Skip to Content

Demonstrasi Luka

Foto Binoto H Balian

Demonstrasi Luka

Aku tak lagi hafal ayat-ayat doaku kemarin.
tersebab jerit bingar mereka
terus mengendus-endus
pada jejak huruf-huruf puisi
yang kusulam
dengan benang warna segala luka
di bait-baitnya:
tulang kering mereka meradang
nyaris seretas daun waru
yang rapuh diremas-remasi terik
aku cuma ingat
seperti apa
cara mereka mengaminkan air mata.
mereka:
yang terjungkal ke ladang-ladang
yang dikecambahi dedebu,
serta bau pesing angin
yang merembes ke bantal-bantal lapuk:
yang sembab
oleh basah yang sumbernya bukan dari langit:
tetapi
oleh bola mata mereka yang berpecahan
menangisi puisi-puisi sawah
yang terlalu lama terbakar
bersama jasad-jasad belukar
di sebuah sudut halaman,
cekikikan bocah berkerumun,
mentertawakan gelinjang seekor cacing kepanasan
saat kutuntaskan akhir bait puisi tentang
sekeping mimpi:
yang layu dan yang sekarat.
yang menetes,
dan yang menetas di cekungan bebatu air mata
aku tak tega melukis
muramnya reranting waru,
atau tentang lusuhnya alir sungai,
tak lancang menyaksikan
kumuhnya wajah langit, serta lautan
yang selalu memendam amarah,
bahkan gunung-gunung
yang tak henti-hentinya bersujud,
menyembah matahari
cukup.
hentikan.
sudahi berpuasa, pada puji-doa dan sedekah.
dan mari putuskan: menikahi surga!
hingga kelak, kita lahirkan lagi janin waktu
yang tak mampan kelak pada terik dan badai.

Topi Tao Toba, Mei 2010


Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler