Skip to Content

puisi kritik sosial

GENDERANG PERANG

Genderang perang telah ditabuh

Penari topeng meliuk-liuk dengan lincahnya

Sang sutradara matanya awas memandang

Siapakah yang ikutan menari dalam iramanya?

SEINDAH MIMPI DI SIANG BOLONG

Kebijakan dan burung-burung berkicauan

Menabur kata-kata di sawah kita yang gersang

Pemimpin bermimpi rakyat akan panen raya musim depan

Sajak Untuk Saudara Di Papua

Hai, saudaraku, selamat pagi
Tak ingin aku terlambat untuk bertemu
Waktu berlari ke mana sesukanya

kabut tipis di kota ini

awan berarak perlahan

membelai di terik mentari...

kabut tipis laksana emas mendesah

KATA-KATA

Aku tak ingin berkata banyak denganmu

Karena engkau gudang kata, punya banyak kata-kata

Namun harus kutegaskan kata-kataku untukmu

ANGIN PERUBAHAN

Angin perubahan berhembus kencang

sewaktu-waktu dapat menghadirkan awan gelap

petir dan hujan; terasa hawanya

dunia buas dengan mata gelap kebencian

PENGUASA AGUNG

Aku berdiri di depan sebuah gerbang masa lalu

menyaksikanmu berdiri sebagai sang penguasa agung

engkau tampil dengan segala atribut kebesaranmu

POLITIKUS BUSUK

Wahai para pemimpin negri, wahai para negarawan, wahai para politikus busuk

lelah kami dengan hingar-bingar politik di negri ini, lelah lahir dan bathin

Keramahtamahan Bengis

Semuanya tentang rasa

Dalam dunia ide dimuntahkan dalam benda

Mendayunya curiga

Andai saja aku presiden

andai saja aku presiden...

tak lagi berjubelan dalam angkot yang sesak oleh nafas dan asap rokok

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler