Aku mungkin lupa
dimana kusimpan aroma hujan
yang kauberi padaku waktu itu
Juga warna mata dan rona senyummu
Renjana
Oleh Iyus Yusandi
senja kini
lembayungmu tak ronakan semburat jingga
Ada yang ingin disampaikan ombak
melalui gulungannya
sesuatu yang ingin ia ceritakan
bersama deburan
tapi, selalu tertahan di bibir pantai
PEREMPUAN JALANG, 1
Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala
senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan
Kemarin Malam
Handphone malam itu sangat sunyi.
Status habis, beranda sepi.
Dan jari-jarimu masih menunggu pesan.
Tubuh
(1)
Kau tumbuh di dalam tubuhku.
Letaknya di dalam hati.
(2)
Yang berbenih rasa,
Berakar cinta.
Mata
Hujan ialah suara gemericik air,
Yang terdengar jatuh dari matamu.
Matamu berkaca-kaca mendung,
Kuminta Semuanya
Kuminta seluruh burung untuk menyanyikan lagu cinta.
Lagu yang meramaikan suasana hati.
Hati yang sedang pedih,
Telah Tiada
Jam dinding di kamarku ikut-ikutan mati bersama cintamu.
Malam dan siang banyak waktu yang kosong.
Jadi tak sesibuk masih ada kamu.
Semua Tentangmu Ialah Cinta
Saat semuanya tentang cinta,
Terlahir dari bujuk rayu,
Aku ungkapkan perkenalan sebisa-bisanya.
Itukah Cintaku ?
Dalam diriku ada yang tumbuh secara alami.
Ia seperti bunga di musim kemarau,
Yang memaksa lahir.
Ia pohon rindang,
Kenangan Ngeri
Salahnya pada tahun ini adalah terlalu mencintai.
Kau pergi saat rindu semakin nyeri.
Bumbu Percintaan
Aku sebut saja hatimu adalah jembatan.
Yang sering kali dilintasi cinta manusia yang lain.
Telah Usai
Sampai bibirmu sulit menelan ludah.
Menahan suatu luka tancap pada hati.
Entah apa yang ditusuk.
Hatinya atau rasanya ?
Komentar Terbaru