat. Duri di jalan semakin banyak, jalan berlubang semakin bertambah.

Seketika aku terkejut melihat cahaya putih yang terkesiap diatas ku. Aku tak tahu apa itu kah kamu. Cahaya indah itu, cahaya yang begitu harum. Cahaya itu menghilang, cahaya itu pergi. Aku terpana.

Kakiku sudah terseok dalam berjalan. Lututku sudah tak tahan. Aku berhenti melangkah. Tak ingin sebenarnya aku berhenti. Apa daya betis, urat jari-jemari kakiku yang ingin berhenti, tak bisa kugerakan lagi. Bulan pun sudah pulas tertidur, suaramu menghilang, detak jantungmu tak terdengar, aromamu tak dapat kucium lagi. Jalan masih terlihat panjang, panjang yang membentang. Aku lelah, jiwa dan ragaku lelah.tak ada tanda-tanda aku dapat menemukanmu. Aku kini merasa sangat jauh darimu. Tak kudengar apapun tentang dirimu kini. Aku benar-benar kehilanganmu, kamu telah pergi, kamu sudah amat jauh, aku tak bisa mengejarmu lagi.. kini aku hanya berdiam diri di tengah jalan yang tak tau kemana arahnya. Aku tersesat mencarimu. I lost you…………..

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler