Sel sperma dari buah cinta
Mendagingkan daku dari nasabmu
Tapi daku merasa kita teramat berbeda
Hingga waktu terus berlayar...
Aku dewasa dan engkau menua jauhlah gaya tak sama
Kita tak pernah satu selera
Aku menjadi pemberontak rumah yang kian menyesakan telinga
Daku bertanya pada nurani engkau bertanya pada logika
Kian suramkan jurang pemisah
Aku anggap engkau tak cakap memimpin kau nilai aku tak pandai berbakti
Begitulah persepsi kita
Aku putuskan untuk mengalah dari tempat yang sudah tak ramah
Aku menyendiri dalam lorong-lorong kehampaan
Aku mengukur jalan bermandikan sengatan kepedihan
Aku mengitung malam di temani sahabat sejati yang bernama sunyi
Aku lari ke lembah-lembah berpuisi dengan amarah
Aku bergejolak di belantara hutan
Terbuang dan sendirian
Dimasa tenangku aku melamun di telaga biru lalu burung nazar mengabarkan engkau telah berpulang
Terbalut kain putih dengan bendera kuning terpasang di sudut gang-gang
Aku bersimpuh dengan gontai tak kuasa menahan pilu
Aku di rundung sendu
Ayat-ayat tahlilan mencabik-cabik hatiku
Tibalah azan shubuh memecah di ufuk timur
Aku terbangun dari tidur dan jerat mimpi ternyata itu tak nyata
Dan kenyataannya pertentangan kita pun tetap ada
Beginilah takdir kita
Namun apalah daya Tuhanlah yang memilih kita bersama biar bagaimana juga engkau tetap ayahanda
Anehkah kita ,ayah ?
Komentar
Tulis komentar baru