Skip to Content

puisi by beni guntarman

BELAJAR MENGAJI PADA TAKDIR BUMI

Jika berdengung suling panjang pada pukul 6 pagi

aku bergegas mandi, kemudian berjalan menuju ke sekolah

setiap kali melewati puncak bukit itu aku selalu berhenti sejenak

GURU DAN SEKOLAHKU

Gedung tua itu telah muram diterpa zaman

Akan tetapi belum lepas dari sosok dirimu

 

Dari sekolah yang ku tempuh dahulu

PENGEMBARA OH PENGEMBARA

Kau seorang pengembara, hamba yang selalu mencari

hidupmu berjalan dari buaian hingga ke liang kubur

ada banyak arah jalan yang dapat kau tempuh

ALAM BERSENANDUNG: MURAI BATU MENATAPKU CURIGA

Di awal musim penghujan, suasana perkebunan sawit menghijau indah

rerumputan rebah di jalan setapak tampak mulai tumbuh berdiri

SANG PRESIDEN

Saat perubahan dan kebebasan terasa kehilangan arah

dan kita tidak melihat gelombang kemajuan di negri ini

kecuali kemandegan, kebusukan, dan kekacauan di sana-sini

GENDERANG PERANG

Genderang perang telah ditabuh

Penari topeng meliuk-liuk dengan lincahnya

Sang sutradara matanya awas memandang

Siapakah yang ikutan menari dalam iramanya?

SEINDAH MIMPI DI SIANG BOLONG

Kebijakan dan burung-burung berkicauan

Menabur kata-kata di sawah kita yang gersang

Pemimpin bermimpi rakyat akan panen raya musim depan

JALAN SETAPAK

di jalan setapak yang pernah kita tempuh

masih berbekas tapak jejaknya

PELUPA

Aku seorang pelupa

dan aku berusaha agar tidak mudah lupa

karena itu sering kubaca sejarah masa lalu kita

NYANYIAN GADIS PANTAI

O dara, kulihat cinta di matamu menjadi lautan

Gedebur ombaknya menggetarkan malam yang sunyi

Mengalun dalam ayun gelombang, berputar dalam hembusan angin

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler