Di sudut malam
Seputung rokok jadi'kan teman
ku cicipi pula rasa pahitnya kopi di secangkir gelas
Tak ada pemanis di sini
Kecuali teriak kodok dan nyanyian jangrik
Yang jadikan riuh dalam sandaran bulan
Tak terhitung gerak awan bersandingan bebintang
Lamun ini terdampar
Di pematang
Di injaknya rumput rumput basah oleh embun
Sehingga nampaklah jejak kaki yang mungil dan gontai
Berlarian bersama angin
Di terpanya bunga bunga jagung yang mulai menebarkan sarinya
Aku bermain dan belajar mengenali
Di sudut waktu yang berbeda
Jejak kaki itu tak mulai tumbuh
Di pijakinya krikil krikil tajam
Dan mulailah berlarian di antara debu jalanan
Terkadang terseok kehausan
Mana hujan
Teriaku dalam harapan
Walau ini tempat bermain aku mulai mengeri
Semakin hari jejak kaki ini tak tumbuh lagi
Malah makin kerut keriput
Lekaslah kemana langkah kaki
Di depan genangan lumpur siap sajikan cemas
Padahal jalan tak lekas temukan ujung
Kemana aku
Kemana aku
Geraku mulai ku perhitungkan
Kulihatnya kokoh pepohonan mengugurkan dedaunan di sepanjang jalan
Apakah aku jadinya lekas ini
Aku tersenyum
Ku mengerti
Tempat pecapaian bukanlah harapan
Kecuali detik kematian
Yang kita buru
Yang kita kejar dan perjuangkan
Di sudut malam di hela nafas sehabis hujan
Nyanyian nyanyian sumbang mulai membuatku sadar
Yang ku nalar diam. diam.
Cikampek,8 november 2014
mengenali ujung
- 537 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru