Betapa hangat hidup dengan lemak di perut
Betapa indahnya ‘tak pernah merasa lapar
Betapa miris ongkos pajak jadi lemak dengan cara dibajak
Adalah sumur karya, tanpa pesawat terbang tinggi
Nelayan dengan jaringnya hanya dapat ikan mati
Hayal menebar bagai jaring tadi ‘tuk melukis syair ini
disudut luas halaman parkir antara tiang lampu jalan dan gedung menjulang mengenakan kaos kusam longgar bergambar
Legenda cerdas menentang emosi dengan nalar,
bersembunyi misi besar
maha guru, pemikir lincah, peran berlimpah
terus diburu dan tak tentu rimbanya,
kemarin lusa, corak indah, penuh warna
berganti gombal-menyanjung,
dengan penuh enteng,
di mana aku duduk . . .
di situ dia berbicara . . .
tentang ini-itu dan berita-berita?
ketika aku mengangguk . . .
langsung dia membawa . . .
Djangan takoet kami potoes hasa,
Merasakan kotoran doenia,
Seperti anak beloem oesia,
Dan beloem bangoen dari tidoernya.
Kami sampe didjalan perempat,
Komentar Terbaru