Dinding kokoh berwarna dingin
dengan baris ornamen kayu
lampu-lampu etalase
yang setia nyala
rak-rak dan kaca-kaca besar
dan sepatu-sepatu
Kataku tidak...
bukan berarti tidak ada cinta
kataku tidak...
bukan berarti tidak suka
bukan berarti tidak ingin lagi
Abdi menghantar hati
membawa jiwa
menabur doa
Benarkah hati
sungguh terarah?
bukan terpukau
status sosial
Tangis dewa jatuh
membasahi tubuh bumi
yang panas...
membangunkan semut
yang tidur...
setelah jam kerjanya
yang panjang...
hari ini
Aku rindu kau, Kawan
bersama melintasi malam
menemani Ibu Bulan
dengan baris-baris puisi
yang engkau lemparkan
dan kutangkap
dengan satu senyuman
Kerikil berdebu
yang kuayun pagi ini
gemerisik berbunyi
di bawah alas kaki
meninggalkan debu
beterbangan
yang mengikutinya
( saat duka menyesak di hatimu )
Tiada yang kekal abadi?
terpurukku dalam
tubir curam dan gelap
tersaruk melintasi
Senja turun
rintih burung menyesali
angin kering yang cepat datang
perempuan itu menenun lagi
terlalu gerah menenun di kala siang, katanya
Nanti setelah kami mati
Siapa bakal pengganti?
Ketika kamu tidak mau hamil
Untuk melahirkan anak-anak negeri
Ketika berombongan
-160-
YANG TERSISA DARI KITA!
Oleh: Emil E. Elip
Setiap jalan kehidupan adalah baik
Setidaknya bagi diri kita sendiri.
Komentar Terbaru