Matahari semakin pendarkan cahaya dan hadirkan siluet jingga
Perlahan pamit sambil menyapu wajahku yang kusam
Aku tetap duduk termangu di batu cadas tanpa pedulikan belaian lembut sinarnya
Sebelum tenggelam, seakan merasakan kegundahanku pada malam
"Apa yang membuat wajahmu murung anak muda?" Tanya orang tua yang dari tadi tidak jauh dari dudukku dan sedang asyik merajut jala
Apa sih pedulinya orang tua ini atas apa yang kurasakan, hardikku dalam hati
"Hidup itu seperti jaring jala, jika ada yang putus maka kekuatannya akan hilang", sela orang tua tadi
Maunya apa sih orang tua ini, ganggu lamunanku saja, makiku dalam hati lagi
"Jala itu jika sudah tua maka perlu diganti benang yang lebih muda", celetuk lagi orang tua itu
Kenapa sih orang tua ini masih ngoceh saja. Apa pula menyinggung masalah muda segala
Apa yang dia tahu tentang pemuda saat ini? Kemarin temanku babak belur karena tawuran
Kemarin temanku tewas karena narkoba. Kemarin temanku terbunuh karena menjambret pembantu
Lalu apa yang bisa dibuat nyulam...???
"Batu karang mungkin bisa merobek jala tapi tidak akan bisa memutuskan semua"
"Jika ada yang robek, yang punya tidak akan menyalahkan karang", tambah orang tua tadi
Aku semakin tak mengerti ungkapannya. Aku menjadi geram atas celotehnya
Sebelum sempat menghardiknya, dengan senyum dia menghadiahkan jala itu padaku.
(Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-85 th)
Komentar
Tulis komentar baru