Hujan telah membuat bunga matahari tersenyum bahagia karena telah dihapuskan jejak-jejak debu yang menempel di tubuhnya akibat ditaburkan angin. Hingga esok pagi ia bisa merayu matahari dengan keindahan dan kilau kuningnya.
Hujan sudah membuat bangga bunga-bunga liar di tepi jalan karena esoknya ia bisa disapa para pengendara dan disentuh lembut pejalan kaki yang selama ini memandangnya dengan sebelah mata, itu karena ia akan terlihat lebih cantik dan mempesona dari sebelumnya.
Bagiku, hujan telah membasahi tanah dan menaburkan aroma yang menumbuhkan rindu. Aroma yang tak pernah kulupa seiring senyummu mengiringi langkahku menjauh. Hujan semakin menyapu wajahmu. Bibirmu bergetar dan kulihat samar airmatamu mengalir bersama hujan. Namun tetap kau paksakan senyum.
Kau adalah pelantun cerita perempuan
Berharap sedetik waktu ini berhenti
Hanya sekedar menikmati senyummu
Senyum yang mengisyaratkan kelembutan Ilahi
Senyum itu seperti hujan yang kini perlahan turun
Membasahi bumi yang terlanjur kering
Menggugurkan daun-daun yang menguning
Menumbuhkan tunas daun di ujung ranting
Kenapa tak kulihat perlawanan dalam hatimu?
Kenapa isak tangis tak mampu sesakkan dadamu?
Kenapa kesedihan tak mampu menyumbat aliran darahmu?
Saat lingkaran kebahagiaan meresap di ujung jari manismu
Lalu kau bisikkan perlahan seiring butiran bening air hujan yang terlepas dari bibirmu:
Jangan memaksakan diri untuk mengerti
Pemahaman akan datang kemudian
Terimalah bahwa kita tidak mengerti apapun
Tidak memahami apa yang sedang terjadi
Terima saja bahwa kita tidak tahu jalan keluarnya
bahkan tidak bisa membayangkan sekali pun apa sebenarnya yang terjadi
Kita terima kesakitan ini dan bersyukur kepada Allah atas smua ini
Komentar
Tulis komentar baru