Dia perempuan berkerudung
Tubuh nya telanjang , membuka langit hitam
Beribu mata memandangnya
Kagum , hina akan dirinya
Matanya seperti mata burung kenuri
Suaranya lembut menggema di azan subuh
Waktunya tiba.
Lelaki pemangkai bangkai
Pergi meninggalkannya
Tapi,
Di kaca meja rias memandang
Peremuan menangis darah
Mengingat ....
Ayahnya bertani di sawah yang kering
Ibunya memasak nasi dari air beras
Ia meneteskan bulir bulir
Air mata tak berkeringat
Kerinduan akan sosok
Pelindung ....
Tapi
Daya memikat memecah batu batuan di gunung tandus
Menaiki di iringi awan panas tak bertua.
Perempuan ini berkalung asa membentang di gunung kering
Ia menyapa debu ...
Melihat emas di gunung yang tandus
Kini...
Ia kembali pulang
Ke hatinya penuh dendam
Membunuh asa ...
Melawan jaman dusta
Membiarkan masuk
Menjadi penikmat nafsu.
Komentar
Tulis komentar baru