Skip to Content

Penyair Perempatan

Foto Gama A. Gamuth

Aku ini, penyair perempatan.

Tapi, bukan lampu jalan

Bukan rambu jalan.

Aku hanya aspal hitam yang tiap hari

Dipijak-pijak polusi serta ketidakpedulian.

Hari ini,

Aku melompat pada kerumunan khalayak,

Berteriak dalam sajak.

 

Aku ini, penyair perempatan.

Karena sajakku adalah sajak kental,

Kubangan kekhawatiran sopir-sopir angkot sepi penumpang,

Peluh para asongan yang berkeliaran dalam selat kemacetan,

Keluh para ibu tentang kenaikan harga bawang,

Serta kekecewaan penyemir sepatu cilik

Yang mendatangi pelanggan restoran di bandara ;

Bukannya ditawari kentang,

Malah disuruh lari ongkang-ongkang.

 

Aku ini, penyair perempatan.

Sajakku adalah sajak bangkang,

Barisan beratus mahasiswa yang menjerit-jerit

Atas remah-remah hak korban penggusuran,

Serta berjuta perut minta makan.

 

Aku ini penyair perempatan.

Maka sajakku adalah sajak vulgar,

Yaitu daging kenyal yang menyembul

dari kutang perempuan binal;

dari situ susu bayi, dari situ susu buat mucikari.

 

Aku ini, penyair perempatan.

Diperutku, ketidakpedulian berlalu lalang.

 

Pangkal Pinang, 1 juni 2014

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler