Gambar yang sudah biasa untuknya;
Tungku api, kursi goyang, asap cerutu.. keadaan yang dingin walau dilapis jas dan mantel
Pai yang tersaji cukup mencairkan suasana, tanpa itu kepanikan bukan apaapa
sepatu lars Boot yang ditaruh di atas meja
Santai melahap berita koran
pada saat hujan badai merong-rong rumah bahkan ia keluar bila memang, momen itu takkan terjadi lagi,
Dia merasa kebenaran hanya ia yang butuhkan, padahal semua juga mencari...
Pohonpohon yang diam mencari juga...
Ia harus benarbenar meninggalkan rumah hangat demi posisi kebenarannya
Suatu niat yang sungguh tidak tulus, lebih baik ia tidur/ menulis surat kepada kolega daripada menemui yang hanya membutuhkannnya saat perlu ....
Tanpa masalah, ia bukan apaapa...terlebih dengan masalah, ia makin menjadi hina...
Kerlap kerlip lilin mengundang pemandu kereta memecah suasana yang harusnya tenang,
Mereka tak ingin semua padam sebelum ia memberi keputusan..ketakutan menggelikan
karena salju waktu itu seharusnya mengajak untuk istirahat dan menikmati pemandangan dari kaca jendela
tapi mereka saling membodohi sesama,
Kehangatan keluarga dibiarkannya, seperti tak mengenal dan tak tinggal ditempat itu ...
bulu kecil tak berkertas itu dibiarkannya kering tak berperasaan, tak memikirkan hidup yang utuh,
kursi malas lebih baik di singgahi saja
Keadaan yang damai dari dalam rumah, tak pernah di reka..
tiangtiang rumah antik yang kokoh tak berbayang, cahaya bulan yang memanggil untuk merepih memori hanya di acuhkannya .......
Komentar
Tulis komentar baru