Skip to Content

Gadis Bermata Biru

Foto Beni Guntarman

Gadis bermata biru itu setiap hari melewati pos ronda yang letaknya pas di mulut gang, jalan keluar-masuk warga yang tinggal di Gang Permata. Pagi hari ia berangkat ke sekolah, siang hari pulang sekolah, dan ketika hari agak sore ia kembali keluar rumah hingga pulang malam harinya.

 

Hampir setiap kali ia melewati pos itu selalu saja ada pemuda-pemuda setempat yang nongkrong di sana, menggodanya atau sekedar menyapanya. Gadis itu bernama Martha, bapaknya asli Jawa dan ibunya berdarah Sunda campur Belanda. Ukuran tubuhnya sedikit lebah besar ketimbang kawan-kawan seusianya, rambutnya sedikit pirang, dan matanya biru; dalam usia 15 tahun Martha terlihat begitu cantik. Karena kecantikannya itu ia kerap jadi bahan godaan dan gunjingan orang-orang yang tinggal di Gang Permata.

 

Sore itu Martha kembali melewati pos ronda. Ada 3 pemuda yang kebetulan yang nongkrong di sana, entah kebetulan mereka sedang menunggu penumpang yang mau naik ojek atau mungkin sengaja menunggu gadis itu lewat. "Ojek neng?" sapa Asep ketika gadis itu berjalan mendekati pos. "Enggak bang" jawab gadis itu.

 

"Martha mau ke mana?" tanya Renda. "Mau pergi kursus menjahit da" jawab Martha.   Renda dan Martha tinggal bersebelahan rumah, usia mereka hampir sama dan keduanya kerap main bersama ketika masih belum sekolah.

"Kok kursus menjahit? Kenapa enggak kursus vokal atau model biar nanti jadi orang terkenal" lanjut Renda, sambil berjalan mendekati Martha yang memperlambat langkahnya.

 

Martha tersenyum. "Enggak ada duit!" jawabnya santai. Asep dan Yudi ikut-ikutan mendekati gadis itu. "Tapi gadis cantik seperti kamu enggak sulit kalau mau cari duit" sahut Yudi. "Weew...emangnya gue murahan!" jawabnya sedikit marah. "Udah ah gue buru-buru nih" lanjutnya bergegas menuju sisi jalan, mencegat angkot yang lewat. 

 

Sekitar jam 9 malam gadis itu kembali melewati pos ronda. Di sana ada 2 orang ibu-ibu yang sedang nongkrong, ngerumpi ngalar-ngidul. Ketika Martha meleweti pos dua orang ibu itu berbisik-bisik. "Dari mana anak gadis kok pulang malam-malam begini" bisik Bu Surati kepada Bu Nani. "Mungkin dari jalan-jalan ke mall" sahut Bu Nani. "Ah enggak lah, mungkin dari main tempat temannya" ujar Bu Surati sambil memperhatikan kantong pelastik yang dijinjing Martha. "Tapi yang dibawanya itu sepertinya baju, bu. Jangan-jangan habis ganti baju di hotel" ujar Bu Nani dengan suara pelan, takut terdengar Martha yang tengah melintas pas dihadapan mereka. Gadis itu berlalu begitu saja tanpa mempedulikan kedua ibu-ibu yang memperhatikannya.

 

Hari-hari panjang berlalu, gadis bermata biru itu kini telah berusia 17 tahun, tahun ini dia duduk dikelas 2 SLTA. Sore itu Martha kembali berjalan melewati pos ronda. Kebetulan Mang Karta sedang sendirian duduk di pos, "Neng Martha mau ke mana?" sapa Mang Karta. "Mau pergi kursus menjahit mang" jawab gadis itu dengan ramah. "Wah Neng Martha pandai menjahit ya? Bisa enggak mamang minta tolong jahitkan baju, rada kegedean bajunya," ujar Mang Karta. "Bisa, bisa mang. Nanti malam mamang datang saja ke rumah, ya" sahut gadis itu. "Iya neng, entar malam mamang ke rumahnya." ujar Mang Karta dengan gembira.

 

Malam itu Mang Karta datang ke rumah Martha yang letaknya pas di ujung gang. Ketika Mang Karta datang dia disambut oleh Pak Hartoyo yang kebetulan sedang santai di teras rumah. "Monggo mang" sambut Pak Hartoyo. "Ada keperluan apa ni tiba-tiba mampir?" lanjutnya dengan ramah. "Mau minta tolong mengecilin baju sama Neng Marta" jawab Mang Karta dengan malu-malu. "Ooo..ada perlu dengan anakku to. Entar tak panggilin, setengah jam yang lalu dia baru saja pulang kursus. Monggo ditunggu" ujar Pak Hartoyo, lalu ia masuk ke dalam rumah memanggil Martha, anaknya semata wayang.

 

Beberapa saat kemudian Martha keluar menemui Mang Karta, kemudian mengajaknya masuk ke suatu ruangan yang ada mesin jahit didalamnya. Ruangan itu ruangan khusus untuk menjahit, ada dua mesin jahit di sana, terlihat ada beberapa gulung kain dasar dan banyak benang aneka warna yang tersusun rapih di dalam ruangan.

 

Mang Karta rada terkejut melihat isi ruangan itu. "Ini ruangan khusus tempat menjahit neng?" ujar Mang Karta dengan nada penasaran. "Iya mang. Ini ruangan papa bikin khusus untuk Martha menjahit. Papa sengaja mengursuskan Martha belajar menjahit sejak kelas 1 SMP sampai sekarang biar nantinya setelah tamat SMA bisa cari uang sendiri." jelas gadis itu.

 

"Ooo...jadi selama ini Neng Martha sering pulang malam pulang dari kursus ya? Mamang kira dari jalan-jalan ke mall atau dari main ke rumah teman." sahut Mang Karta dengan nada polos. "Iya mang, selalu pulang dari kursus. Martha enggak suka jalan-jalan ke mall, enggak ada gunanya, takutnya malah kesimpang yang enggak-enggak" jelas gadis itu.

 

"Maaf ya neng, selama ini mamang sering dengar omongan yang enggak-enggak dari mulut-mulut usil orang yang kurang kerjaan. Katanya Neng Martha sering pulang malam karena cari cuit di luar sana, eh enggak taunya cari ilmu yang bermanfaat untuk masa depan Neng Martha sendiri."

 

"Iya mang, Martha juga ada dengar selentingan seperti itu tapi mama dan papa bilang enggak usah didengerin." sahut gadis itu dengan nada sedih

 

"Maklum saja neng, karena orang yang enggak tau biasanya cuma bisa berprasangka buruk. Mungkin karena hampir setiap pagi, sore, dan malam orang-orang itu kerjaannya cuma nonton acara gosip selebriti di televisi. Zaman sekarang kan gadis-gadis cantik seperti Neng Martha sibuk berlomba-lomba ingin menjadi artis biar cepat kaya dan terkenal. Ya kalau enggak kuat-kuat imannya bisa terjerumus ke jalan yang salah" ujar Mang Karta

 

"Do'akan saja mang semoga Martha tidak tergoda seperti mereka-mereka itu" ujar Martha dengan nada mantap.

 

 

 

 

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler