Darah-darah menetes membasahi tanah Jakarta
Keringat kami di basuh water cannon dan diterjang barak kuda
Bukan darah yang kami sayangi tapi air mata yang menetes dari keadilan atas penindasan
Dari penindasan yang menutupi kesalahan
Dari kesalahan atas pengelapan
Dari pengelapan yang dilindungi kekuasaan
Darah yang mengucur itu sakit
Tapi lebih sakit air mata kami yang kelu di liputi angkara murka
Ketika saran-saran tak didengar ia berubah menjadi api dalam sekam
Kata-kata di balas gas air mata
Suara dibalas tembakan senjata
Themis ditutup matanya di bunuh dengan pedangnya
Disumpal dengan timbangannya
Dasar rezim kepala batu
Muka badak tidak tau malu
Koruptor malah dibantu
Istanapun ikut membahu
Darah kami yang jatuh tidak akan pernah kembali
Ia akan tumbuh menjadi menjadi penentang yang terus menghantui
Mengetuk-mengetuk pintu istana saat tengah malam
Masuk kedalam mimpi-mimpi hingga tidur tak tenang
Terus mencekam saat di meja makan
Bersemayam didalam pikiran
Sumber waras hilang ditelan persahabatan
Reklamasi lenyap ditangan sang teman
Ketika saran-saran tak di dengar ia menjelma jadi dendam
Darah-darah kami yang jatuh tak kan membuat jabatan tenang
Yang telah kalian ciptakan sisi gelap dalam kepemimpinan
Ia akan melahirkan anak-anak pemberontakan menuntut arogansi dengan kedaulatan
Dasar rezim kepala batu
Muka badak tidak tau malu
Komentar
Tulis komentar baru