Skip to Content

JEBAKAN KAKAP MERAH

Foto Beni Guntarman
files/user/2512/JEBAKAN_KAKAP_MERAH.jpg
JEBAKAN_KAKAP_MERAH.jpg

BAB. I

Bagian 1

17 Oktober 2015

Gugun Tamela adalah pesakitan terpidana seumur hidup, dulunya dia adalah bos kecil para preman pasar yang bertato drakula. Urusan pajak memajak itu dulu urusan dia. Semuanya dia tarik pajak , besaran angkanya  berdasarkan hitung-hitungan kalkulator 21 digit.  Hanya belasan pedagang yang semuanya berinisial A yang tidak boleh dihitungnya dengan kalkulator.  Untuk belasan pedagang itu dia hanya boleh menerima salam tempel tanpa disertai embel-embel.  

Para bos mafia serba A itu adalah para penanam saham terbesar atas pasar itu, jadi tidak boleh dipungut pajak secara resmi.  Gugun Tamela merasa punya hutang budi pada kelompok mafia Kakap Merah itu. Dia sering diancam sama bos-bos bandit berdasi itu, kalau dia berani coba-coba melawan anggota kelompok mafia maka urusan perioknya dijungkir balik untuk selama-lamanya.

Merasa kesal karena sering dicurangi dan dijadikan tumbal oleh kelompok mafia Kakap Merah yang membuatnya harus terus menerus mendekam di penjara, lalu Gugun Tamela kabur dari bilik penjara dan berniat balas dendam. Kaburnya tidak jauh-jauh, cuma jalan-jalan sejenak ke negri tetangga sekedar buat beli jam tangan dan selembar sempak lalu lari lagi menuju ke Garut guna menemui Eyang Super Habul buat belajar ilmu cecak dan ilmu rawa rontek.

 Cita-citanya sungguh mulia, sebelum membalas dendam dia ingin terlebih dahulu memecahkan rekor Kusni Kasdut yang selalu berhasil kabur lewat lubang kunci pintu penjara. Sungguh mantap hatinya, dia pun ingin tercatat sebagai pemegang rekor MURI sebagai seorang Napi pertama yang berhasil memegang emas di pucuk Monas dan meletakkan jam tangan dan sempak kebanggaannya itu di sana sebagai tanda bukti keberhasilannya telah berhasil menguasai ilmu cecak super habul. Dalam tempo yang sesingkat-singkatnya akhirnya Gugun Tamela berhasil menguasai ilmu cecak dan ilmu rawa rontek yang diajarkan Eyang Super Habul.

Malam itu Gugun Tamela baru saja pulang dari Garut dan langsung masuk ke bilik penjara tanpa diketahui oleh siapa pun. Ada dua orang Napi lain yang tinggal sekamar denganya, yakni: Anues Uranium dan Nickel Zengse. Melihat kedua temannya sudah tidur lalu Gugun Tamela pun langsung tidur. Pagi-pagi sekali Anues Uranium membangunkannya. “Hei kebo bangun loe, dari mane aje?” ujarnya sambil menendang tubuh Gugun. Dia yang dibangunkan itu tetap saja tidur ngorok. Nickel jadi terbangun dari tidurnya karena mendengar suara Anues.

“Busyeet…dasar cecak bunglon…kerja loe ngacir melulu! Hei bangun bangun!” ujar Nickel dengan suara sedikit keras. Akhirnya Gugun terbangun dan matanya terlihat merah. Kedua temannya kaget dan terbersit rasa takut.”Edaan ni orang kok tambah sakti gini” ujar Nickel.

“Sssstt…sini gue bilangin same loe berdua” ujar Gugun dengan pelan takut terdengar sipir. Anues dan Nickel mendekat dan duduk di sampingnya. Tiba-tiba plaak plaak…tangan Gugun melayang menempeleng kedua temannya. “Loe berdua dengar ape kate gue…loe jangan banyak bacot! Gue sekarang mau tidur sampe puas, jangan diganggu!”. Anues dan Nickel jadi meringis takut mendengar ocehan Gugun yang kini telah menjadi orang sakti dan berwibawa.

Begitu beduk Maghrib berbunyi Gugun bangun dari tidurnya dan berjalan ke luar dari selnya. Setelah tengok kiri-kanan tak ada orang yang melihatnya, sekali genjot tubuhnya melayang hingga keluar dari pagar terluar Lapas. Kini dia telah menjadi orang bebas kembali dan tengah berjalan menuju ke suatu rumah yang letaknya tidak begitu jauh dari Lapas tempat dia ditahan. Sesampainya di rumah dilihatnya tidak ada seorang pun. Istri dan anak-anaknya tidak ada di rumah sementara pintu tidak ada yang terkunci. Gugun merasa heran dan curiga jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan anak dan istrinya.

“Hei cekidot…cari istri dan anak-anakmu ya?” ujar lelaki itu memanggilnya dengan nada mengejek. Ada tiga orang lelaki yang tiba-tiba muncul dari dalam kamar. Tiba-tiba…duuk duuk duuk…tiga orang lelaki itu terkapar terkena tendengan Gugun. “Di mana mereka!?”tanyanya dengan nada marah sambil mencengkram kerah baju salah seorang dari tiga orang itu.

Laki-laki itu terlihat ketakutan. “Anu bos…anu…mereka sekarang sedang liburan ke Bali. Kami bertiga disuruh Kakap 1 menjaga rumah ini. Bos Kakap bilang kalau ada bos Gugun disuruh ke Jakarta, mau dikenalin sama seorang pejabat baru”. Gugun melepaskan cengkramannya dan menuju ke garasi. Dalam sekejap dia kini tengah menuju ke arah Jakarta.

Gugun merubah rencananya semula, kini dia memutuskan akan langsung bertemu dengan Kakap 1 The God Father Kakap Merah yang inisialnya A itu. Melalui hubungan telepon mereka janjian akan bertemu di sebuah restoran ikan baronang di Jakarta Selatan. Gugun datang lebih awal, dan kini dia tengah duduk seorang diri sambil menunggu pesanannya datang. Tiba-tiba datang menemuinya dua orang emak-emak matang manggis sambil tersenyum manis dan langsung duduk di hadapannya. “Mas Gugun ya?” tanya wanita yang berbaju hitam itu.

Gugun mengangguk sambil melirik ke wanita yang satunya lagi. “Mbak-mbak siapa?” tanyanya penasaran karena merasa tidak kenal.  “Begini Mas Gugun..” ujar wanita yang mengenakan baju coklat. “Kami mau menawari Mas Gugun sebuah villa mewah di Bali, letaknya dekat dengan villa milik mas Gugun. Harganya murah kok, bisa dinego pula”.

“Berapa?” tanya Gugun. “Cuma 250 kok” ujar wanita yang berbaju hitam. “Dua ratus lima puluh juta?” tanya Gugun. “Enggaklah…250 M!” jawab si baju hitam matang manggis itu.”Hohoho…tak kirain cuma J” ujar Gugun bergurau. “Bolehlah, tapi mesti tengok dulu” lanjutnya kemudian.

Tiba-tiba bermunculan puluhan polisi mengepung tempat itu. “Saudara Gugun anda kami tangkap. Angkat tangan!” perintah salah seorang polisi itu. Gugun mengangkat tangannya lalu diborgol.  Sebelum mengangkat tangannya ke atas Gugun melihat ada seorang yang mengambil fotonya bersama dua wanita itu dari arah samping. Ketika diliriknya ternyata The God Father Kakap Merah yang kembali berhasil menjebaknya! (BERSAMBUNG)

 

Bagian 2

17 Oktober 2015

Gugun Tamela tiba-tiba disergap polisi ketika dia tengah menanti kedatangan The God Father Mafia Kakap Merah di restoran ikan baronang. Ketika polisi itu datang menyergapnya, Gugun tengah duduk semeja dengan dua orang emak-emak manis matang manggis yang tiba-tiba datang menawarinya villa mewah di Bali.

Gugun digiring masuk ke dalam mobilnya dan salah seorang dari polisi itu yang menyetirnya.  Mobil melaju ke arah Bogor. Beberapa waktu kemudian memasuki sebuah villa mewah di Mega Mendung Bogor. Villa itu letaknya agak tersembunyi, jauh dari jalan raya. Gugun di persilakan turun oleh para polisi itu dan digiring masuk ke dalam villa, mereka menuju ke ruangan utama yang luas.

Dalam ruangan itu ternyata ramai, Gugun segera menyadari bahwa dia tengah berada di markas Mafia Kakap Merah. Para polisi itu ternyata aparat gadungan, anggota mafia yang menyamar sebagai polisi. The God Father berdiri di hadannya, dan selangkah ke belakang darinya berdiri pula 18 orang gembong mafia itu. Mereka itu biasa disebut Kakap 2 hingga Kakap 18. Dikelilingi oleh seratus anggota Mafia Kakap Merah tidak membuat surut nyalinya. Selagi rahasia The God Father itu masih berada di dalam genggamannya mereka tidak akan membunuhnya. “Hei tuyul…lepaskan borgolku!” ujarnya kepada The God Father yang berinisial A itu.

Salah seorang dari polisi gadungan itu segera mendekat hendak membuka borgol di tangan Gugun. “Hai cunguk…bukan kamu yang saya suruh!” ujarnya marah, kemudian matanya menatap ke The God Father. Bos mafia itu memenuhi keinginan Gugun dan melepaskan borgolnya. Plaak plaak…tiba-tiba pipi The God Father itu ditempeleng olehnya, melepaskan marah yang telah ditahan-tahannya sejak di restoran tadi. “Begini caramu menghargai persahabatan kita!?” ujar Gugun kepada The God Father.

“Bodoh! Kau cecunguk bodoh!” balasnya, sambil melepaskan bogem mentah ke wajah Gugun. “Wanita itu siapa, kau tahu? Mereka itu wartawan yang berbahaya. Kau mau wajahmu terpampang lagi di seluruh surat kabar?”

“Taik kucing! Wanita itu orangmu. Dasar tikus…kau selalu menjebak dan mempermainkanku!. Sebetulnya apa maumu!?” balas Gugun tak kalah kasarnya. Tiba-tiba seorang tergopoh-gopoh datang dan berbisik ke telinga The God Father. Seketika wajah bos mafia terlihat berubah, katanya kepada Gugun:”Fotomu di restoran tadi telah tersebar di internet. Mari kita bicarakan di dalam”. Gugun dan The God Father masuk ke dalam sebuah ruangan, hanya mereka berdua di dalamnya.

Tidak ada yang tahu apa yang tengah dibicarakan oleh kedua orang itu. Sejam kemudian Gugun keluar dari ruangan dan bergegas menuju ke mobilnya. Hari beranjak sore Gugun memacu kendaraannya menuju ke Bandung.  “Ada yang berkhianat. Siapa yang berkhianat?” tanya Gugun dalam hati. Beberapa informasi penting yang tadi disampaikan oleh The God Father sewaktu mereka berbicara berdua membuat Gugun Tamela berpikir bahwa ada perpecahan di dalam tubuh Mafia Kakap Merah.

Tengah malam Gugun kembali masuk ke dalam sel tahanannya.  Anues Uranium dan Nickel Zengse tengah asyik dengan lap topnya. Mereka tengah membaca berita di internet. Gugun mendekati keduanya. “Ada berita apa bro?” tanyanya ingin tahu.

“Lihat nih…ada artis papan atas sedang narsis di restoran!” ujar Anues. “Wow…cantiknye…dua bidadari bersayap belati.” sahut Nickel.  Gugun bergegas melihat foto itu…rupanya itu foto dirinya tadi ketika tengah duduk di restoran . Gugun beranjak dari tempat duduknya, buru-buru mengambil dan membuka Lap Top miliknya sendiri.

Gugun mencermati foto itu dan mengira-ngira sudut pengambilannya. Foto itu diambil dari arah sedikit di samping tubuhnya. Tidak sama dengan posisi berdiri The God Father ketika memotretnya. Gugun mengira-ngira siapa gerangan yang mengambil foto itu.  Dia menduga sepertinya itu posisi tempat Kakap 2 berdiri. “Oh…ternyata benar!” ujarnya dalam hati, teringat pada apa yang disampaikan The God Father tadi.

Gugun membuka akunnya di sebuah blog keroyokan dan memposting sebuah puisi: “Cekidot (Terpojok)! Kejamnya dunia nyata. Kejamnya dunia maya. Di manakah tempat tiada bermulut dan bermata. Tolong beritahu kepadaku bagaimana caranya!?”. Selesai memposting puisi itu Gugun berkemas tidur karena tubuhnya terasa sangat lelah. (Bersambung)  

Bagian 3

18 Oktober 2015

Pagi beranjak siang, Gugun Tamela terlihat asyik dengan Lap Topnya. Hari ini dia tidak berani jalan-jalan ke luar Lapas mengingat gencarnya pemberitaan tentang dirinya di internet. Hampir semua media mainstream memberitakan perihal foto itu. Gugun membaca berita-berita yang memuat wawancara dengan para pejabat perihal foto itu . Mereka sangat marah dan berjanji akan menindak lanjuti berita tersebut.

Tiba-tiba pintu sel kamar tahanan itu dibuka dari luar. Ternyata seorang sipir penjara yang datang. “Pak Gugun Tamela ikut saya ke kantor” ujarnya. Gugun mengikuti sipir itu menuju ke kantor. Di dalam ruang kantor itu telah menunggu beberapa orang sipir yang lain. “Pak Gugun apa betul itu foto bapak yang tengah ramai di internet?” tanya salah seorang dari mereka. “Benar pak, saya khilaf” jawabnya singkat.

“Bapak ceroboh! Kami telah banyak membantu bapak agar sedikit mendapat ruang kebebasan. Karena kelakuan tolol ini semuanya menjadi repot. Bapak akan diperiksa oleh tim dari pusat. Kalau ditanya nanti, tolong katakan bahwa bapak ke luar tahanan dalam rangka menghadiri sidang gugatan cerai dari istri muda bapak. Tolong katakan seperti itu agar semuanya bisa segera diredam. Bapak paham!?” ujarnya dengan nada tegas. Gugun mengangguk sembari berkata:”saya paham pak!”.

Kemudian sipir yang badannya kurus tinggi itu melanjutkan kata-katanya:”jangan lupa, transfer uang ke rekening saya seperti biasanya dan ditambah lagi 100 juta untuk membungkam tim pemeriksa itu”. Gugun mengangguk dan menyanggupi permintaan tambahan uang sebesar 100 juta. Sesampainya kembali ke kamar sel tahanan Gugun segera mentranfer uang melalui HP-nya ke nomor rekening biasanya. Gugun merasa sedikit tenang karena para sipir berjanji akan meredam kasus yang tengah dialaminya.

Tim pemeriksa itu datang dan tidak pernah langsung menemuinya. Seminggu kemudian tiba-tiba ada pemberitahuan agar segera berkemas-kemas. “Bapak akan dipindahkan ke Lapas Gunung Kemukus” ujar sipir itu dengan mimik sedih. Gugun hampir tak percaya dengan apa yang barusan saja didengarnya. Terbayang segera di benaknya bahwa dia akan jauh dari istri dan anak-anaknya.  Sempat terpikir di benaknya segera kabur dan bersembunyi di luar. Namun mengiugat anak-anaknya niat itu segera diurungkannya. “Biarlah” ujarnya dalam hati, “pasti ada cara dan celah untuk bisa bertemu mereka”.

Dengan pengawalan ketat Gugun Tamela dipindahkan ke Lapas Gunung Kemukus. Tempat itu ternyata tidaklah seangker yang digembar-gemborkan. Bangunannya baru, bertingkat dan besar. Halaman luar di sekeliling bangunan begitu luas tak ubahnya seperti sebuah bandara. Dipenuhi pagar berduri dan berlapis-lapis, terlihat banyak kamera di mana-mana. Gugun mengintip sekelilingnya dengan seksama. Dalam hatinya merasa yakin akan bisa tetap bebas keluyuran tanpa sepengetahuan para penjaga.

Kamar tahanannya jauh lebih luas ketimbang tempatnya semula di tahan.  Masing-masing kamar dihuni oleh seorang narapidana, dilengkapi kasur busa, peralatan mandi, dan tiap-tiap kamar masing-masing memiliki toiletnya sendiri. Tidak ada kamar mandi bersama! Tidak boleh ada peralatan memasak, tidak boleh ada peralatan elektronik seperti Handphone, televisi, kulkas, kipas angin, apa lagi AC.  Gugun mengintip-ngintip apakah ada colokan listrik di dalam atau luar sekitar kamarnya.  Terlihat ada satu lampu di langit-langit kamarnya, dan ada satu colokan listrik di dinding yang tak begitu jauh dari kamarnya. Dalam hatinya dia tersenyum dan berkata: “sebuah celah untuk berhubungan dengan dunia luar!”.

Selama sebulan ia berperi laku jinak, mematuhi aturan dan disiplin di tempatnya yang baru. Selama sebulan tidak ada yang mengunjunginya, termasuk pengacara yang sering mendampinginya dalam berbagai persidangan. Tidak ada kontak dengan istri dan anak-anaknya, tidak ada seorang pun yang berhubungan dengan dirinya kecuali seorang sipir yang sehari-hari mengantarkan makanan pada siang dan malam hari.

Kesunyian tak membuatnya jadi kebingungan. Gugun jadi rajin bersemedi dan mematangkan ajian ilmu cecak super habul dan ilmu rawa rontek yang dimilikinya. Dalam setiap semedinya Gugun terhubung dengan gurunya Eyang Sakti Super Habul. Suatu malam dilihatnya ada seekor belut putih kecil meliuk-liuk di dalam kamarnya. Gugun melihat keanehan padanya, dari mana datangnya? Dengan sigap ditangkapnya belut putih kecil itu dan langsung ditelannya. Beberapa saat kemudian Gugun tenggelam dalam semedinya. Hawa panas tak biasanya berputar-putar di bawah pusarnya, coba dikendalikannya dalam semedi dan hawa panas itu kini menjalari sekujur tubuhnya. Berkeringat sekujur tubuhnya, dan tiba-tiba dari dalam dirinya muncul gairah sex yang luar biasa dahsyatnya. Sampai pagi datang Gugun masih tenggelam dalam semedinya. Dalam keadaan setengah sadar Gugun bertemu dengan Eyang Gemblong penunggu Gunung Kemukus.

Kata Eyang Gemlong itu: “Cucuku selamat datang di wilayah kekuasaanku. Aku memberimu sebuah ajian belut putih untuk mengawal badanmu. Ilmu itu harus disempurnakan, engkau harus tidur dengan 40 orang perawan yang kinyis kinyis dan 40 orang janda matang manggis”. (Bersambung)

Bagian 4

19 Oktober 2015

Ketika tersadar Gugun termenung sesaat.  Beratnya persyaratan yang harus dijalaninya guna mematangkan ilmu belut putih. Gugun coba berhitung dan membayangkan seberapa sulitnya mencari 40 orang perawan kencur dan 40 orang janda separuh baya. Gugun merasa belum tahu seberapa ampuhnya ilmu belut putih,  dan dia berniat menanyakannya kepada Eyang Gemblung. Esok malamnya Gugun bersemedi lagi sambil memanggil Eyang Gemblung. Tak berapa lama yang dipanggil datang. Katanya: “ada apa cucuku?”

“Eyang apa manfaatnya ilmu belut putih?” ujar Gugun bertanya. “Ilmu itu dapat membuatmu kebal segala senjata. Kalau ilmu-ilmu kebal yang lain, si pemegang ilmu itu kalau dibenam di dalam air pastilah ketakutan, tidak bisa bernafas lalu modar. Ilmu belut putih kalau direndam ke dalam air ya tambah gagah.  Engkau bisa berjalan tanpa terlihat mata, dan cukup lobang sebesar lobang kunci engkau bisa keluar masuk suatu ruangan tertutup” jelas Eyang Gemblung.

“Tapi eyang susah amat syaratnya. Boleh minta ganti dengan syarat yang lain?” ujara Gugun. “Boleh. Engkau harus datang ke suatu tempat di sebelah Timur Gunung Kemukus ini. Datang dan temuilah Nyai Habul, jadilah budaknya pada malam purnama 3 hari mendatang. Bilang sama sipir penjara bahwa anumu sakit bengkak karena lupa pakai kondom sama si Minah beberapa waktu yang lalu.  Engkau akan diizinkan berada di luar penjara selama tiga hari. Selama tiga hari tiga malam itu jadilah kekasih Nyai Habul”.

Gugun terbangun dari semedinya. Tiba-tiba ada rasa nyeri di sela-sela selangkangannya. Ketika diintipnya ternyata anunya bengkak. Gugun menahan rasa sakit selama dua hari, sorenya Gugun lapor sama sipir bahwa dirinya sakit.  Dokter penjara segera datang dan memeriksanya, dokter itu menyarankan kepada sipir agar penyakit itu diobati di luar karena sangat berbahaya bagi kesehatannya. Seperti yang diramalkan oleh Eyang Gemblung ternyata Gugun mendapat izin berada di luar Lapas selama tiga hari tiga malam dan paling lambat tengah hari pada hari ke empat harus sudah berada kembali di dalam penjara.  Pihak Lapas menghubungi pengacaranya agar segera membawa Gugun berobat ke luar.

Pagi-pagi sekali seseorang yang mengaku sebagai pengacaranya datang menghadap pimpinan Lapas. Laki-laki itu tak lama kemudian diantar oleh sipir menuju ke sel kamar tahanan Gugun Tamela. Begitu melihat laki-laki yang tampil menyamar mirip seorang pengacara terkenal itu Gugun tersenyum geli. Namun dia harus menjaga rahasia itu, Gugun mengikuti saja perintah laki-laki itu agar mengikutinya ke luar ruangan kamar tahanan.

Selama masih berada di dalam lingkungan Lapas Gugun dan pengacaranya itu hanya bicara seperlunya. Hingga beberapa waktu kemudian ketika telah berada di jalan raya, tiba-tiba Gugun meledak ketawa. Katanya:”hai semprul…pandainya kau nyamar-nyamar jadi pengacara! “

The God Father jadi ikut-ikutan ketawa ngakak. “Kenapa kita tidak dikawal?” tanya Gugun. “Ah buat apa pula dikawal-kawal. Telah kupelajari siapa pemimpin Lapas di sana, rupanya dia penggemar batu akik. Sengaja kupakai cincin batu akik Bacan Doko yang sudah jadi, yang sudah tembus cahaya. Kupakai tiga di jariku agar dilihatnya. Aha rupanya kena pancinganku, kukasih dia satu yang paling bagus. Setelah itu apa kata kita dia manut saja…hahaha!”. (Bersambung)

Bagian 5

19 Oktober 2015

Berbekalkan Surat Keterangan dari Lapas yang mereka bawa The God Father yang tengah menyamar mirip seorang pengacara terkenal itu membawa Gugun Tamela berobat ke rumah sakit yang telah ditentukan. Mereka langsung menemui dokter yang dimaksud di dalam surat itu. Tanpa banyak halangan mereka berhasil bertemu dokter F.

Telah dipersiapan sebelumnya, di ruang pemeriksaan itu hanya ada 3 orang: Dokter F, The God Father, dan Gugun Tamela. Begitu pintu ruangan itu ditutup dari dalam The God Father berkata: “Dokter F ini orang kita, beliau baru dipindah-tugaskan dari Jakarta ke rumah sakit ini khusus untuk menjadi jembatan kita ke dalam Lapas” ujarnya menjelaskan kepada Gugun Tamela. Gugun maklum bagaimana hebatnya tangan The God Father bermain dalam mengatur banyak hal. Dokter F langsung memeriksa alat kelamin Gugun yang membengkak. Katanya: “Bukan penyakit kelamin, hanya bengkak karena digigit serangga”.

The God Father ketawa ngakak. Kepada mereka berdua Gugun tidak menceritakan perihal janjinya dengan makhluk gaib yang mengaku sebagai Eyang Gemblung. Katanya kemudian:” Saya perlu waktu menyendiri untuk menenangkan diri selama 3x24 jam di suatu tempat yang tidak banyak dikunjungi orang. Tolong pada pagi hari ke-4 jemput saya di sebelah timur Gunung Kemukus”. Dokter F dan The God Father mengangguk menyetujui permintaan Gugun Tamela.

Hari belum mencapai tengah hari, perjalanan ke timur Gunung Kemukus itu hanya setengah jam, masih banyak waktu yang tersisa sebelum mencapai sore hari. The God Father memberitahukan kepada Gugun bahwa ada tugas yang belum dikerjakannya selama dua bulan terakhir yakni, membaca laporan keuangan seluruh perusahaan yang berada dalam kendali Mafia Kakap Merah. Akhirnya mereka menuju ke sebuah rumah mewah milik salah seorang yang sangat dipercaya oleh The God Father.

Pengusaha yang bermata sipit itu langsung membawa mereka ke dalam suatu ruangan yang mirip sebuah kantor yang berada di dalam rumah. The God Father menyerahkan Lap Top, Handphone dan barang-barang lainnya milik Gugun Tamela yang sempat diamankan sebelum dia dipindahkan ke Lapas Gunung Kemukus. Beberapa waktu kemudian Gugun terlihat sibuk memelototi laporan keuangan yang tersaji secara on line lewat sebuah situs yang tersembunyi.

Gugun bukan hanya bisa membuka laporan itu secara on line, namun dia juga punya akses untuk mengotak-atik laporan keuangan itu guna kepentingan menentukan besaran pajak yang harus dibayar oleh induk perusahaan. Keahliannya dalam mengutak-atik laporan keuangan perusahaan yang menyebabkan dirinya terlibat dengan Mafia Kakap Merah. The God Father yang merupakan seorang pengusaha besar yang jarang muncul ke publik sangat tertarik pada keahlian Gugun sehingga dia harus terus menerus menjeratnya agar Gugun selalu dalam kendalinya.

Menjelang sore Gugun merampungkan pekerjaannya.  Laporan Keuangan sementara untuk Holding Company telah selesai disusunnya. Laporan itu langsung dicopy oleh The God Father. Kedua orang itu sejenak terlihat berbicara dalam bahasa sandi yang tidak dimengerti dokter F dan si pengusaha bermata sipit dengan inisial W itu. Sejam kemudian mereka bubar dan The God Father mengantar Gugun Tamela ke suatu tempat di sebelah timur Gunung Kemukus.

Sebelum turun Gugun mengambil Handphone dan Dompetnya di dalam tas di jok belakang mobil. Sesaat kemudian dia terlihat memasuki gerbang lokasi wisata itu. Celingak celinguk sesaat akhirnya dia berjalan mengikuti jalan tanah setapak menuju ke arah bukit. Ujung jalan setapak itu berakhir pada sebuah kedai kecil yang menjajakan minuman ringan. Gugun berhenti di sana dan memesan segelas kopi.

Penunggu kedai itu seorang wanita muda berkulit putih dan wajahnya terlihat terawat dengan baik. Senyum manisnya menyambut kedatangan Gugun Tamela. “Pesan apa mas?” sapanya dengan ramah. “Kopi hitam mbak” jawabnya sembari memperhatikan wajah wanita itu.  Berbalas pandang, wanita itu balas menatapnya sambil tersenyum genit. Gugun terus memperhatikan wanita itu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Naluri lelakinya menangkap sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh tubuh wanita itu.

Sesaat kemudian kopi pun siap dihidangkan, wanita itu mendekati Gugun dengan membawa segelas kopi. Ketika telah begitu dekat, badan mereka bersentuhan, didorongnya pinggulnya ke arah Gugun hingga menyentuh tangan. “Mari mas” ujarnya sembari membungkukkan badannya sehingga terlihat jelas sepasang gunung kembarnya. “Mbak yu, kalau malam purnama di sebelah mana biasanya yang ramai?”

“Oo mas mau punamaan di sini? Di sana mas, di bukit yang satu itu, di sana ada Nyai Habul” jawabnya sambil senyum-senyum. “Kalau ke sana biasanya tengah malam. Mas boleh duduk dulu santai-santai di sini sampai tengah malam”  uyar wanita itu. “Mbak yu namanya siapa?” tanya Gugun sambil senyum-senyum mesum. “Nama saya Wiwik mas” jawabnya, sambil menempelkan tubuhnya ke Gugun. Lelaki itu langsung merangkul pinggulnya sehingga Wiwik terduduk di pangkuannya. “Mbak sudah punya suami belum?” tanyanya dengan suara pelan. “Saya mah janda mas, janda kembang kesepian” jawab wanita itu.  

Keduanya terlihat sama-sama bergairah. Entah siapa yang lebih dahulu melangkah, tiba-tiba keduanya telah berada di dalam kamar dan melepaskan kejalangan nafsu birahi yang butuh tempat penyaluran. Keduanya tenggelam dalam malam, Purnama pun bersinar, keduanya masih terlibat dalam pergumulan nafsu birahi yang tak bertepian. Ombak luas yang tak henti mengalun, Gugun berenang di dalam lautan di mana banyak mayat lelaki tenggelam di dalamnya. Tak disadarinya bahwa dirinya telah menjadi budak nafsu Nyai Habul yang menyamar sebagai wanita cantik penunggu kedai.

Fajar menyingsing, embun malam berjatuhan. Gugun terkulai dalam pelukan makhluk halus jadi-jadian itu. Dalam keadaan setengah sadar tiba-tiba dilihatnya Eyang Sakti Super Habul berdiri di sudut kamar.  Tangannya langsung menjambak rambut Nyai Habul. Entah mantera apa yang dibacanya, tak lama kemudian tubuh wanita jadi-jadian itu berubah jadi nenek-nenek keriput dan sesaat kemudian tubuhnya mengecil sebesar tikus. Eyang Sakti Super Habul membungkusnya dengan sepotong kain hitam dan menyimpannya ke dalam tas yang dibawanya. Dikemasinya pakaian Gugun lalu dibawanya muridnya yang masih terkulai itu pergi menuju ke dalam hutan di sebelah barat Gunung Kemukus. (Bersambung)

Bagian 6

20 Oktober 2015

Gugun Tamela segera siuman. Tubuhnya masih terasa lemas. Eyang Sakti Super Habul memberinya obat ramuan campuran akar dan dedaunan, kemudian menyandarkan tubuhnya ke dinding pondok itu. “Cucuku telah terminum obat perangsang sahwat yang disuguhkan silmuan itu” ujarnya kepada Gugun.  “Cucu minum kopi itu kek,  sambil bercumbu dengannya, kemudian cucu tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya”

“Belut putih di tubuhmu sudah kakek buang, cucuku sudah ditipu oleh Eyang Gemblong, dia itu siluman yang sama dengan Nyai Habul” ujar gurunya. “Di mana kita sekarang kek?” tanya Gugun kepada gurunya. “Di pondok tempat kakek. Pondok ini rumah kakek yang kedua setelah di Garut. Tiap tiga bulan sekali selama seminggu kakek semedi di sini. Sebentar lagi kakek pulang ke Garut, selanjutnya cucuku mau ke mana?”

“Cucu sedang izin keluar dari Lapas kek” jawabnya. “Cucuku mesti berhati-hati, ada yang berencana buruk ingin mencelakan cucuku. Dia itu orang suruhan teman cucuku satu sel tempo hari”. Gugun Tamela terkejut tidak menyangka bahwa otak dibalik penyebab kepindahannya ke Lapas Gunung Kemukus adalah Anues Uranium dan Nickel Zengse. Sekarang dia mengerti bahwa Kakap 2 telah bekerja sama dengan musuh dalam selimut. Gugun Tamela berencana akan menghabisi Kakap 2 tanpa sepengetahuan The God Father dan kakap-kakap lainya. Dia berniat segela melakukannya, tanpa banyak berfikir Gugun berangkat ke Garut bersama gurunya lalu lanjut berangkat ke Jakarta.  Gugun mencari rental mobil, tidak terlalu sulit mencarinya, dan akhirnya berangkat ke Garut dengan mobil sewaan.

Belum tengah hari mereka telah sampai di Garut, dan kemudian dia lanjut ke Bandung.  Gugun menelpon seorang wanita simpanannya di Jakarta, mereka janjian akan bertemu di sebuah restoran di Jakarta Utara.  Wanita itu kenal dengan Kakap 2 karena mereka berasal dari partai politik yang sama.  Sekitar pukul 4 sore mereka telah bertemu di restoran itu. Tanpa banyak cerita Gugun meminta kekasih gelapnya itu agar merayu-rayu Kakap 2 melalui telepon dan mengajaknya janjian ketemu di hotel malam ini.

Wanita itu lebih dahulu masuk ke kamar hotel sebelum Kakap 2 datang menjumpainya.  Gugun memakai topi dan jaket agar tidak dikenali wajahnya,  kemudian datang masuk ke kamar yang sama.  Tak lama kemudian telepon si wanita berdering, dan kekasihnya itu memberi kode kepada Gugun bahwa tamu mereka telah datang. Gugun bersembunyi di kamar mandi ketika Kakap 2 masuk ke kamar. Secepat kilat dia keluar dan menghujamkan pisau sangkur ke punggung Kakap 2. Tiga kali tusukan langsung membuat laki-laki kerempeng itu tersungkur tanpa melihat siapa pelakunya. Sesaat kemudian Gugun menghabisi juga kekasih gelapnya dengan pisau yang sama. Setelah menghapus jejak dan bercak darah Gugun berjalan keluar kamar hotel itu dengan santai sambil matanya mengawasi letak kamera CCTV di sepanjang jalan yang dilaluinya. Sesampainya di parkiran mobil Gugun membawa mobil sewaannya kembali ke Gunung Kemukus. Agar tidak terlacak Gugun menelpon pemilik mobil itu agar mengambil mobilnya di suatu tempat dan Gugun mengawasinya dari kejauhan.

Siang hari ketiga, setelah melihat mobil yang tadi disewanya diambil oleh pemiliknya, Gugun singgah sejenak ke ATM dan kemudian jalan menuju ke sebuah Warnet. Gugun menghabiskan waktunya sampai sore di warnet dan  berhaha hihi di sebuah blog keroyokan. Berita pembuhan itu ada muncul di internet, namun belum begitu ramai,  hanya berupa berita-berita singkat.  Malamnya  Gugun menginap di sebuah hotel kecil, dan pagi-pagi sekali dia telah berangkat ke timur Gunung Kemukus, menunggu di depan gerbang kawasan wisata itu, menunggu dijemput The God Father dan dokter F.

Penjemput datang tak lama kemudia. The God Father menyuruhnya agar cepat naik ke atas mobil. “Kakap 2 tewas di bunuh semalam” ujarnya memberitahu Gugun.  “Teman wanitanya terluka parah.  Pelakunya belum terungkap. Masih susah diduga siapa pelakunya” lanjutnya. Gugun pura-pura kaget, katanya:” Kok bisa terbunuh, apa tidak ada pengawalnya?”

“Menurut para pengawalnya perginya seperti terburu-buru. Katanya sih ada acara partai” ujar The God Father. “Wanita itu siapa?” tanya dokter F. “Entahlah, mungkin selingkuhannya”. “Terus bagaimana sikap kawan-kawan kita dari kelompok Kakap Merah?” ujar Gugun, bertanya ke The God Father. “Kita cari tahu dulu siapa wanita itu. Lalu kita pelajari apa motif dari si pembunuh, balas dendam pribadi atau motifnya politik. Dia itu banyak musuhnya ketika duduk sebagai pengurus teras partai yang dulu pernah gonjang-ganjing oleh kasus korupsi”.

“Apa mungkin wanita itu masih bisa ditolong?” tanya dokter F. “Menurut informasi lehernya nyaris putus!” ujar The God Father. “Waw..sadis juga pembunuhnya. Jangan-jangan pembunuh berdarah dingin, susah di lacak!” ujar dokter F. Gugun pura-pura tidak mendengar komentar dokter F.

Tanpa terasa mereka telah berada di gerbang Lapas Gunung Kemukus. Tanpa banyak pertanyaan dari petugas penjaga,  gerbang segera dibuka. Selanjutnya Gugun diserahkan kembali ke Petugas Lapas.  Ketika tengah baring-baring di kasurnya, tiba-tiba Ka Lapas menjunguknya di dalam kamar tahanan.  “Pak Gugun sudah betul-betul sehat?”tanyanya.

“Sudah sehat, pak” jawab Gugun. “Syukurlah kalau begitu. Kalau ada keperluan apa-apa pak Gugun bisa langsung hubungi saya” ujarnya kemudian. “Kalau boleh saya mohon izin bisa berjemur matahari pagi setiap hari” Gugun mengajukan permohonannya. “Boleh boleh…tidak dilarang kok. Tapi tidak boleh jauh-jauh dari kamarnya ya!?” Gugun mengangguk dan gembira terlihat di wajahnya, karena telah berhasil mendapatkan sedikit kebebasan di dalam Lapas Gunung Kemukus. (Bersambung).

 

Bagian 7

20 Oktober 2015

Peristiwa terbunuhnya Kakap 2 menjadi berita besar. Banyak pihak menyorot tajam atas lambannya pihak Kepolisian mengungkap kasus itu.  Namun pihak Kepolisian tetap harus bekerja ekstra hati-hati karena titik terang tentangan motif dan pelakunya belum juga di dapatkan. Wanita yang ditemukan bersamanya di kamar hotel itu akhirnya meninggal beberapa hari kemudian. Banyak spekulasi yang beredar atas peristiwa itu, terutama dari teman-temannya separtai. Ada yang menduganya sebagai motif sakit hati karena mulutnya sering kali tajam berkata tentang siapa saja yang tidak disukainya, dan banyak juga yang menduga-duga ada kaitannya dengan perpecahan di dalam internal partai.

Mencuatnya berita bahwa wanita yang ditemukan bersamanya di dalam kamar hotel  itu adalah sesama anggota DPP Partai Badai semakin memperkeruh suasana internal partai. Amukan berbagai kasus korupsi yang menjerat kader-kadernya baru saja mereda, kini muncul gosip tak sedap soal perselingkuhan yang berujung maut. Para petinggi Partai Badai akhirnya berkumpul membahas tentang terbunuhnya dua kader mereka secar misterius. Lalu dibentuklah Tim Investigasi oleh internal partai guna menyelidiki kasus ini. Secara kebetulan yang terpilih sebagai ketua tim adalah Kakap 5, teman dekat Kakap 2 sejak lama. Mereka telah berteman jauh sebelum Partai Badai berdiri, bahkan Kakap 2 dan Kakap 5 termasuk deklarator berdirinya Partai Badai. Keseriusan Partai untuk mengungkap kasus ini akhirnya mulai melakukan penyelidikan  secara diam-diam terhadap seluruh kader utama partai.

Kakap 5 akhirnya datang menemui Anues Uranium dan Nickl Zengse di dalam penjara. Setelah berdiskusi cukup lama akhirnya muncullah kecurigaan dari Anues Uranium bahwa kasus ini mungkin ada hubungannya dengan orang-orang yang berada dibalik Gugun Tamela. Katanya: “Ini mungkin ada hubungannya dengan Gugun Tamela. Ada kelompok mafia di belakang dirinya. Terungkapnya foto yang menghebohkan itu berawal dari AS (Kakap 2) lalu tersebar ke berbagai media.”

“Dari mana Mas Anues tahu bahwa beredarnya foto yang menghebohkan itu berawal dari beliau?” tanya Kakap 5, menyembunyikan rasa kagetnya. “Karena saya dan Nickl yang memberitahu kepadanya, dan kemudian disusunlah sebuah rencana untuk menjebak Gugun Tamela serta sekaligus mempermalukan kementrian yang terkait. Kami sedang mengincar siapa saja tokoh yang berada di belakang penjahat yang licin itu, termasuk melacak di mana kiranya uang hasil karupsinya itu disembunyikan”

“Dengan siapa saja Mas Anues merencanakan ini? Apakah pak Ketum mengetahui?” tanya Kakap 5, penuh kehati-hatian. Di dalam hatinya terdapat sebuah kesimpulan bahwa Kakap 2 dibunuh karena diketahui sedang melakukan permainan yang sangat berbahaya.

“Di dalam penjara ini saya dan mas Nickl, di luas Mas AS (Kakap 2), dan Mas NK (Anggota Parlemen), dan Bu TS (Anggota Parlemen), dan juga Mas BN (Wartawan)” ujar Anues. Dia tidak tahu bahwa akibat kelancangannya itu membuat Kakap 5 geram ingin membunuhnya. “Apakah Pak Ketum mengetahui?” tanyanya sekali lagi. “Tidak! Beliau tidak peduli dengan kami yang telah berupaya ikut membangun partai namun akhirnya saya dan kawan-kawan jadi tersangka dan terpenjara karena informasi rahasia yang dibocorkan oleh orang-orang di belakang Gugun Tamela” ujar Anues dengan nada kesal bercampur marah.

Malam hari, di kantornya Kakap 5 memeriksa satu per satu laporan hasil penyelidikan yang sampai ke mejanya. Dari seluruh informasi yang masuk akhirnya Kakap 5 berkesimpulan sementara bahwa sahabat baiknya kemungkinan besar dibunuh oleh teman-temanya sesama Mafia Kakap Merah. Namun hasil dari pertemuan seluruh Kakap beberapa hari kemudian berkesimpulan bahwa Kakap 2 dibunuh atas dasar motif sakit hati. Lalu akhirnya dia mereka-reka dalam hati, “siapakah gerangan pelakunya”? Kakap 5 berkesimpulan bahwa pelakunya bukan salah satu dari Gembong Mafia Kakap Merah, namun otak atau pelakunya adalah orang sangat dekat dengan Mafia Kakap Merah.

Kakap 5 akhirnya mendatangi pihak Kepolisian guna mengetahui informasi perkembangan hasil penyelidikan. Dia diperlihatkan hasil remakan CCTV di hotel tempat kejadian. Di dalam rekaman itu terlihat ada seorang lelaki berumur sekitar 30 – 45 tahun,  memakai topi yang menutupi wajahnya dan mengenakan jaket dan sedikit terlihat kaos warna biru di dalamnya. Setelah diputar berulang kali Kakap 5 terkejut melihat sosok laki-laki itu sangat mirip dengan Gugun Tamela. Kepada pihak Kepolisian Kakap 5 tidak memberi tahu hasil penilaiannya. Kakap 5 memberitahu hasil temuannya itu kepada The God Father, dan mereka berdua sepakat akan menutup rapat hasil temuan tersebut sampai tiba waktunya. The God Father terheran-heran begitu cepatnya Gugun Tamela beraksi, dan mereka jadi waspada dengan kemampuannya yang luar biasa, kemampuan yang setara dengan reaksi cepat seorang anggota pasukan khusus.

Sebagai Ketua Tim Investigasi Kakap 5 harus mengambil keputusan dan menyampaikan kesimpulan hasil penyelidikan timnya.  The God Father menyarankan agar mengorbankan seorang yang diketahui punya hubungan dekat dengan wanita itu. Akhirnya ditemukan informasi  bahwa wanita itu memelihara seorang berondong, berinisial S yang terkenal sebagai bintang sinetron yang baru mengorbit. Lalu diaturlah skenario untuk menjerat S sebagai pelaku, dengan motif pembunuhan karena cemburu. Tidak terlalu sulit bagi Mafia Kakap Merah untuk mengatur itu semua. Beberapa bulan kemudian jatuhlah putusan pengadilan 18 tahun penjara bagi S, sebagai pelaku pembunuhan berencana. Kasus super heboh itu akhirnya reda.

Pagi itu Gugun Tamela tengah berolah raga di halaman rumput depan sel kamar tahanannya. Ka Lapas menghampiri dan menyapanya dengan ramah. “Selamat pagi pak Gugun” ujarnya ramah. “Pagi pak ketua” jawab Gugun. Ka Lapas kemudian melanjutkan inspeksinya ke seluruh blok-blok yang ada.

Suasana Lapas Gunung Kemukus mulai ramai, satu per satu kamar tahanan yang ada mulai terisi. Hampir semuanya narapidana kasus narkoba. Gugun mendengar informasi bahwa yang ditahan di Lapas ini semuanya gembong narkoba. Ada seorang gembong narkoba kelas kakap yang pernah dikenal oleh Gugun Tamela semasa dia bekerja sampingan, kerja sebagai konsultan keuangan. Dia mencari tahu apakah sahabatnya itu telah tertangkap ataukah masih bebas berkeliaran. Satu per satu diperhatikannya wajah-wajah narapidana yang baru masuk, tidak ada yang dikenalnya. Namun dia yakin diantara mereka pastilah ada kaki tangan atau teman dekat sahabatnya itu.(Bersambung)

Bagian 8

21 Oktober 2015

Menjelang sore hari dokter F datang ke Lapas Gunung Kemukus. Ada narapidana yang baru masuk pagi tadi mendadak sakit.  Dokter F memeriksanya, ternyata narapidana tersebut sedang sakau, pecandu berat sabu-sabu. Dokter F memberinya suntikan dan tak lama kemudian si narapidana tertidur pulas. Setelah itu dokter F memohon izin kepada sipir yang mengawalnya agar bisa mengecek kesehatan Gugun Tamela.  Sipir itu menunggu di luar, dokter F mulai memeriksa Gugun sambil mereka mengobrol pelan-pelan. “Dok, titip salam untuk TGF.  Sepi sekali di sini, kalau bisa dapat izin untuk menulis dan menyetel musik” ujar Gugun. “Ya nanti disampaikan. Blok A kamar nomor 9 itu sahabat Kakap Merah, tolong dimonitor. Kamar nomor 8 dan 10 dari gerbong lain” ujar dokter F menyampaikan pesan The God Father. Tak berapa lama kemudian beliau keluar dari kamar tahanan itu dan meninggalkan Lapas Gunung Kemukus.

Perlahan tapi pasti Mafia Kakap Merah mulai menancapkan kukunya ke Lapas Gunung Kemukus.  Beberapa tingkat pejabat di atas Ka Lapas telah berhasil mereka pegang, sehingga tidak berapa lama kemudian Gugun di pindah ke Blok D Kamar Nomor 10, letaknya paling ujung dekat dengan kantor dan rumah dinas sipir penjara. Kamar Nomor 9 ditempati oleh Malik, terpidana kasus narkoba yang pernah dikatakan doker F sebagai sahabat Kakap Merah. Meski bersebelahan mereka jarang terlihat mengobrol. Mereka ada pernah bertemu dua kali, hanya mengobrol sebentar saat di pagi hari. Ternyata Malik adalah kaki tangan salah satu gembong Mafia Kakap Merah. Gugun tidak menanyakan perihal sahabatnya KA. Gugun punya rencana tersendiri tentang keinginannya menjalin kontak dengan KA, gembong narkoba yang dikenalnya. Dia tidak ingin hal itu diketahui oleh Malik. Gugun berusaha menjaga jarak dengannya karena dia paham dengan strategi dan taktik Mafia Kakap Merah bahwa sesunguhnya dia sedang diawasi oleh Malik, dan dia pun disuruh mengawasi Malik.

Diam-diam Gugun mendapat izin lisan menyimpan Lap Top di dalam penjara. Izin lisannya Lap Top itu hanya sebagai peralatan untuk menulis dan mendengarkan lagu-lagu. Tidak ada izin menggunakan internet di dalam penjara. Namun berkat permainan The God Father akhirnya Gugun di pindahkan ke Blok D, lokasi yang paling ujung dekat dengan kantor dan rumah dinas para sipir penjara yang sudah pasti membutuhkan internet sebagai sarana komunikasi modern. Kamarnya masuk dalam jangkauan Wi Fi milik Lapas Gunung Kemukus. Hingga akhirnya Gugun pun bisa bebas berinternet ria siang dan malam di dalam kamar tahanannya, sebagai mana kebebasan dimiliki oleh sipir.

Gugun mulai berinternet kembali. Siang itu dia terlihat membuka akun facebook atas nama Sinta. Melalui akun itu dia mengirim pesan kepada salah seorang teman Sinta yang bernama Nina, bunyi pesanya: “Kicauan burung di kandang merindukan ulat di depan mata, burung bebas hinggaplah di pohon yang sama”. Akun yang dikriminya sedang tidak aktif, tanpa menunggu jawaban, akhirnya Gugun Tamela menutup akun facebook itu. Kemudian dia membuka akunnya di sebuah blog keroyokan. Perhatiannya tiba-tiba tertuju pada sebuah artikel yang berjudul “Penulis Sampah” yang diposting oleh salah seorang Blogger yang aktif di sana. Ketika di klik judul tulisan itu lalu muncullah foto dirinya bersama dua wanita di restoran tempo hari. Tulisan itu mengupas tentang pertemuan Riri dan Tuty dengan dirinya. Kini Gugun mengetahui wanita yang berbaju hitam itu bernama Riri dan temannya bernama Tuty. Tak disangkanya ternyata kedua wanita itu aktif di blok yang sama.

Tulisan itu isinya menyudutkan kedua wanita tersebut karena terpampang fotonya tengah berada di restoran ikan baronang bersama seorang koruptor, narapidana yang dihukum seumur hidup. Tulisan itu sama sekali tidak menyinggung keberadaannya dalam nama samaran Brad Pitt. Penulis artikel “Tulisan Sampah” itu tidak tahu bahwa laki-laki di dalam foto itu juga ada di blok yang sama. Iseng-iseng Gugun Tamela dengan nama samaran Brad Pitt di blog itu ikut memberikan komentar. Katanya: “Harus realistis, apa pun yang kalian simpulkan tentang pertemuan itu toh tidak banyak merubah keadaan. Sekarang koruptor itu sudah diisolasi di Lapas yang super ketat. Kenapa membully Riri dan Tuti yang katanya ketemu secara tidak sengaja, lalu dengan naluri beritanya coba memastikan wajah koruptor yang sangat terkenal itu? Dia yang mengambil dan menyebarkan foto itu siapa?”

Komentar yang bernada membela itu berhasil menarik perhatian kedua wanita yang dibela. Riri coba menghubungi pemilik akun atas nama Brad Pitt melalui Fitur Obrolan.

Bunyi pesannya: “Mas terima kasih ya sudah membelain kita. Saya sudah lama tahu siapa Mas Brad Pitt sesungguhnya. Syukurlah kalau sekarang sudah bisa on line lagi. Tetap saling berhubungan ya, villa yang tempo hari masih tak tunggu bagaimana kelanjutannya”

Ujar Gugun membalas pesan itu: “Kalau boleh tahu, dari siapa atau bagaimana mbak bisa mengetahui identitas saya? Mohon penjelasannya.”

Lalu jawab Riri: “ Saya ini tetanggamu lho di Bali. Mas Gugun kan teman suami saya. Hayo masak bisa lupa sama tetangga sendiri? Lagian saya menawarin Villa itu kepada Mas Gugun disuruh istrinya lho, sewaktu main ke rumah saya”.

Kini sadarlah Gugun bahwa dia telah salah duga karena omongan The God Father yang ngawur tempo hari, yang mencurigai kedua wanita itu sebagai wartawan yang dibayar oleh musuh-musuhnya. Selanjutnya mereka aktif saling berkomunikasi dan berbagi informasi lewat blog yang seru dan mengasyikan itu. (Bersambung)

Bagian 9

21 Oktober 2015

Malamnya Gugun kembali membuka Facebook, mengecek jawaban atas pesan yang ditulisnya tadi pagi. Nina ternyata telah membalasnya, bunyinya: “Berkicaulah dengan riang. Kukirimkan sekeranjang ulat menyambut nyanyianmu. Seperti biasanya, aku akan hinggap di pohon yang sama setiap hari. Bertemu di Angsana”.

Gugun membuka akun Facebooknya yang lain yang menggunakan nama samaran “ Rindang Angsana”.  Tak lama kemudian istrinya yang menggunakan nama samaran Nina itu berganti dengan akun facebook lain yang menggunakan nama samaran “Camelia”, dan menghubunginya. Terjalinlah komunikasi sepasang suami-istri itu, sang suami tengah berada di tempat jauh di dalam penjara, sedangkan sang istrinya di rumah bersama anak-anaknya. Sang istri sepertinya sedang menderita, tertekan batinnya, menghadapi coba demi cobaan yang harus ditanggungnya sendiri. Sementara sang suami terus-menerus berulah dan membuatnya sangat khawatir. Dalam pesan penutupnya sang istri menulis: “apalah arti penantianku bila batas waktunya tak pernah kuketahui, apalah arti kesetiaan dan kesebaran bila badai terus saja kau cari dan kau cipta, izinkan aku melangkah menuruti arah kaki melangkah,  beban dipunggungku terasa ringan karenanya, dan kami semua tetap menyayangimu.”   

Gugun terhenyak, merasa terpukul membaca pesan istrinya. Berhari-hari pesan itu mengganggu pikirannya. Merenung dan merenung, menyesal namun segalanya telah terjadi dan harus dihadapi. Terpukul hatinya ketika menyadari bahwa langkah-langkah hidupnya yang salah menyebabkan istri dan anak-anaknya menjadi terkorbankan. Dinding penjara bukanlah penghalang bagi keinginan bebasnya, namun status terhukum seumur hidup dan hukuman sosial yang diterima dirinya, anak-anak dan istrinya serta seluruh keluarganya, membuatnya merasa tidak akan pernah bisa bebas lagi untuk selama-lamanya. Jerat kelam kehidupan membuatnya terperangkap ke dalam rawa-rawa hitam, “adakah cara untuk bisa lepas dari ini semua?” tanyanya dalam hati.

Pagi itu Gugun Tamela terlihat agak pucat karena berhari-hari kurang tidur.  Kali ini dia berjalan sedikit lebih jauh dari lingkungan Blok kamar tahanannya. Dilihatnya seorang laki-laki tinggi tegap berambut gondrong sebahu sedang mengasah batu akik di tempat yang teduh dari sengatan matahari pagi. Daya ingatnya yang kuat segera mengenali laki-laki itu sebagai sahabat lama yang sedang dicarinya. Antara yakin dan tidak, Gugun mendekati laki-laki itu. “Pagi mas” ujar Gugun sambil memperhatikan batu yang sedang diasah oleh laki-laki itu.

Awalnya dia pura-pura tidak mendengar namun akhirnya menoleh juga. “Mas KA? Saya Gugun mas, tempohari mas pernah minta tolong sama saya menghitungkan laporan pajak perusahaan milik mas KA”

“Gugun Tamela yang sering bikin heboh penjara itu?” tanyanya, setengah percaya. “Betul itu saya, coba lihat nih tato drakula itu masih ada di badan saya” ujar Gugun sambil  menunjukkan tato di punggungnya. Tiba-tiba KA menuliskan sesuatu di tanah, bunyi tulisan itu: “Alamatmu”, setelah terbaca oleh Gugun lalu buru-buru dihapusnya. Kemudian Gugun pun melakukan hal yang sama, tulisnya: “Blok D.10” dan kemudian menghapusnya dengan tangan setelah dibaca KA. “Blok A.10” KA memberitahu nomor kamarnya. Tak lama kemudian mereka terlibat dalam obrolan serius.

Esok paginya mereka berjumpa lagi, Gugun memberikan foto dirinya kepada KA, dan langsung disimpannya ke dalam saku. “Bisa satu minggu?” tanyanya kepada KA. “Secepatnya kita cari kabar, kalau ada nanti saya kasih tahu” jawab laki-laki itu. Sebuah rencana disusun, tidak ada yang tahu apa yang ada di benaknya kecuali dirinya dan KA. Gerak-gerik mereka tidak ada yang mengawasi sehingga leluasa mereka mempersiapkan segala sesuatunya.   

Malam itu Gugun membuka emailnya,  memberitahu The God Father tentang laporan keuangan salah satu perusahaannya yang terbaca janggal. “Angka Perhitungan L/R sementara seharusnya tidak segitu. Banyak besaran angka pendapatan yang perlu diperiksa kembali karena tidak ada bukti-bukti penguatnya, juga ada biaya-biaya yang tidak dilengkapi dengan bukti-bukti pengeluaran sebagaimana yang disyaratkan”.

The God Father menjawabnya dengan singkat: “Thanks. Segera diperiksa”. Lalu Gugun mengirim lagi email. Katanya: “Ada kebijakan baru yang berkaitan dengan sektor keuangan dan perpajakan. Arahnya sudah ditebak, sebuah upaya menjerat dan memaksa para pengusaha dan korporasi yang tidak taat pajak. Irama musik harus dimainkan.”

“Sedang kita antisipasi. Situasi sedang tidak kondusif untuk melancarkan lobi-lobi. Komisi Anti Rasuah sedang bergerak senyap, beberapa Kakap merasa sedang disadap.  Hati-hati mereka sedang mengamati lumbung kita di pabrik uang yang tengah fluktuatif. Jangan dulu bertindah bodoh jalan-jalan mencari kopi hangat di luar rumah” balas The God father.

Sangat penting, bagaimana caranya bisa berobat sehari saja ke rumah sakit. Besok saya bilang ke sipir bahwa saya butuh doker kita. Please, pagi ke luar dan siangnya balik lagi.” ujar Gugun, setengah memaksa. “Ok. Dia akan datang ditemani oleh pengacaramu” jawab The God Father lewat emailnya.

Pagi itu Gugun saling pandang dari jauh dengan KA, dia mengacungkan jempol kirinya tanda rencana 1 mulai dijalankan. KA mengangguk dan tak lama kemudian terlihat dirinya tengah menelpon seseorang. Gugun masuk ke kamar dan baring-baring di atas kasurnya. Sekitar jam 9 pagi Ka Lapas beserta 3 orang sipir bawahannya mengontrol Blok per Blok. Setibanya di kamar Gugun, para petugas itu masuk dan melihat si narapidana sedang terbaring. “Kok tidur jam segini Pak Gugun?” tanya salah seorang sipr itu.

“Kurang sehat badan, jantung saya berdebar-debar sejak semalam” ujarnya. Para sipir melihat wajahnya yang sedikit pucat dan terlihat berkeringat dingin merasa sedikit khawatir. “Hubungi dokter secepatnya, buatkan izin keluar sehari untuk cek jantung ke rumah sakit” perintah Ka Lapas. Dia telah mengetahui perihal sakitnya Gugun karena semalam telah dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai pengacaranya. Sejam kemudian dokter F datang dan memeriksa Gugun, lalu kemudian membawanya ke luar Lapas menuju ke rumah sakit.

Setibanya di halaman parkir rumah sakit Gugun berhenti sejenak, menarik nafas panjang-panjang seakan dia ingin melepaskan rasa sesak di dadanya. Sekitar 5 menit dia berdiri di tempatnya dan melakukan pernafasan yang sama berulang-ulang. The God Father dan dokter F memperhatikannya sambil tertawa karena itu cuma akal-akalannya Gugun Tamela semata. Dengan sudut matanya dia melihat ada seseorang yang memperhatikan mereka dari jarak yang tidak begitu jauh, dan terlihat memotret mereka beberapa kali. Sejenak kemudian mereka terlihat berjalan menuju ke ruang dokter F, dan sejenak kemudian masuk ke dalam dan menanti datangnya dokter spesialis penyakit dalam. Gugun melihat laki-laki itu terus mengikuti mereka hingga ke dalam dan kemudian menghilang. Tidak sampai setengah hari akhirnya Gugun kembali ke kamar tahanannya.

Malamnya Gugun membuka berita-berita di internet. Tiba-tiba terlihat raut gembira di wajahnya ketika membaca sebuah berita eksklusif yang judulnya: “Gugun Tamela Terlihat Sedang Bersama Pengusaha A di Halaman Rumah Sakit”.  Gugun segera menghubungi KA lewat Facebooknya, dan malam itu mereka chatting hingga pagi. (Bersambung)

Bagian 10

22 Oktober 2015

Beredarnya foto Gugun Tamela terlihat bersama pengusaha A di depan Rumah Sakit menjadi berita besar yang menghiasi berbagai media. Issue tak sedap pertama-tama berhembus ke arah Petugas Lapas Gunung Kemukus yang mengijinkan Gugun Tamela, koruptor terpidana seumur hidup, keluar Lapas tanpa pengawalan.  Angin panas itu hanya berhembus sejenak ke arah sana, karena sosok pengusaha A jauh lebih menarik untuk dibahas dan diberitakan.

Pengusaha A dibully di mana-mana. Dia terkenal sebagai pengusaha besar yang memiliki berbagai kasus, namun sejauh ini belum pernah tersentuh hukum.  Foto yang memperlihatkan keberadaannya yang tengah bersama Gugun Tamela di depan rumah sakit itu telah memperkuat issue-issue sebelumnya bahwa:  dialah yang berada di belakang bebasnya Gugun Tamela keluar-masuk penjara selama ini. “Ada hubungan apa antara pengusaha A dan Gugun Tamela?” demikianlah pertanyaan banyak pihak.

Aparat penegak hukum terkesan lamban dan takut untuk memeriksa pengusaha A yang telah diketahui banyak pihak tersangkut dalam kasus penyerobotan tanah negara yang berubah menjadi milik pribadi, kasus pembunuhan berencana terhadap seorang Hakim Agung, dan berbagai kasus lainnya yang merugikan negara. Dia seorang yang berpengaruh, mantan pengacara yang akhirnya terjun ke poltik dan dunia bisnis, seorang tokoh senior pada sebuah partai besar, dan dia adalah The God Father Mafia Kakap Merah yang mana keberadaan mafia ini belum banyak diketahui orang.

Sorotan berbagai media yang begitu tajam dan mulai mengganggu rasa nyaman kesehariannya, serta mengantisipasi hal-hal yang tak terduga ke depannya, akhirnya pengusaha A atau The God Father itu mengumpulkan seluruh gembong Mafia Kakap Merah  di suatu tempat di Bali. Sebuah pertemuan rahasia yang tak terbaca, padahal para gembong itu adalah orang-orang yang terkenal dalam dunia politik dari berbagai partai dan para pengusaha besar,  akhirnya membuat kesepakatan mengisi kekosongan kursi Kakap 2 yang telah tewas terbunuh itu, dan mereka sepakat mengangkat Gugun Tamela sebagai gembong Mafia Kakap Merah dengan sebutan Kakap 2.

Mengingat posisi The God Father yang disebut sebagai Kakap 1 kini tengah menjadi sorotan besar,  para gembong mafia itu juga sepakat mengangkat Kakap 2 atau Gugun Tamela sebagai The God Father bayangan, menjalankan tugas-tugas The God Father utama yang untuk sementara akan bersembunyi di suatu tempat di negara tetangga. Mengingat posisi penting yang kini diemban oleh Gugun Tamela maka para mafioso itu mengatur strategi pengamanan terhadap pemimpin baru mereka yang kini tengah berada di dalam penjara. Dengan berbagai cara akhirnya mereka menyusupkan banyak orang ke dalam penjara, dari mereka yang sengaja dijadikan narapidana hingga petugas Lapas yang baru.

Lapas Gunung Kemukus kini dikelilingi oleh orang-orang Mafia Kakap Merah. Kawasan sekitar Lapas Gunung Kemukus tiba-tiba berubah menjadi ramai. Area yang tadinya kebun kosong dan sawah itu kini bermunculan banyak banguan baru. Para gembong Mafia Kakap Merah yang semuanya kaya itu memborong tanah penduduk yang berada di sekitar Lapas Gunung Kemukus. Sebuah perubahan signifikan yang tak teramati dan sama sekali luput dari perhatian masyarakat sekitar. Seiring waktu semakin bebaslah Gugun Tamela keluar masuk penjara, dan banyak hari-harinya dihabiskan di luar penjara.

Di antara bangunan baru berupa ruko-ruko dan bangunan mewah itu ada suatu tempat yang dijaga ketat secara tidak kentara, tidak boleh sembarang orang mendekat ke tempat itu. Di sana hari-hari Gugun Tamela berada di luar penjara. Rumah mewah itu miliknya, dan tidak ada yang tahu siapa saja yang tinggal di dalamnya. Hubungannya dengan gembong narkoba KA semakin dekat akrab, bahkan kini bisnis Mafia Kakap Merah merambah ke bisnis narkoba, prostitusi, dan aneka macam bentuk perjudian. KA yang merasa terlindungi karena punya hubungan persahabatan yang erat dengan Gugun Tamela kini resmi telah menjadi anggota Mafia Kakap Merah. Kelompok mafia itu kini semakin besar dan kuat, dan sama sekali tidak terduga bahwa Lapas yang seharusnya menjadi tempat pembinaan mental para kriminal kelas berat itu kini berubah tak ubahnya markas mafia yang paling aman di dunia, markas bandit yang dijaga resmi dan dikelola oleh para abdi negara!

Gugun Tamela masih terus aktif di Blog keroyokan yang sejak lama diikutinya. Sama sekali tidak tercium bahwa pemilik akun atas nama Brad Pitt itu adalah seorang koruptor yang dihukum seumur hidup. Tulisannya biasa-biasa saja, tidak terlalu menonjol. Adalah KA yang dulunya punya hobi tulis-menulis, pernah dikenal sebagai penulis di masa mudanya, mengajukan idenya kepada Gugun Tamela agar akun itu dijadikan sebuah akun yang berpengaruh dan diminati oleh banyak orang.

KA coba menggunakan akun tersebut dan memposting beberapa tulisan dalam berbagai tema guna mengetahui reaksi pembaca.  Terbaca olehnya bahwa para Blogger di sana ternyata lebih meminati masalah-masalah politik, hiburan, dan tulisan-tulisan yang berbau sex karena berdasarkan data yang didapatnya ternyata 70% Blogger di sana adalah laki-laki. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan KA, akhirnya Gugun Tamela merubah gaya tulisannya agar bisa tampil lebih memikat dan lebih percaya diri. Lewat pertemuan di dunia maya yang terjalin setiap hari, hubungan Gugun Tamela dan Riri pun semakin akrab, bahkan tak segan-segan di dalam obrolannya mereka berbicara soal rahasia rumah tangga masing-masing. (Bersambung)

**********************************************

 

BAB.II

 

Bagian 11

23 Oktober 2015

Wanita yang ditemukan sekarat bersama mayat Kakap 2 di dalam kamar hotel itu bernama Dika. Mantan model yang terjun ke dunia bisnis dan politik itu mengawali perkenalannya dengan Gugun Tamela ketika mereka masih sama-sama menjadi mahasiswa di perguruan tinggi yang sama.  Mereka akhirnya berpacaran, awalnya Dika tidak begitu tertarik terhadap laki-laki yang tampangnya pas-pasan itu.  

Namun penampilannya sangat berbeda, meski tampangnya pas-pasan laki-laki itu berkantong tebal. Gugun mengaku tengah bekerja sambil kuliah.  Gugun kerap bercerita kepadanya tentang hubungannya dengan pengusaha A yang terkenal itu. “Dia yang membiayai aku kuliah, dia pula yang membantuku masuk bekerja di tempat itu” ujar Gugun, bercerita kepada Dika tentang hubungannya dengan pengusaha itu. Cerita itu dicacat Dika di dalam buku hariannya.

Meski akhirnya ditinggal menikah oleh Gugun, mereka tetap menjalin hubungan secara diam-diam, layaknya sepasang suami istri.  Banyak cerita tentang Gugun Tamela yang tercatat di buku harian Dika, buku harian itu diperlihatkan dan dititipkan Dika kepada kekasihnya S, seorang model dan bintang sinetron yang tengah naik daun,  beberapa bulan sebelum Dika terbunuh. “Tolong simpan buku penting ini, siapa tahu ada yang tiba-tiba membunuhku karena cemburu” ujarnya saat itu.

Dunia model yang memperkenalkan Dika, seorang mantan model dan wanita karir yang tampil selalu cantik, dengan pemuda S yang saat itu tengah duduk dibangku kuliah Fakultas Hukum Semester 6. Dika kecantol dengan pemuda S yang ganteng terkenal dan dikejar-kejar oleh banyak gadis itu. Dengan iming-iming uang dan sex akhirnya dia berhasil menjerat S sebagai laki-laki muda pemuas nafsunya. 

Dengan bermodalkan kecantikannya,  setelah diperkenalkan Gugun Tamela kepada Kakap 5 yang tengah getol merekrut kader-kader partai yang cantik dari kalangan selebriti, Dika akhirnya berkenalan dengan banyak tokoh penting di negri ini, dan akhirnya dia terjun ke politik dan mendapat kepercayaan sebagai anggota DPP Partai Badai.  Melalui aktivitasnya di Partai Badai Dika lalu mengenal Kakap 2 yang diketahuinya sebagai tokoh yang cukup berpengaruh di dalam partai.

Ketika ditangkap polisi, karena tertuduh sebagai pelaku tunggal kasus pembunuhan terhadap Dika dan Kakap 2 di sebuah kamar hotel, saat itu S tengan menjalani ujian semester. Tertangkapnya S sebagai pelaku tunggal menimbulkan banyak kecurigaan dikalangan teman-temannya sesama mahasiswa Fakultas Hukum. Ketika dia tengah berada di dalam penjara, tengah menjalani masa hukuman 18 tahun penjara,  satu per satu temannya datang menjenguknya di penjara. Kepada teman-temannya dia mengakui punya hubungan dengan Dika namun secara tegas S mengatakan bahwa dia tidak membunuh, hanya menjadi korban untuk menutup-nutupi kegagalan pihak kepolisian dalam mengungkap pelaku pembunuh yang sesungguhnya.

Atas dorongan teman-temannya akhirnya pemuda S tergerak menyelidiki siapa sesungguhnya yang berada dibalik kasus yang mengorbankan dirinya. Berbagai kliping berita tentang tokoh-tokoh yang tercantum namanya di dalam buku harian Dika yang ada di tangannya akhirnya terkumpul. Teman-temannya mencarikan data apa saja yang dibutuhkannya guna menyelidiki kasus itu dari dalam penjara. 

Berbulan-bulan data-data itu dipelajarinya, termasuk berita-berita yang menghebohkan tentang foto Gugun Tamela yang tengah terlihat bersama pengusaha di halaman parkir sebuah rumah sakit. Pemuda S itu mulai menemukan hubungan benang merah antara Dika, Gugun Tamela,  Pengusaha A, Kakap 2, dan Kakap 5.

Kecurigaannya tertuju kepada Kakap 5 sebagai Ketua Tim Inverstigasi  dari internal Partai Badai yang diberitakan telah berhasil mengungkap kasus ini. Di dalam buku harian Dika dia ada menemukan catatan wanita itu pada tanggal, bulan, tahun, dan di mana dia diperkenalkan Gugun Tamela kepada Kakap 5 sebagai titik awal langkahnya di dunia poltik. Pemuda S sangat yakin bahwa Kakap 5 yang merekayasa kasus ini dengan mengorbankan dirinya.  Dari seluruh data-data yang berhasil dikumpulkannya tercium pula ada aroma “mafia’, jaringan kelompok yang tersembunyi yang saling bersekongkol melakukan berbagai kejahatan, dengan menggunakan kedok pengusaha dan politikus partai. Pemuda itu terus mencari data-data baru guna menguatkan hasil penyelidikannya itu.

Suatu siang, di sebuah restoran mewah yang letaknya agak tersembunyi, terlihat Gugun Tamela dan KA tengah duduk dan mengobrol santai bersama Riri. Tidak ada ciri atau tanda-tanda bahwa kedua lelaki itu adalah narapidana kelas berat yang tengah keluyuran layaknya manusia bebas. Mereka asyik mengobrol ngalar-ngidul,  bercerita tentang teman-teman mereka sesama Bloger. Riri yang terkenal aktif dan dikenal ramah oleh para bloger di Blog keroyokan itu bercerita ada bisik-bisik di antara sesama bloger bahwa ada dua orang yang sedang diincar karena keduanya dicurigai sebagai koruptor yang tengah berada dibalik jeruji besi.

Kata Riri: “jangan-jangan bang Gugun yang mereka maksudkan itu. Kalau yang satunya lagi, katanya sih seorang wanita”. Gugun Tamela dan KA sedikit kaget mendengar cerita Riri. Namun keduanya bersikap tenang, karena keduanya sangat yakin bahwa tidak mudah untuk membuka jati diri seseorang di dalam dunia maya. Gugun Tamela berjanji kepada Riri akan bersikap lebih berhati-hati agar nantinya tidak menyulitkan banyak orang.

Malam harinya Gugun kembali muncul di Blog keroyokan itu, kali ini dia memposting tentang kasus pemuda S yang dikatakannya: sebuah putusan yang terlalu ringan mengingat si pelaku telah menghilangkan dua nyawa lewat aksi yang telah direncakan. Tulisan itu mendapat tanggapan dari banyak pihak, termasuk tanggapan panjang lebar dari seorang Bloger yang bernama Putri. Tanggapannya dikomentari oleh banyak pihak karena dia menyampaikan data-data baru yang selama ini sama sekali tidak terungkap di dalam persidangan.  Membaca tanggapan itu Gugun dan KA berdiskusi panjang lebar tentang siapa sesungguhnya sosok yang bernama Putri itu.(Bersambung)

Bagian 12

24 Oktober 2015

Bloger yang bernama Putri itu beberapa hari kemudian memposting sebuah tulisan yang berjudul: “Pemuda S dan Catatan Harian (Almh) Dika”. Tulisan ini melampirkan foto almh. Dika dan Gugun Tamela yang tengah berpelukan mesra, dan foto yang memperlihatkan Gugun Tamela, Dika, dan Kakap 5 tengah berbincang-bincang di lobi suatu hotel, dan yang terakhir foto yang pernah menghebohkan itu yakni foyo: Gugun Tamela tengah keluyuran keluar Lapas nongkrong bersama dua emak-emak matang manggis di restoran mewah ikan baronang.

Tulisan itu secara gamblang menyebutkan adanya hubungan benang merah antara Dika, Gugun Tamela, Pengusaha A, politikus AC yang terbunuh dan rekannya dari partai yang sama yakni politikus AN yang tak lain tak bukan adalah Kakap 5 yang menjabat sebagai Ketua Tim Investigasi dari internal Partai Badai. Tulisan itu secara tegas menyimpulkan bahwa Kakap 5 telah merekayasa hasil penyelidikan kasus terbunuhnya politikus AC (Kakap 2) dan Dika di dalam kamar sebuah hotel dengan mengorbankan pemuda S. Tulisan itu menyebutkan juga bahwa hasil rekaman CCTV hotel memperlihatkan ada sesosok orang mirip Gugun Tamela keluar dari kamar hotel beberapa saat setelah pembunuhan terjadi. 

Membikin gempar Blog keroyokan di mana tulisan tersebut diposting, dalam sekejap berita itu menyebar secara nasional, dan menjadi berita besar yang hangat dan  terasa menampar wajah banyak pihak. Banyak pejabat yang menjadi panik karenanya. Awalnya pejabat Lapas Gunung Kemukus membantah kemungkinan Gugun Tamela terlibat dalam kasus tersebut, namun sehari kemudian menjelaskan bahwa benar Gugun Tamela ada keluar dari Lapas selama 3 hari pada tanggal 27 sampai 29 September, sementara peristiwa pembunuhan itu terjadi pada malam tanggal 28 Setember. Namun pihak Lapas memastikan bahwa Gugun Tamela hanya keluar untuk berobat di rumah sakit terdekat.

Kelompok Mafia Kakap Merah yang dikomandoi Gugun Tamela dan gembong narkoba KA dan anggota Mafia Kakap Merah lainnya coba mengcounter isi tulisan tersebut dan coba mengalihkan issuenya pada masalah friksi di dalam internal Partai Badai. Mereka menuduh bahwa yang menyebarkan berita tersebut adalah kelompok Anues Uranium dan kawan-kawan. “Putri, jangan-jangan dia yang tengah terpenjara itu” bunyi salah satu komentar mereka.

Banjir kata-kata sumpah serapah dan caci maki mewarnai suasana Blog. Saling menghujat antar sesama Bloger mengisi hari-hari panjang Blog keroyokan itu. Suasana sedikit mereda setelah pemerintah mengumumkan akan melakukan peninjauan kembali atas kasus yang menghebohkan tersebut. Gugun Tamela yang tengah terlena dalam kebebasan semu yang dimilikinya seakan tak sadar bahwa bahaya besar sedang mengintai dirinya. Dia tetap lebih banyak berada di luar Lapas dan masih keluyuran menemui beberapa gembong Kakap Merah guna membahas situasi yang tengah terjadi.

Membaca segala kemungkinan yang terjadi, Gugun Tamela dan kawan-kawannya sepakat  segera menyelamatkan terlebih dahulu uang kekayaan Mafia Kakap Merah yang tersimpan di perusahaan-perusahaan milik mereka dan menarik semua saham dan laba yang ditahan perusahaan yang diputar di bursa saham. Keputusannya yang terburu-buru itu sempat mengguncang lalu lintas keuangan selama beberapa hari. Gugun Tamela menarik dan mentranfer uang ratusan milyar rupiah dan ratusan ribu dollar itu ke rekening bank dalam dan luar negri.

Sementara KA bertugas memonitor semua berita dan memonitor situasi Blog keroyokan yang tengah panas dengan suasana silang pendapat dan hujat menghujat itu, Gugun Tamela menghubungi Riri. Mereka janjian akan bertemu di sebuah restoran Manado di Jakarta Barat. Ternyata Riri tidak datang sendirian melainkan datang bersama Sasa teman mereka sesama Bloger yang katanya kepingin sekali ketemu dan berkenalan Bloger yang bernama Brad Pitt itu. Agar tidak menarik perhatian orang, Gugun Tamela mengendarai Motor Gede datang ke restoran itu. Laki-laki itu beberapa saat terlihat sempat berbicara serius dengan Riri di dekat meja resepsionis, membicarakan sesuatu yang mereka tidak ingin didengar oleh Sasa. Selanjutnya pertemuan itu diwarnai canda dan tawa, mereka tampak riang, dan diakhiri dengan foto selfie bersama.

Kegemparan kembali terjadi, foto selfie Gugun Tamela dengan dua wanita kinyis kinyis matang manggis itu tiba-tiba muncul di Blog yang sama. Kali ini judul tulisannya lumayan serem: “Petugas Lapas Pada Tidur, Gugun Tamela Kembali Jalan ke Restoran!”. Bersamaan dengan postingan itu muncul pula tulisan dari Bloger lain yang judulnya: “Brad Pitt Tamu Agung dari Gunung Kemukus!”. Serangan yang bertubi-tubi itu coba dipatahkan oleh Gugun Tamela dan pasukan cybernya namun tidak sepenuhnya berhasil, bahkan membuat suasana semakin panas.

Berita-berita yang menghebohkan itu dengan cepat menarik perhatian media mainstream. Bagaikan asap kebakaran hutan yang mengabut dan menyebar ke mana-mana, banyak pihak yang merasa khawatir dan tertampar wajahnya. Serangan itu bagaikan angin yang berhembus kencang menebar badai, kerusakan yang ditimbulkannya meluluh-lantakan kabut tebal yang menutupi keberadaan Mafia Kakap Merah selama ini. Komisi anti rasuah yang telah lama mengincar beberapa Kakap itu akhirnya bercegerak cepat, menetapkan beberapa diantara mereka sebagai tersangka dan langsung menangkapnya. Melihat situasi yang semakin gawat dan terbuka, Gugun Tamela mulai mengambil ancang-ancang, menyiapkan Rencana 2 yang telah lama direncanakannya bersama KA.

Malam Minggu, saat itu pukul 2 pagi. Tiba-tiba beberapa mobil berhenti di depan gerbang penjaga Lapas Gunung Kemukus. Seorang lelaki yang tidak mereka kenal tiba-tiba turun dari mobil dan memerintahkan para penjaga itu agar membuka pintu gerbang masuk. Komandan jaga malam itu menolak, katanya:” Maaf pak, tidak seorang pun yang boleh keluar masuk Lapas jam segini!”.

Laki-laki itu tidak menjawab, dan langsung menelepon seseorang. Lima menit kemudian mobil Ka Lapas datang dan memberitahu kepada para penjaga itu agar segera membuka gerbang lebar-lebar. Inspeksi mendadak itu mengejutkan para sipir dan para napi seisi penjara. Terdengar suara bisik-bisik diantara para napi. Mereka menduga-duga siapakah pejabat yang melakukan inspeksi mendadak itu. Pak Mentri beserta rombongannya yang datang malam itu, dia ingin membuktikan sendiri secara langsung berita yang sampai ke mejanya bahwa Gugun Tamela dan KA sudah lama tidak terlihat berada di dalam penjara. Akhirnya dia melihat sendiri bahwa kamar tahanan Gugun Tamela malam itu tidak ada penghuninya. “Ke mana dia?!” tanya Pak Mentri setengah tak percaya dengan apa yang disaksikannya sendiri. Ka Lapas terdiam dan menunduk, tidak mampu menjawab. Seketika meledaklah kemarahan Pak Mentri, katanya: “bodoh bodoh, kalian semua bodoh!”

“Hahaha….” tiba-tiba beberapa Narapidana yang ada ketawa mendengar ucapan Pak Mentri. “Bantal tidur…200 ribu!” ujar salah seorang Napi menyindir Pak Mentri. “Kasur Busa 300 ribu!…Kasur yang bisa kentut 700 ribu!” sahut Napi lainnya. Pak Mentri kaget mendengar suara-suara miris itu, katanya: “apa betul begitu?” ujarnya bertanya kepada para Narapidana yang ada. “Betul pak, lihat nih kasur butut ini, saya harus bayar 300 ribu!”jawab narapidana lainnya. Pak Mentri betul-betul kaget dengan hasil temuannya malam itu, wajahnya terlihat merah padam menahan marah. (Bersambung)

Bagian 13

25 Oktober 2015

Gugun Tamela yang terlalu asyik berada di luar penjara akhirnya buru-buru kembali ke dalam sel tahanannya di Lapas Gunung Kemukus. Dia tidak ingin melarikan diri, tidak berani mengambil resiko sebagai buronan yang sudah pasti harus ditangkap hidup atau mati. Lain halnya dengan KA, dia lebih memilih kabur. Tengah malam itu juga, saat ada inspeksi mendadak itu mereka dihubungi oleh sipir agar segera kembali ke penjara. Sebelum Gugun Tamela kembali ke penjara, dua sahabat itu terlihat berbicara serius di markas rahasia Mafia Kakap Merah yang berada di sebrang jalan masuk ke Lapas Gunung Kemukus. “Setelah mereka pergi saya balik ke penjara” ujar Gugun Tamela kepada KA yang terlihat sangat resah.

“Saya harus bagaimana?” tanya KA, dia khawatir akibat kejadian ini hukumanannya akan menjadi semakin berat dan tidak tertutup kemungkinan akan menghadapi vonis hukuman mati. “Bagusnya tetap berada di luar sambil menyiapkan Plan 2 seperti yang pernah kita rencanakan” ujar Gugun Tamela.

“Ya..bagusnya saya tidak kembali, khawatir akan dipindahkan ke sana (Nusa Kambangan) atau mungkin malah dijatuhi hukuman mati” ujarnya dengan suara pelan, terlihat cemas di raut wajahnya. “Kalau tetap di luar saya harus ke mana?” ujarnya, meminta pendapat Gugun Tamela.  Gugun Tamela menelpon seseorang. Lalu berkata dengan nada tegas, katanya:”Segera pergi ke sini” Gugun menuliskan sebuah alamat di sebuah kota, tempat yang dekat pintu perbatasan dengan negri tetangga. Malam itu juga dia segera bergerak ke tempat yang telah mereka sepakati bersama. KA bergerak cepat malam sebelum berita pelariannya diketahui dan tersebar ke mana-mana. “Jangan lupa, persiapan untuk peran pengganti itu terus dimatangkan. Jangan sampai terjadi kesalahan karena tidak menguasai medan” ujar Gugun Tamela, sebelum mereka berpisah malam itu.

Sekembalinya ke penjara Gugun dipanggil Ka Lapas ke kantornya. “Mas Gugun saya minta jangan dulu keluar dari Lapas. Tetap di tempat, stop memakai Handphone dan stop dulu membuka internet. Besok akan ada razia dari kamar ke kamar” ujar Ka Lapas. “Pak Ketua tak usah khawatir, saya pun memikirkan nasib bapak. Kalau bapak sampai dipecat gara-gara ini kami akan bertanggung jawab dengan kehidupan bapak.  Kalau sampai ada sanksi dari Pak Mentri, teman-teman saya di luar sana akan berjuang agar hanya mendapatkan sanksi yang ringan” ujar Gugun Tamela, berusaha menenangkan hati Ka Lapas yang terlihat galau.

Peninjauan kembali kasus yang menimpa pemuda S berlangsung cepat. Atas desakan para mahasiswa teman-temannya sesama Fakultas hukum dan juga desakan dari berbagai pihak, peninjauan kembali kasus itu dengan bukti-bukti yang baru berlangsung dengan cepat. Keributan terjadi, bukti rekaman CCTV hotel dinyatakan hilang. Pihak Kepolisian menyatakan bukti rekaman itu telah mereka serahkan ke pengadilan.  Namun pihak pengadilan menyatakan bahwa bukti rekaman itu pernah dihadirkan di dalam sidang namun tidak jelas kemana larinya setelah jatuhnya putusan pengadilan.

Pengusutan kembali kasus itu tidak terhenti karena ada bukti yang hilang, dikhawatirkan akan menimbulkan gelombang protes. Bukti keterlibatan Gugun Tamela dalam kasus itu tidak dapat dihadirkan karena hilangnya rekaman CCTV hotel. Bukti baru Catatan di Buku Harian milik Dika lalu diperiksa di pengadilan. Pemuda S menceritakan perihal Buku Harian itu apa adanya. Namun Hakim tetap berkesimpulan bahwa keterlibatan Gugun Tamela di dalam kasus itu tidak dapat dibuktikan. Dengan adanya putusan tersebut Gugun Tamela terbebas dari jerat masalah yang lebih berat, dan dia akhirnya hanya diislosi sampai waktu yang belum ditentukan di tempat khusus di Lapas Gunung Kemukus itu juga. Sementara Kakap 5 terbebas dari tuduhan merekayasa kasus itu. Agar tidak mengecewakan banyak pihak atas peninjauan kembali kasus itu Pemuda S dikurangi masa hukumannya menjadi 8 tahun penjara, termasuk masa tahanan satu setengah tahun yang telah dijalaninya.

Gonjang ganjing di Blog keroyokan itu kian menjadi. Seiring dengan hukuman isolasi yang harus dijalaninya Gugun Tamela, akun Brad Pitt itu menjadi senyap. Tidak ada postingan baru pada akun tersebut. Seiring dengan senyapnya akun itu lalu Riri pun menghilang dan menutup akunnya. Beberapa anggota Mafia Kakap Merah yang masih tetap aktif bersikap layaknya pembaca bisu dan mereka hanya membaca serta memonitor situasi pasca senyapnya akun Brad Pitt.

Larinya gembong narkoba KA yang sangat licin dan berbahaya itu menimbulkan kehebohan baru, berhasil mengalihkan perhatian publik terhadap kegaduhan yang menyoroti sosok Gugun Tamela.  Sebuah kecerdikan yang penuh perhitungan telah dilakukan para gembong Mafia Kakap Merah. Perhatian terhadap Gugun Tamela tidak berlangsung lama, dan serta berkurang pula perhatian publik atas ditangkapnya beberapa Kakap oleh Komisi Anti Rasuah. Kalah menarik dengan berita kaburnya KA, gembong narkoba yang sangat licin dan bertbahaya itu. Desas desus yang beredar mengatakan KA kabur Ke Batam. Seluruh pintu keluar masuk Batam dijaga ketat, pelabuhan ferry internasional dan bandara dipenuhi petugas Kepolisian mulai dari yang bersenjata lengkap hingga yang berpakaian preman.

Gerak cepat yang dilakukan KA dan issue-issue yang sengaja dihembuskan oleh para anggota Mafia Kakap Merah itu berhasil mengecoh perhatian petugas. KA kabur ke Dili lewat Bali. Di Dili ada anggota Mafia Kakap Merah yang menjemputnya. Dengan menggunakan paspor Timor Leste akhirnya dia kabur ke Melbourne, Australia. Di negara itu KA bertemu kembali dengan teman-teman lamanya, dan di kota yang sama pula dia bertemu kembali dengan The God Father yang sengaja datang menemuinya. Berkat kerjasama yang baik antara The God Father dan KA, kelompok Mafia Kakap Merah mengembangkan sayapnya ke kancah dunia hitam internasional. Uang haram yang berhasil mereka kumpulkan diinvestasikan di Vietnam, Cina, Singapur, dan Hongkong. Sayap yang kian melebar, bisnis yang terus tumbuh dan berkembang di dalam dan luar negri membuat kelompok Mafia itu semakin kuat dan berbahaya.

Tidak ada perubahan yang signifikan di Lapas Gunung Kemukus. Hanya Ka Lapas yang lama dicopot dari jabatannya dan digantikan dengan Ka Lapas yang baru. Tanpa terasa 6 bulan telah berlalu. Gugun Tamela kembali terlihat mulai bebas berjalan-jalan di dalam Lapas, pada pagi hari. Tidak ada yang datang menjenguknya selama 6 bulan terakhir. Hanya dokter F yang sesekali datang dan memeriksa kesehatannya. Siang itu dokter F kembali datang memeriksa kesehatannya.

“Bagaimana keadaanmu, ada keluhan?” tanya dokter F kepada Gugun Tamela. “Penyakit lama kambuh kembali dok” ujarnya dengan suara pelan. “Penyakit apa itu?” tanya dokter F sambil tertawa. “Penyakit kesepian, tak ada suara musik, tak ada berita yang bisa didengar dan dibaca, tak ada alat untuk tulis-menulis” keluhnya kepada dokter F. Dokter itu hanya menggangguk tanpa berkata sepatah pun. Gugun Tamela memaklumi sikap dokter F, namun dia merasa yakin keluhannya akan sampai ke The God Father yang telah kembali ke tanah air dan kembali memimpin Mafia Kakap Merah. 

Sejak kembali ke tanah air The God Father menjadi sangat berhati-hati dan tidak pernah terlihat muncul di mana pun kecuali dihadapan para anggota Mafai Kakap Merah. Perlahan tapi pasti The God Father berhasil menyatukan kembali jaringan Mafia Kakap Merah yang sempat terancam bubar karena berbagai kasus dan pemberitaan negatif yang bertubi-tubi datang menyerang. Hanya kepada Kakap 3, Kakap 6, Kakap 9, dan Kakap 18 yang kini tengah berada di dalam penjara Komisi Anti Rasuah dia berpesan melalui orangnya yang sangat dipercaya agar mereka itu bersabar. Mereka tidak dapat mencampuri atau menghalangi-halangi proses yang ada di Komisi Anti Rasuah. Namun mereka tahu pasti bahwa semua itu pada akhirnya akan berakhir di penjara. Ketika telah berada di dalam Lembaga Pemasyarakan (Lapas) itulah tangan-tangan Mafia Kakap Merah siap bermain dan mengamankan anggotanya. (Bersambung)

Bagian 14

26 Oktober 2015

Setengah tahun lamanya gembong narkoba yang terkenal licin dan berbahaya itu hilang bagai ditelan bumi. Banyak pihak yang merasa khawatir atas lepasnya KA. Beliau seorang gembong sindikat narkoba yang memiliki hubungan dengan banyak sindikat kejahatan internasional lainnya. Sindikat itu berpusat di Hongkong, disinyalir sebagai pemasok terbesar beragam jenis narkoba di Asia Tenggara. Lepasnya KA membuat pihak kepolisian berbagai negara menjadi waspada.  Jaringan Interpol pun bergerak mencari tahu di mana keberadaannya.

Informasi adanya kerjasama antara Gugun Tamela dan KA tercium aparat. Beberapa anggota Kepolisian dari berbagai negara terlihat berkumpul di suatu tempat. Mereka tengah mendiskusikan beberapa foto Gugun Tamela yang tersebar dan menghebohkan itu. Mereka terheran-heran bagaimana foto-foto bisa diambil lalu tersebar melalui internet. Mereka tengah memperhatikan foto Gugun Tamela, dokter F, dan Pengusaha A atau yang dijuluki The God Father di halaman parkir Rumah Sakit yang pernah menghebohkan itu. Tiba-tiba salah seorang anggota kepolisian dari Malaysia bertanya: “Beliau ini siapa?” ujarnya menunjuk kepada pengusaha A yang terlihat di foto.

“Beliau terkenal sebagai pengusaha, politikus, dan dulu pernah berprofesi sebagai pengacara.  Sosok misterius dan diduga terlibat dalam banyak kasus yang belum terungkap” ujar Kompol Sutarjo dari Kepolisian RI. “Beliau pernah terpantau di Kuala Lumpur,  ketika berhubungan dengan salah seorang pentolan sindikat narkoba yang tengah kita selidiki” sahut rekannya dari Malaysia

Para Polisi dari berbagai negara itu menjadi sangat serius mengamati foto tersebut. “Siapa yang mengambil foto ini?” tanya salah seorang dari mereka, anggota Kepolisian Singapur. “Foto disebarkan seseorang melalui sebuah media di internet” jelas Kompol Sutarjo. “Menarik, apa motifnya menyebarkan foto ini?” tanya wakil dari Kepolisian Thailand. Kompol Sutarjo mengatakan bahwa foto itu sengaja disebarkan sehubungan dengan issue-issue siapa dalang yang berada di belakang Gugun Tamela, yang menyebabkan narapida seumur hidup itu bebas keluyuran keluar masuk Lapas. Lalu tiba-tiba suatu pertanyaan terlintas di benak Kompol Sutarjo, katanya: “ kalau foto ini dimaksudkan untuk membuka kedok pengusaha A, lalu siapakah yang menarik keuntungan dari beredarnya foto ini?”

“Kalau melihat pada laporan intelijen yang ada, tidak lama setelah foto ini beredar ada laporan bahwa KA dan Gugun Tamela mulai begitu akrab dan bebas keluar masuk penjara.  Jangan-jangan ini akal-akalan Gugun Tamela dengan menggunakan kaki tangan KA. Kalau foto ini disebarkan oleh kaki tangan Gugun Tamela sendiri, rasanya tidak mungkin karena Pengusaha A pasti tahu siapa saja yang dapat dihubunginya dari dalam penjara dan dia pasti menghukumnya” sahut salah seorang Polisi Singapur. “Masuk di akal, harus lacak kaki tangan KA yang menyebarkan foto ini!” sahut Kompol Sutarjo.

Kepolisian RI bergerak cepat dan dalam tempo dua hari mereka telah berhasil menemukan jejak si pelaku yang menyebarkan foto itu. Penyergapan dilakukan dengan cepat dan tertangkaplah Sumarno, sang pelaku, di suatu tempat di Semarang. Sumarno, seorang wartawan lepas, dan beliau pernah ditangkap polisi karena kedapatan mengkonsumsi sabu-sabu, dan Sumarno mengakui perbuatannya atas permintaan KA.   Dari berbagai informasi yang berhasil dikembangkan berdasarkan pengakuan Sumarno didapatlah informasi bahwa KA sedang berada di Hongkong. 

Riri adalah sosok wanita yang dua kali terlihat di dalam foto, tengah bersama Gugun Tamela di dua lokasi dan waktu yang berbeda. Dia dicurigai ikut terlibat dalam mengatur pelarian KA ke Australia. Gerak-geriknya mulai dipantau oleh pihak Kepolisian, termasuk Bisnis Travelnya yang berhasil menggaet banyak wisatawan Australia datang ke Bali. Identitas dan fotonya telah berada di tangan Interpol guna diawasi gerak-geriknya.

Hongkong, di suatu tempat di tepi pantai, di dalam sebuah villa mewah terlihat sebuah kesibukan.  Didalam ruangan yang serupa studio mini itu diputar berulang video Gugun Tamela. Seseorang terlihat begitu serius memperhatikan segala gerak-gerik Gugun Tamela di dalam video itu.  Lalu ditirunya gerak-gerik itu sambil membayangkan dirinya sebagai Gugun Tamela yang tengah berjalan, duduk, atau pun berdiri. Gerak-gerik tangan Gugun Tamela ketika tengah berbicara pun ditirunya dan dihapalnya.

Sekilas wajah laki-laki itu sangat mirip dengan Gugun Tamela. Laki-laki itu bernama Kartono. KA sengaja membawanya ke Hongkong karena wajahnya yang sangat mirip dengan Gugun Tamela. Tugasnya selama di Hongkong hanya mempelajari, meniru, dan menghapal segala gerak-gerik Gugun Tamela di dalam Lapas Gunung Kemukus. KA dan Gugun Tamela telah menyusun sebuah rencana bagi Kartono yakni, suatu saat dia akan menggantikan posisi Gugun Tamela di dalam Lapas Gunung Kemukus. Sebuah rencana besar telah dipersiapkan dan hanya tinggal menunggu aba-aba dari tanah air kapan mereka harus sudah berada di Markas Kakap Merah yang letaknya di sebrang jalan gerbang masuk Lapas Gunung Kemukus.

Senin malam, di markas Mafia Kakap Merah di Mega Mendung Bogor, The God Father meneliti berkas Laporan Keuangan seluruh anak perusahaan yang tergabung dalam jaringannya. Dia terkejut ketika menemukan banyak laporan yang janggal. Terlihat sibuk bolak-balik menghitung harta kekayaan perusahaannya, tiba-tiba dia berteriak:”kurang ajar, dia telah menipuku!” Setelah dihitung-hitungnya kembali ternyata 20% dari sejumlah uang yang seharusnya ada itu hilang tak tentu rimbanya. Nilainya mencapai 500 milyar lebih. Hal ini membuatnya gusar dan menduga-duga uang itu telah digelapkan oleh Gugun Tamela. The God father berencana akan menemui Gugun Tamela di penjara guna menanyakan perihal uang tersebut.

Sehari kemudian dia telah berada di markas Mafia Kakap Merah di depan gerbang Lapas Gunung Kemukus, dan tengah mencari-cari cara bagaimana bertemu dengan Gugun Tamela. Tak lama kemudian dia menelpon dokter F dan tidak sampai setengah jam setelah itu dokter F telah duduk di hadapannya. Dokter F memberitahu bahwa besar resikonya bila mengeluarkan Gugun Tamela dengan mempergunakan alasan pura-pura sakit seperti yang sudah-sudah. Dia meminta The God Father agar sedikit sabar, menunggu jadwalnya mengontrol kesehatan para napidana yang jatuh pada hari Selasa depan. The God Father setuju dan selama seminggu dia berniat akan menunggu, tetap tinggal di markas itu.

KA tengah memeriksa surat-surat yang masuk ke emailnya. Perhatiannya tertuju pada email yang dikirim oleh Riri, ketika dibukanya ada pemberitahuan dari Riri bahwa rekeningnya diblokir. Di dalam email itu pula Riri memberitahunya agar berhati-hati. Tak lama kemudian KA membuka pula email dari salah satu kaki tangannya di Kepolisian Hongkong. Polisi itu memberitahu kepada KA bahwa keberadaannya di Hongkong telah diketahui Interpol. “Selatan lebih aman, di luar jangkauan badai” bunyi pesan penutup email itu. Esok harinya KA dan Kartono pergi meninggalkan Hongkong menuju ke suatu tempat di Selatan Beijing.

Gugun Tamela kembali menempati kamarnya semula, di Blok D.10, bersebelahan dengan Malik, narapidana narkoba yang merupakan kaki tangan Kakap 17. Pagi itu dia melihat Malik tengah berdiri di depan kamarnya. Gugun Tamela melihat kelakuan anak itu sedikit aneh, matanya menatap penuh kebencian. Mereka tidak saling bicara, Gugun Tamela merasa ada sesuatu yang harus diwaspadainya. “Jangan-jangan dia ada mendapat suatu perintah dari Kakap 17” ujarnya dalam hati, mengingat sikap Kakap 17 yang cenderung memusuhinya.

Mengisi waktu-waktu kosongnya yang terasa sepi, Gugun Tamela merenungkan kembali kejadian demi kejadian yang dialaminya dalam setahun terakhir. Tiba-tiba dia teringat kepada Riri, wanita yang banyak mengisi hari-harinya setelah ditinggalkan oleh istrinya. Ada rasa senang yang luar biasa bila bertemunya, sedikit rasa kehilangan bila berpisah. Masih terbayang di matanya, di saat-saat genting dia harus menyelematkan kekayaan Mafia Kakap Merah dari intaian banyak pihak, maka dititipkannya sebagian uang itu kepada Riri, tanpa berpikir panjang bahwa wanita itu bukan bagian dari kelompoiknya. Namun dia sangat percaya bahwa Riri pasti mampu menjaga rahasia itu. (Bersambung)

Bagian 15

27 Oktober 2015

Selasa siang itu dokter F kembali mengunjungi Lapas Gunung Kemukus. Seperti biasanya, dia memeriksa kesehatan Gugun Tamela paling akhir. Ketika masuk ke sel kamar tahanan itu dokter F langsung memeriksa kesehatan Gugun Tamela. Tak lama kemudian bertanya: “ada keluhan?” Gugun Tamela hanya tersenyum, tidak menjawabnya. Dokter F mengerti maksudnya bahwa penyakit kesepiannya yang bulan lalu diutarakannya belum juga mendapatkan obatnya. Ujar dokter F: “Secepatnya diusahakan” Gugun tersenyum gembira mendengar kata-kata itu.

“TGF bertanya, ada paket yang tercecer tidak masuk rekening” ujar dokter F setengah berbisik. “Ada di dalam suatu rekening di Bali. Catatannya ada di dalam Lap Top saya di markas. Dicari saja datanya dan hubungi terlebih dahulu melalui email sebelum ketemu” ujarnya, membuat dokter F merasa lega.

The God Father membuka Lap Top milik Gugun Tamela yang diketemukannya tersimpan di dalam lemari brankas. Menemukan apa yang dicarinya, The God Father segera menghubungi Riri melalui email. Setengah jam kemudian email itu mendapatkan jawaban dari Riri, bunyinya: “Gili Manuk – Ketapang banyak mata. Pohon mana yang paling rindang?” The God Father tidak mengerti apa maksudnya. Terpikir olehnya seperti sebuah sandi, “Siapa wanita ini, seorang intel kah?” tanyanya dalam hati. Setelah berpikir beberapa saat dia memutuskan tidak segera menjawabnya.   Dia percaya penuh pada kemampuan Gugun Tamela dalam memilih dan menilai seseorang yang pantas untuk diberikan kepercayaan yang besar. “Mungkin dia bukan intel, ada kemungkinan emailnya telah dibajak” ujarnya dalam hati. The God Father menghubungi orang-orangnya di Bali guna mencari tahu apa sesungguhnya yang tengah terjadi dengan Riri.

Kakap 14 menghubunginya melalui email dua hari kemudian. “Objek terpantau, banyak hal yang janggal, Mata Papa di mana-mana” bunyi emailnya. The God Father yang telah banyak makan asam garam dalam dunia hitam itu segera mengerti bahwa segala gerak-gerik Riri ada yang mengawasi.  Agar tidak menimbulkan kecurigaan, The God Father segera menjawab email Riri yang belum dijawabnya: “Kabut asap, penerbangan delay. Akan singgah lain waktu. Cuaca jernih lebih menyenangkan.”  Tak lama kemudian email itu dibalas dari seberang sana, bunyinya: “ Koperku terkunci, tidak tahu harus ke mana menemukan kuncinya” The God Father berpikir keras memahami maksudnya. Segera terpikir dibenaknya menyuruh seseorang untuk mengecek kebenaran apakah betul rekening Riri yang menyimpan uang milik Mafia kakap Merah itu telah diblokir.

Sebulan kemudian Gugun Tamela mulai mendapat celah bisa berinternet kembali. Sebuah Lap Top baru kini berada di tangannya. Mencegah segala kemungkinan, Gugun Tamela membuka akun baru di Google. Menggunakan nama “Sandi Permana”, akhirnya dia menghubungi KA menggunakan alamat emailnya yang baru. “Teman lama, rindu kabarmu.” tulisnya dengan singkat. Lalu sejam kemudian dibalas oleh KA, tulisnya: ”Kapan bisa ketemu lagi?”

“Secepatnya. Empat Purnama terlalu lama.” balasnya. Lalu jawab KA: “Tentukan detilnya. Jadwalkan kapan kami merapat” Lalu dibalas lagi oleh Gugun Tamela, ujarnya: “Sebuah ledakan besar terjadi di Gardu Listrik, lalu semuanya padam. Mobil Pemadam Kebakaran berdatangan,  dalam kesibukan itu dia yang menyamar sebagai petugas pemadam kebakaran mendatangi saya dengan menggunakan seragamnya, lalu kami bertukar posisi.” Gugun Tamela menjelaskan detil rencanya. “Rencana yang bagus. Saya akan siapkan armadanya” sahut KA. “Segera siapkan. Pukul 00 Wib pada tanggal 2, Hari Sabtu bulan depan” ujar Gugun Tamela. KA melihat kalender, “ 17 hari lagi” ujarnya dalam hati, menghitung jatuhnya hari H.

The God Father yang tamak itu terlalu sibuk mengurusi uangnya yang hilang itu. Dia jadi hilang kesabaran ketika mengetahui uangnya di rekening Riri betul-betul diblokir. Segala cara ditempuhnya menghubungi orang-orang penting yang bisa membuka blokir itu tidak berhasil. Lalu dia menggunakan cara lain, membayar seorang hacker untuk menjebol blokiran tersebut dan segera memindahkan uang tersebut ke rekeningnya. Setelah berkali-kali dicoba akhirnya berhasil. Beberapa hari kemudian betapa terkejutnya dia bahwa rekeningnya yang dipakai untuk menampung uang transperan itu kini malah diblokir. The God Father panik,  tidak sadar bahwa dirinya tengah diincar dan dijebak.  Tiba-tiba Kakap 5 menelponnya: “Go out segera! Kamu akan ditangkap.” ujarnya, memberi tahu The God father agar segera melarikan diri ke luar negri.

Tiba-tiba Kakap 4 menelponnya. Katanya:” Jangan ke bandara atau pelabuhan, bersembunyi dulu. Ganti Handphone dan kartu selulermu!” The God Father jadi bertambah panik dan segera mematikan Handphone yang baru saja digunakannya agar tidak terlacak. Kini dia menggunakan Handphone cadangan yang nomornya hanya diketahui oleh para Kakap. The God Father segera berkemas, dan tak lama kemudian pergi meninggalkan markas di Mega Mendung Bogor dan berjalan menuju ke arah Bandung bersama para pengawalnya. Setibanya di Bandung dia menukar kendaraanya dengan yang lain, menukar kendaraannya yang ber-plat “L” dan menempuh perjalanan panjang menuju ke Surabaya. Rombongan kecil itu terus dipandu oleh Kakap 4 dan Kakap 5 hingga sampai di suatu rumah mewah di Surabaya.

Sesampainya di sana, semua gembong Mafia Kakap Merah telah berkumpul kecuali Kakap 2 (Gugun Tamela), dan para Kakap 3, 6, 9, dan 18 yang tengah berada di dalam penjara Komisi Anti Rasuah. Beberapa hari kemudian, berkat permainan para Mafia Kakap Merah yang bekerja sama dengan kaki tangan KA yang tersebar di mana-mana, akhirnya The God Father berhasil lolos ke Vietnam dan bersembunyi di salah satu rumah milik pejabat penting di sana.

Gugun Tamela coba menghubungi Riri lewat email dengan akunnya yang baru. “Lama tidak berkicau. Alangkah rindu mendengar suaramu.” katanya, lewat email. Lama ditunggunya tidaka ada jawaban. Akhirnya dia membuka-buka situs berita dan membaca berita tentang The God Father yang telah diumumkan secara resmi sebagai buronan yang paling dicari oleh pemerintah. Menyikapi berita yang kurang menyenangkan tersebut Gugun Tamela menghubungi KA di tempat persembunyiannya lewat email.

“Dunia telah berubah. Dua Kakap Besar dalam bahaya.” ujarnya berkata kepada KA,  lewat emailnya. “Kakap yang paling besar telah berhasil diamankan. Armada untuk hari H telah ditemukan.” bunyi email balasan dari KA. “Baik. Nasibku selanjutnya ada di tanganmu.” sahut Gugun Tamela. “OK. Sampai jumpa!” balas KA

Tiga hari kemudian Gugun Tamela kembali On Line. Dilihatnya ada email dari seseorang yang tidak dikenalnya. Ternyata dari Ririn yang telah berganti akun baru. “ Akun lama telah diluar kendali. I LOVE YOU!” jawabnya singkat. Gugun Tamela merasa ada sesuatu yang janggal dengan kata-kata: I LOVE YOU itu. “Seperti ada konflik batin di dalam dirinya?” ujarnya, bertanya dalam hati. Gugun Tamela coba menepis prasangka buruk yang muncul di benaknya. Namun hati kecilnya selalu bertanya:” Kenapa? Ada apa? Mungkinkah dia agen pemerintah sehingga mengalami konflik batin karena berhubungan denganku?” pertanyaan bertubi-tubi menghampiri hatinya. Antara rasa cinta dan curiga, tekadnya untuk bebas selama-lamanya lebih mendominasi pikirannya. Gugun Tamela memutuskan kontaknya dengan Riri. “Masih banyak waktu untuk menjelaskannya!” ujarnya dalam hati. (Bersambung)

 

Bagian 16

27 Oktober 2015

Gembong Narkoba itu hilang dari pantauan Kepolisian Hongkong. Berita tersebut segera tersebar ke jaringan Interpol. Kepolisian di negara-negara Asia Tenggara memasang mata dan telinga guna melacak keberadaannya. Kompol Sutarjo memimpin sebuah Tim setara Densus , segera mengerahkan anggota Tim Khusus Cyber (Tim Susber)  melacak keberadaan KA melalui jejak-jejaknya di internet.  Tim Susber masih belum melepaskan pengamatannya terhadap Blog keroyokan itu, memantau apa saja konten di dalamnya.

Tiba-tiba perhatian  tim itu tertuju pada 2 sosok Bloger: 1) Bloger S, sosoknya keras gayanya sok preman, gampang tersinggung dan gampang menghujat siapa saja, dan ketika dipancing berbicara soal kejahatan Narkoba dia bungkam seribu bahasa. 2) BlogerT, sosok seorang penulis handal, tulisannya memikat namun terlihat banyak hal yang saling bertentangan dalam tulisan-tulisan atau komentarnya.

 Tim Susber coba memancing reaksi Blogger dengan sebuah artikel tentang kejahatan KA dan sindikatnya yang merusak mental generasi muda dan membunuh mereka secara perlahan dengan Narkobanya. Berkat kerjasama seluruh anggota tim akhirnya artikel tersebut ramai dengan Vote dan Komentar, sehingga dengan cepat direspon oleh Google sebagai artikel yang tengah tren di Blog keroyokan itu.

Tiba-tiba S muncul memberikan komentar keras dengan nada tersinggung karena namanya ada disebut-sebut. Beberapa anggota tim terus melayaninya dan memancing emosinya, sementara seorang anggota dengan cepat melacak IP Adress yang dimilikinya. Akhirnya tim  berhasil melacak posisinya, ternyata S on line dari dalam penjara di sekitar Cipinang, Jakarta.  Beberapa petugas langsung bergerak ke lokasi dan dari sipir yang jaga malam itu anggota Tim Susber berhasil mendapatkan informasi nama aslinya dan statusnya sebagai pemakai dan pengedar Narkoba, dan setelah diselidiki lebih jauh ternyata S salah seorang kaki tangan KA.

Tidak lama kemudian muncul T ikut memberi komentar. Bahasanya halus dan sopan namun nada bicaranya mengingatkan S agar tidak mudah terpancing emosi. Seorang anggota Tim Susber coba memancingnya berdialog dan seorang petugas lain melacak lokasinya. Tiba-tiba petugas pelacak lokasi tersebut menuliskan kata: “Segi Tiga Emas”,  kepada temannya yang masih terus berusaha  memancing T agar tidak cepat-cepat menghilang. Petugas lain langsung memeriksa akunnya, memeriksa seluruh tulisannya dan berhasil menemukan dialog-dialognya dengan S dan dengan Brad Pitt yang akunnya sudah tidak aktif lagi. Petugas langsung mencurigai T adalah KA, posisinya terlacak berada di wilayah sekitar Cina, Vietnam, dan Kamboja

Petugas berhasil membobol email S. Kemudian memancing T berbicara dari hati ke hati tentang keadaan S di dalam Lapas serta memancing pula rencana-rencana T selanjutnya. Ketika berhasil membobol akun T di Google dan memeriksa emailnya petugas Tim Susber berhasil menemukan percakapan rahasia antara dirinya dengan Gugun Tamela.

****

Tiga hari menjelang hari H, Gugun Tamela mengamati situasi di dalam dan sekitar Lapas Gunung Kemukus.  Tiba-tiba dilihatnya Malik mengintipnya dari dalam sel kamar tahannya. Gugun pura-pura tidak melihatnya, dalam hatinya dia akan memberikan pelajaran kepada anak yang dianggapnya rada gila tersebut. Gugun memanggil Sardi, narapida yang merupakan kaki tangan Mafia Kakap Merah yang sengaja disusupkan ke Lapas Gunung Kemukus. Gugun membisikan sesuatu ke telinga Sardi. Terilihat dia mengangguk, tanda mengerti apa yang dikatakan oleh Gugun Tamela.

Gugun Tamela masuk ke dalam sel kamar tahanannya. Tak lama kemudian Sardi menghampiri Malik, katanya: “hati-hati, kalau malam tiba-tiba mati lampu lalu semuanya gelap gulita kamu harus siap-siap dengan pisau di tangan,  karena Gugun Tamela akan membunuhmu”. Malik clingak clinguk melihat ke pintu sel kamar Gugun Tamela, lalu katanya: ”sebelum dia membunuhku, begitu lampu padam aku akan langsung mencari dan membunuhnya”.  

Provokasi Gugun Tamela melalui Sardi berhasil memancing kemarahan Malik. Gugun Tamela punya rencana tersendiri dengan provokasinya itu, yakni: agar dia membunuh Kartono malam itu juga, beberapa saat setelah laki-laki itu menggantikan dirinya berada di dalam sel. Dengan peristiwa pembunuhan itu nantinya pihak Lapas Gunung Kemukus akan mengumumkan kematian Gugun Tamela karena terbunuh di dalam penjara. Dengan adanya pengumuman itu maka akan terlepaslah Gugun Tamela dari hukuman seumur hidup. Dia akan menjadi bebas, sebebas-bebasnya!

Gugun Tamela kembali membuka Lap Top di kamarnya. Tiba-tiba dia terkejut melihat ramainya berita tentang The God Father yang berhasil ditangkap oleh Polisi Thailand. The God Father ditangkap di Bangkok, ketika dia tengah berada di dalam sebuah Panti Pijat plus plus yang ada di Bangkok. Dengan tertangkapnya The God Father Mafia Kakap Merah itu Gugun memperkirakan akan terjadi pembersihan besar-besaran terhadap seluruh gembong dan anggota Mafia Kakap Merah. Dia menjadi tidak sabar menunggu datangnya  hari H yang telah direncanakannya itu.

Dia terlihat tengah memikirkan sesuatu sambil mengamati keadaan Gardu Listrik yang berada di dekat Kantor Sipir, tidak begitu jauh dari rumah dinas para sipir Lapas Gunung Kemukus.  Pintu masuk ke dalam Gardu itu terlihat digembok. Bagi Gugun Tamela membuka gembok itu bukanlah sesuatu hal yang sulit, menyumbat lobang gembok itu dengan beberapa batang pentolan korek api lalu Gugun membakarnya, akhirnya gembok itu terbuka sendiri.

Gugun Tamela tengah merencanakan bagaimana caranya agar Gardu Listrik itu meledak dan menimbulkan kebakaran, apinya menyambar bangunan kantor dan yang lainnya agar menimbulkan kepanikan. Melihat kabel arus 3 pass yang terbuka itu akhirnya dia menemukan caranya. Gugun Tamela memberi tahu kepada Mas Bro, anggota Mafia Kakap Merah yang disusupkan sebagai petugas bagian dapur penjara itu agar menyiapkan seekor ayam panggang, sepotong besi sepanjang 11/2 meter, dan seekor ular sawah yang hidup seukuran paha orang dewasa.  Tanpa banyak tanya Mas Bro menyanggupi akan menyediakan semua yang diminta oleh Gugun Tamela.

Tengah malam,  suasana Lapas Gunung Kemukus terlihat sunyi. Beberapa penjaga di gerbang masuk terlihat santai. Pintu-pintu penghubung antar Blok terlihat digembok. Di belakang Kantor itu terlihat dua orang mengendap-ngendap. “Ayam panggang dan besinya sudak diletakan di tempatnya?” tanya salah satunya. “Sudah” jawab yang satunya lagi. “Letakan karung ular di dalam, buka ikatannya lalu cepat tutup kembali pintu Gardu”. Dengan cepat karung yang berisi ular sawah diletakkan di dalam Gardu dan kemudian menutup pintunya dari luar. Dua laki-laki itu berlari dalam kegelapan malam, berpencar menjauhi Gardu.

Tak lama kemudian lampu penerangan Lapas Gunung Kemukus terlihat berkedap-kedip selama beberapa menit lalu….daarr! Terdengar suara ledakan keras, seluruh lampu tiba-tiba padam. Gardu Listrik itu terbakar, percikan apinya menyambar bangunan Kantor.

“Kebakaran…kebakaran…kebakaran!!!” teriakan itu berhasil membangunkan para sipir dan seluruh narapidana. Api mulai menyambar bangunan penjara, para narapidana yang terkurung itu menjadi gaduh karena tidak ingin mati terpanggang. Gaduh bising dan kepanikan kian menjadi-jadi. Akhirnya seluruh pintu sel dibuka, para narapidana diminta membantu memadamkan api. Tidak sampai setengah jam kemudian 4 unit mobil regu pemadam kebakaran memasuki gerbang, dan mulai ikut memadamkan api bersama para sipir dan narapidana Lapas Gunung Kemukus.

Gugun Tamela berdiri sambil bersandar pada dindiug luar samping kamarnya.  Dua orang lelaki berseragam petugas Damkar tiba-tiba mendekatinya. “The Watcher!” ujarnya. Salah satu dari petugas Damkar itu menjawabnya: “Sempak!”. Secepat kilat Gugun Tamela menghujamkan pisaunya ke ulu hati petugas Damkar yang tidak dapat menjawab salamnya. Sesaat kemudian dia meraba tubuh petugas yang jatuh tengkurap itu dan menemukan pistol di pinggangnya, lalu diambilnya dan diselipkannya ke balik bajunya. “Cepat buka bajumu!” ujarnya kepada Kartono, yang masih bengong dengan peristiwa yang barusan terjadi di depan matanya. Gugun bergegas memakai baju seragam dan helm Damkar yang tadinya dipakai oleh Kartono, dan memberikan topi pet kesayangan untuk dipakai oleh Kartono. Sekejap kemudian dia membaur dengan para petugas Damkar lainnya. (Bersambung)

 

Bagian 17

28 Oktober 2015

Gugun Tamela memanfaatkan organisasi Mafia Kakap Merah untuk melepaskan dirinya dari hukuman penjara seumur hidup. Dengan bantuan KA, seorang gembong narkoba yang paling diincar oleh Kepolisian se Asia Tenggara,  Gugun Tamela menyiapkan sebuah rencana. Melalui bantuan kaki tangan jaringan KA, mereka berhasil menemukan Kartono, seorang yang wajahnya sangat mirip dengan wajah Gugun Tamela. KA membawa Kartono ke Hongkong.  Di sana dia dilatih menirukan semua gerak-gerik Gugun Tamela, dan dia disiapkan untuk menggantikan Gugun Tamela di dalam penjara. Sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan selama setahun lebih itu, akhirnya Gugun Tamela berhasil kabur dari penjara dan posisi dirinya digantikan oleh Kartono.

Hari semakin terang, api yang membakar belum sepenuhnya padam. Api di bangunan kantor, rumah sipir, dan bangunan penjara masih terlihat menyala. Asap hitam mengepul, mobil pemadam kebakaran masih terus berdatangan guna memadamkan api. Aparat keamanan didatangkan guna mengamankan lokasi agar para napidana tidak kabur memanfaatkan siatusi. Tiba-tiba terdengar suara terikan: “ada mayat… ada napi yang terbunuh!”.

Petugas keamanan dan sipir penjara bergegas mendatangi lokasi dan memeriksa dua mayat itu, yang tergeletak tidak berjauhan. Mayat yang mengenakan seragam Damkar itu dibuka seragamnya guna diidentifikasi, ternyata mayat seorang yang memgunakan seragam polisi dengan luka tusuk di perutnya. Mayat yang satunya lagi dibalikkan dari posisinya yang telungkup dengan pisau tertancap di punggungnya. Petugas mengenalinya sebagai mayat narapidana Sardi yang merupakan korban yang terbunuh karena salah sasaran, malam itu Malik mengiranya Gugun Tamela. Petugas berdatangan menyelidiki lokasi pembunuhan itu. Akhirnya Malik, narapidana yang bajunya berlumuran darah berhasil diamankan dan diperiksa. Malik, narapidana anggota Mafia Kakap Merah yang otaknya rada kurang waras itu mengaku kepada petugas bahwa dirinya telah membunuh kedua orang itu karena disuruh oleh Gugun Tamela.

*****

Beberapa unit mobil Damkar itu berhenti di tepi sungai kecil yang lokasinya tidak begitu jauh dari gerbang masuk Lapas Gunung Kemukus. Para petugas yang ada di mobil itu bergegas turun dan menarik slang guna menyedot air. Gugun Tamela dan beberapa petugas lainnya turun ke bawah ke tepi sungai. Suasana gelap, Gugun Tamela menyelinap ke balik rerumputan dan membuka baju seragam Damkar yang dikenakannya. Perlahan-lahan dia bergerak menjauhi lokasi tersebut dan akhirnya berhasil sampai ke markas Mafia Kakap Merah yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari sungai kecil itu. Gugun mengemasi barang-barang yang akan dibawanya. Setengah jam kemudian keluar dari pintu samping rumah yang penuh misteri itu, menjinjing tas dan memacu mobilnya menuju ke arah Ngawi, Jawa Timur .

Pagi beranjak siang, Gugun Tamela singgah ke sebuah restoran di Madiun.  Sambil santai menunggu pesanan datang, Gugun memperhatikan berita di televisi. Peristiwa kebakaran di Lapas Gunung Kemukus diberitakan lumayan panjang, namun tidak ada berita tentang tewasnya narapidan,  seperti yang diinginkannya. Gugun Tamela mulai memikirkan kemungkinan rencananya itu gagal, termasuk kemungkinan dirinya menjadi buron karena Kartono tidak jadi dibunuh atau karena kedoknya terbongkar.

Kompol Sutarjo sama sekali tak menduga bahwa rencanyanya gagal dan anggotanya terbunuh begitu mudah dalam menjalankan tugasnya. Tadinya mereka bermaksud mengikuti skenorio permainan Gugun Tamela lalu menggunakan narapidana itu sebagai umpan untuk menangkap KA. Kenyataan yang terjadi sebaliknya, anggotanya malah terbunuh dan senjatanya hilang.

Tim Susber memberitahu pihak Lapas Gunung Kemukus bahwa Gugun Tamela telah kabur dan laki-laki yang ada di dalam penjara itu bukan Gugun Tamela yang asli. Petugas keamanan Lapas bergerak cepat, melakukan razia serentak dari kamar ke kamar guna menemukan senjata yang hilang. Senjata yang dicari tidak berhasil ditemukan, malah petugas razia itu berhasil menemukan beberapa senjata api lain milik narapidana yang merupakan para gembong narkoba kelas kakap.

Kompol Sutarjo menyadari kesalahannya, terlalu fokus terhadap KA dan menganggap remeh kemampuan Gugun Tamela. Detil semua rencana itu telah diketahuinya, namun dia tidak mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap rencana peledakan Gardu Listrik di Lapas Gunung Kemukus. Pikirnya tidak begitu mudah melakukan itu, karena sepengetahuannya Lapas Gunung Kemukus dijaga sangat ketat. Namun semuanya telah terjadi. Kini Kompol Sutarjo coba memprediksi: ke mana arah perginya Gugun Tamela dan di mana kira-kira dia akan bertemu dengan KA? Kompol Sutarjo membaca kembali semua informasi yang ada di tangannya.

Gugun Tamela bergerak cepat menuju ke Bali. Tanpa halangan yang berarti akhirnya sampai ke Denpasar. Di sana dia bersembunyi sementara di rumah salah seorang anggota Mafia Kakap Merah yang loyal terhadapnya, selama beberapa hari. Dia mengganti Lap Top dan Ponselnya dengan yang baru karena khawatir telah terlacak. Gugun Tamela terus memonitor melalui internet semua pemberitaan yang menyangkut dirinya

Tim Susber memeriksa Kartono dan Malik secara intensif. Malik mengoceh tentang siapa saja orang-orang Mafia Kakap Merah yang ada di Lapas Gunung Kemukus, termasuk tentang dokter F yang sangat ramah terhadap Gugun Tamela. Mulutnya juga mengoceh tentang siapa saja sipir penjara yang dilihatnya sering keluar-masuk kamar tahanan Gugun Tamela. Melalui Kartono tim itu mendapat sebuah informasi penting  yakni,  informasi dari KA yang belum sempat disampaikannya kepada Gugun Tamela bahwa dia (KA) menunggu Gugun Tamela di suatu tempat di Batam.

Bagaikan kilat Tim Susber bergerak ke Batam dan berhasil menyergap KA di alamat yang sesuai dengan yang diberikan oleh Kartono. KA berhasil ditangkap tanpa memberikan perlawanan yang berarti. Berita hangat tentang tertangkapnya KA menjadi berita heboh, dan Gugun Tamela terus mengikuti beritanya melalui internet dan televisi.

Kompol Sutarjo menerima informasi rahasia dari seorang anggota intelijen negara tentang keberadaan Gugun Tamela di Bali.  Matanya meneliti dengan cermat berkas laporan yang diterimanya melalui fax. Di tangannya itu copy sebuah email yang dikirim oleh Sandi Permana ditujukan ke Riri Riri, email tersebut dikirim dari sebuah Warnet yang ada di Denpasar.

Kompol Sutarjo membandingkan alamat email itu dengan data-data yang dimilikinya. Riri adalah orang yang sama dengan yang ada di dalam datanya namun alamat emailnya berubah. Berarti yang bersangkutan telah menggunakan akun Google yang berbeda, yang belum terlacak olehnya. Sedangkan Sandi Permana itu adalah nama baru. “Atas dasar apa sehingga email tersebut dikatakan berasal dari Gugun Tamela?” tanyanya dalam hati. “Berarti orang yang mengirim informasi ini tahu banyak tentang Gugun Tamela sehingga nama baru samarannya pun dapat dia ketahui. Apa hubungannya agen intelijen negara yang memberikan informasi ini dengan Gugun Tamela?” ujarnya, masih bertanya-tanya dalam hati.  Setelah meneliti ulang semua data yang dimilikinya tentang Gugun Tamela dan Riri, akhir Kompol Sutarjo geleng-geleng kepala sambil senyum-senyum sendiri.

Lima regu anggotaTim Susber bergerak ke Bali dan coba melacaknya ke tempat-tempat yang biasa menjadi favoritnya. Informasi tentang hobi, kecenderungan, dan kebiasaan Gugun Tamela telah dimiliki oleh Tim Susber secara lengkap. Mereka meneliti setiap jengkal tempat-tempat yang mungkin didatangi Gugun Tamela. Sementara satu regu bertugas khusus mengawasi villa mewah milik Riri yang letaknya bersebelahan dengan villa milik Gugun Tamela.(Bersambung)

Bagian 18

29 Oktober 2015

Rencana busuk Gugun Tamela lepas dari hukuman penjara seumur hidup dengan cara mengorbakan orang lain mengalami kegagalan. Malik yang telah diprovokasinya malah salah membunuh. Tim Susber membuka kedok Gugun Tamela palsu. Dari keterangan Kartono, laki-laki yang sangat mirip dengan Gugun Tamela itu, Tim Susber malah berhasil mengungkap keberadaan KA dan menangkapnya di Batam.

Malik bernyanyi, anggota Mafia Kakap Merah yang rada kurang waras itu, ketika diperiksa secara intensif membocorkan keberadaan jaringan Mafia Kakap Merah di Lapas Gunung Kemukus. Akibat nyanyian itu maka seluruh yang terlibat ditangkap dan periksa. Keberadaan markas Mafia Kakap Merah yang terletak di seberang jalan Gerbang Masuk Lapas akhirnya diketahui oleh Polisi.

Markas itu digrebek dan dipasangi Police Line. Semua barang-barang penting yang berhasil didapat lalu disita, dan seluruh data-data yang ada di komputer sitaan itu dikirim ke Jakarta. Sebuah regu dari Tim Susber yang ditugaskan khusus untuk menelusuri dan mengungkap keberadaan jaringan Mafia Kakap Merah berhasil menemukan adanya benang merah antara Gugun Tamela, KA, The God Father, Kakap 5, dan beberapa gembong lainnya yang kini tengah tersandung kasus korupsi di tangan Kamisi Anti Rasuah. Tim Susber masih terus bekerja keras untuk menggungkap siapa saja yang terlibat dalam jaring-jaring kejahatan yang besar dan luas itu.

Gugun Tamela berhasil kabur ke Bali. Selama tiga hari pertama di Denpasar, Gugun Tamela bersembunyi di rumah milik salah satu anggota Mafia Kakap Merah yang sangat loyal kepadanya. Hanya diam di rumah dan mengikuti semua berita yang berhubungan dengan dirinya. Gugun mencatat semua hal penting yang perlu diingat-ingatnya dari pemberitaaan itu.  Tidak ada yang tahu rencana apa yang tengah ada di benaknya.

Sore itu dia mulai berani ke luar rumah. Seperti biasanya, selalu menggunakan topi pet sebagai penutup wajah agar tidak mudah dikenali. Menggunakan jaket parasut dan sandal kulit yang tidak terlalu mahal harganya, agar tidak menarik perhatian. Cara-cara penyamaran yang dipelajarinya dari film-film. Matanya awas mengamati sekelilingnya. Gugun Tamela mewaspadai setiap gerakan yang mencurigakan yang ada di sekitarnya. Setelah satu jam berjalan-jalan tanpa ada yang membuatnya waswas dan curiga, akhirnya dia mampir ke sebuah Warnet yang berada di kawasan sebuah universitas.

Gaya dan penampilannya tidak menarik perhatian, hampir sama dengan gaya para mahasiswa yang ada di sekitarnya. Dengan tenang dia memasuki salah satu biliknya yang agak di pojok. Mulai membuka-buka internet, menelusuri berita-berita hari ini. Tidak ada yang menarik, akhirnya dia membuka emailnya. Tidak ada email penting yang perlu dibacanya, iseng-iseng dia coba berkirim email ke Riri. Katanya: “Terbang lepas bagaikan burung. Tak tahu di pohon mana nyaman tuk hinggap. Lelah sayapku menjelajah. Di jendela mana mataku bebas memandang?”

Emailnya dibalas Riri. “ Sejauh-jauh Elang terbang akhirnya pulang ke Sarang. Jimbaran pantai yang indah. Ketika senja, Elang hinggap di pantai!”. Dibalas oleh Gugun Tamela: “ Dinding karang nan terjal. Pasir landai memukau. Di tengah keramaian suasananya, ombak bertemu pantai. Tenggelamkan aku dalam ombakmu!.” Gugun Tamela menunggu beberapa lama, tidak ada jawaban, kemudian menutup akunnya.

Malam itu Gugun Tamela berpindah tempat sembunyi. Dia meluncur menuju ke Uluwatu di ujung Selatan Bali, menuju villa mewah miliknya yang luput disita negara. Malam sunyi senyap, tidak ada yang melihatnya memasuki villa itu. Gugun membuka gerbang tanpa memanggil penjaganya. Mobilnya masuk ke dalam garasi dan langsung ditutupnya dari dalam. Sebuah pintu di dalam garasi itu dibukanya dan masuk ke dalam ruang tamu. Berjalan dalam gelap, tanpa menyalakan lampu terlebih dahulu, Gugun menuju ke lantai atas bangunan villa. Lelah dan baring-baring di lantai kamar lalu akhirnya tertidur. Pistol, kunci mobil dan handphone tergeletak di samping kanannya.

Berdasarkan copi email yang ada di tangannya, Kompol Sutarjo menduga akan ada pertemuan Gugun Tamela dan Riri di Pantai Jimbaran.  Hampir seluruh anggota Tim Susber dikerahkan ke Jimbaran dan konsentrasi ke pantai. Tidak ada petugas yang berpakaian seragam polisi, semuanya menyamar sebagai turis yang tengah menikmati keindahan pantai. Riri terpantau tengah berjalan sendiri menuju ke pasir landai di pantai yang dinding karangnya terlihat menjulang.

Berjalan sendiri mengenakan baju pantai, para petugas yang mengamatinya terlihat melotot menatap tubuh sexy wanita kinyis kinyis matang manggis itu. Wanita itu tahu dirinya tengah diawasi banyak mata. Tiba-tiba dia berhenti dan duduk di pasir dekat serombongan berpasang bule yang tengah baring-baring dengan  tubuh yang hampir telanjang. Petugas yang mengikutinya dari belakang tiba-tiba berhenti, dengan sudut matanya yang tertutup kaca mata hitam Riri berhasil melihat keberadaan tiga orang petugas itu. Dengan santai, kemudian Riri malah mengikuti para bule itu berbaring di pasir menikmati senja di  Pantai Jimbaran. Senja tenggelam, malam merangkak datang, Riri masih berada di tempat itu, baring-baring sendiri tanpa ada yang menemaninya. (Bersambung)

 

Bagian 19

30 Oktober 2015

Gugun Tamela mulai bersembunyi di dalam villa mewah miliknya di Uluwatu ujung Selatan Bali.  Pada malam yang sama Riri terlihat menyendiri di Pantai Jimbaran.  Tim Susber yang dipimpin oleh Kompol Sutarjo menerima sebuah informasi rahasia yang dikirim melalui fax dari seorang agen intelijen negara.  Copi sebuah email dari seorang laki-laki yang bernama Sandi Permana kepada Riri Riri, menjadi pegangan bagi Kompol Sutarjo mengerahkan hampir seluruh regu Tim Susber menyisir Pantai Jimbaran, karena isi email tersebut mengisyaratkan akan ada pertemuan antara Gugun Tamela dan Riri di sana.

Tengah malam Riri meninggalkan pantai, pulang ke villanya. Tim Susber kecewa karena hal yang mereka duga itu tidak terjadi. Tim Susber meneliti kembali bunyi email tersebut guna mencari kata kunci menyingkap makna pesan yang bernada puitis itu. Kompol Sutarjo coba menyalin kembali bunyi email itu di Lap Top miliknya:

SP: “Terbang lepas bagaikan burung. Tak tahu di pohon mana tuk hinggap. Lelah sayapku menjelajah, Di jendela mana mataku bebas memandang?”

RR: “Sejauh-jauh Elang terbang akhirnya pulang ke Sarang. Jimbaran pantai yang indah. Ketika senja, Elang hinggap di pantai.”

SP: “Dinding karang nan terjal. Pasir landai memukau. Di tengah keramaian suasananya, ombak bertemu pantai. Tenggelamkan aku dalam ombakmu!”

Salinan isi email itu dikirimkan Kompol Sutarjo kepada temannya, seorang penyair, guna menjelaskan maksud dari kata-kata yang puitis namun terkesan bahasa sandi itu. Jawab temannya yang penyair itu: “Makna kuncinya pada kata: :’Tenggelamkan aku dalam ombakmu!’….maksudnya: si laki-laki meminta agar wanita itu berlaku melindunginya atau mengalihkan perhatian orang-orang yang sedang mencarinya. Sepasang Elang itu saling bekerja sama. Kata ‘Sarang’ maksudnya: rumah atau tempat yang biasa disinggahinya, atau yang bisa dijadikan sebagai tempat persembunyian.”

Kompol Sutarjo terkejut membaca penafsiran sahabatnya itu. “Gugun Tamela dilindungi oleh agen inetelijen negara?” tanyanya dalam hati. Banyak pertanyaan muncul di benak Kompol Sutarjo, namun sebagai Polisi Profesional dia tetap fokus pada persoalan perbuatan pelaku kejahatan yang tengah menjadi buronan. “Negara tidak boleh kalah melawan kejahatan!” tegasnya dalam hati.

Hasil pendalaman terhadap data-data yang tersimpan di dalam komputer miliki Mafia Kakap Merah yang berhasil disita, Kompol Sutarjo mendapat informasi tentang data-data kendaraan pribadi yang dipakai oleh Gugun Tamela. Tim Susber bergerak senyap mencari informasi tentang keberadaan kendaraan yang dimaksud.  Salah seorang anggota Tim Susber mengatakan pernah melihat kendaraan itu melintas, berputar mengitari jalan komplek pada pagi hari, saat ramai lalu-lalang kendaraan penghuni keluar-masuk kawasan komplek perumahan mewah itu.

Kompol Sutarjo tak ingin bermain-main terlalu lama, akhirnya dia mendatangi Riri guna meminta keterangan tentang keberadaan Gugun Tamela. “ Selamat pagi bu Riri. Saya Sutarjo dari Kepolisian” ujarnya, sambil menunjukan tanda pengenalnya. “Selamat pagi Pak sutarjo. Apa yang bisa saya bantu?” ujar Riri, tetap berdiri di depan pintu, tanpa mempersilakan Kompol Sutarjo masuk ke dalam rumahnya.

“Apakah ibu ada dihubungi oleh Gugun Tamela akhir-akhir ini?” tanya Kompol Sutarjo, sambil membaca ekspresi wajah Riri. “Oh..tidak ada pak. Saya mengenalnya hanya sebatas tetangga, rumah yang itu miliknya.” ujar wanita itu, terlihat gugup, sembari jarinya menunjuk ke rumah yang bersebelahan dengan rumahnya.

“Kapan terakhir ibu melihat pemiliknya ada di rumah?” Ririn terdiam sejenak, pura-pura mengingat-ingat sesuatu. Lalu katanya:”Sudah lama juga, beberapa tahun yang lalu, sebelum beliau di penjara.”

“Jadi ibu sudah tahu siapa beliau. Saat ini beliau menjadi buronan, kabur dari penjara. Kami mohon bantuan informasinya kalau ibu ada melihatnya. Buronan itu tidak boleh dilindungi, aparat Kepolisian berhak menindak siapa pun yang coba-coba melindungi pelaku kejahatan! Ibu paham?” Ririn mengangguk, terlihat terpaksa mengangguk karena tidak berani menentang langsung kata-kata Kompol Sutarjo.

****

Pagi itu ketika Gugun Tamela terbangun dari tidurnya, hari telah beranjak siang. Udara segar masuk menerobos lewat lobang angin-angin kamar. Tubuhnya terasa segar setelah lama tertidur pulas. Bergegas mandi, dan tak lama kemudian dia telah berganti baju kaos, sepertinya siap-siap hendak pergi ke luar rumah.

Tiba-tiba dia menyalakan Televisi di dalam kamarnya. Stasion Televisi itu tengah menyiarkan pidato Presiden yang mengumumkan terbongkarnya jaringan Mafia Kakap Merah yang menodai wajah hukum negri selama ini. Satu per satu nama-nama para gembong mafia itu disebut dan perannya dalam organisasi Mafia Kakap Merah. Nama-nama penting yang disebut itu ternyata delapan orang diantaranya adalah para tokoh politik dari berbagai partai yang nama dan wajahnya dikenal oleh masyarakat secara luas. Gugun Tamela tidak mendengarkan pengumuman itu sampai tuntas, Televisi langsung dimatikannya. Tubuhnya tiba-tiba merasa lemas, hilang sudah harapannya akan hidup bebas dan damai, seperti yang diimpikannya.

Gugun Tamela membawa mobilnya meluncur menuju Denpasar. Mobil itu parkir di dekat toko penjual bunga. Dia terlihat membeli dua bungkus sarapan pagi, lalu masuk ke dalam toko bunga. Tak lama kemudian keluar lagi membawa seikat bunga sembari menentang sarapan pagi yang tadi dibelinya. Kendaraannya melaju menuju ke arah Jimbaran.

Sebuah mobil yang berisi dua anggota Tim Susber membuntutinya secara tidak kentara. Seluruh anggota Tim Susber terlihat sibuk bersiap-siap menyambut datangnya tamu agung yang sangat diburu itu. Segala sudut kawasan villa mewah itu telah dijaga anggota Tim Susber. Mobil yang dikendarai Gugun Tamela melaju kencang menuju tikungan terakhir, menuju ke arah samping masuk ke villa milik Riri. Tempat itu terlihat sepi dan Tim Susber segera bertindak, coba menghadang jalan mobil itu dengan cara memarkirkan mobil secara melintang di tengah jalan.

Gugun Tamela kaget dan coba membanting stir, memutar balik kendaraannya. Belum semprna mobilnya berputar, tiba-tiba ada yang menembak roda belakangnya. Mobil yang berputar dengan kecepatan tinggi itu terlihat kehilangan kendali dan akhirnya menabrak sudut tembok pagar halaman rumah Riri. Mobil menerobos masuk menjebol dinding pagar tembok.

Si pengendara meloncat ke luar sambil koprol dan berguling-guling di rumput. Dia menembakan pistolnya ke arah petugas yang coba mendekatinya. Petugas itu terlihat merunduk ketika ditembak, dan Gugun Tamela berlari ke arah halaman belakang. Tak lama kemudian dia berbalik lagi sambil melepaskan tembakan, dan akhirnya berlindung di balik batu tangga menuju pintu belakang bangunan itu.

Suara tembakan mengagetkan para penghuni rumah. Dua orang wanita pembantu di rumah itu terdengar menjerit histeris ketakutan karena mendengar bunyi tembakan yang bersahut-sahutan. Riri coba ke luar rumah ingin mengetahui apa yang terjadi. Seorang petugas meneriakinya: “Jangan ke luar, tutup pintu!”

Tiba-tiba petugas itu terkena tembakan Gugun Tamela dan langsung terjatuh. Gugun Tamela coba berlari ke arah Riri yang dilihatnya masih berdiri di dekat pintu. Tangan kirinya menggenggam bunga mawar yang tadi dibelinya di Denpasar dan tangan kanannya mengacungkan pistol, siap-siap menembak petugas yang coba-coba mendekatinya. Beberapa langkah dia berlari ke arah Riri tiba-tiba sebuah peluru menghajar tempurung lututnya. Sebuah tembakan yang akan membuatnya cacat seumur hidup. Gugun Tamela terguling dan sambil memutar badannya, kembali melepaskan tembakan ke arah petugas yang tadi menembaknya.

Riri berteriak histeris. “Jangan tembaak!” teriaknya sambil menangis. Gugun Tamela coba berdiri, sebuah peluru kembali menghajar pangkal pahanya. Langsung terguling dan Gugun langsung melemparkan pistolnya tanda menyerah. Para petugas yang mengepungnya perlahan mendekat. “Tangan ke atas!” teriak Kompol Sutarjo.  Gugun Tamela melemparkan bunga mawar yang sedari tadi dipegangnya. Dilemparkannya bunga itu ke arah Riri berdiri yang berjarak sekitar dua puluhan meter darinya. Sejenak mengangkat kepalanya, menatap ke arah Riri dengan berlinang air mata. Lalu terkulai lemas tak berdaya. Beberapa petugas langsung mendekat dan memborgol tangannya.  

Anggota Tim Susber mengangkat tubuh Gugun Tamela ke atas mobil Ambulan. Riri menyaksikan segala kejadian itu dengan hati terkoyak. Berlinang air matanya, coba diraihnya bunga mawar yang tadi dilemparkan Gugun Tamela ke arahnya.  Dikeharuman bunga mawar itu dilihatnya bercak-bercak darah menempel di daun, di batang dan di tangkainya yang berduri!

Setelah sembuh dari luka-lukanya akhirnya Gugun Tamela di penjara di Lapas Nusa Kambangan. Akibat dua tembakan itu kaki kirinya menjadi cacat, dan jalannya terpincang-pincang. Di sana, di Pulau Nusa Kambangan itu Gugun Tamela menghabiskan sisa masa hidupnya!

(Tamat)

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler