pernah aku bertanya dan berkali-kali bertanya
tentang sebuah tataran menuju takwa dengan puasa
karena memang hampir sepanjang hidupku
atau sejak aku mampu menahan lapar dan dahaga
tiap tahun kupenuhi kewajiban puasa itu
bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tapi rasanya
aku juga telah menahan nafsu-nafsu yang menggebu
kembali aku bertanya
berulangkali bertanya
dan akhirnya bertanya-tanya
kapankah akan tergapai yang namanya takwa
jangan-jangan ia hanya sebuah euforia
jangan-jangan ia hanya sebuah fatamorgana
jangan-jangan ia hanya sebuah untaian maya
yang bisa jadi tak akan tergapai selamanya
kembali aku bertanya
dan biarkan aku bertanya
untuk menemukan sebuah makna
tentang takwa
tentang puasa untuk menggapai takwa
atau bahkan tentang kapan takwa kutemukan
maka biarkan kini aku mencari
kini aku berdiri menatap diriku sendiri
kini aku bersimpuh pada kakiku yang lumpuh
kini aku bersila di atas sajadah pertapa
untuk mencari
mencari makna
biar pada saatnya aku tak lagi bertanya
dan oh......ternyata
perlahan akupun kian mengerti
kutemukan jawabnya dalam realita
bahwa takwa tak akan tergapai semuanya
apalagi seketika
ada tataran seiring dengan perjalanan kehidupan
menggapai takwa adalah perjalanan
menggapai takwa adalah bagai menata material
untuk mewujudkan sebuah istana kemuliaan
istana kemuliaan memenuhi seluruh perintah-Nya
istana kemuliaan meninggalkan seluruh larangan-Nya
yang harus dijalani
sampai batas waktu berakhirnya jatah kehidupan
dan sekali lagi, perlahan aku mengerti
hanya dengan perlahan aku bisa mengerti
meskipun baru kali ini aku mulai mengerti
bahwa setiap tahun sekali
ada butiran takwa yang harus digapai
kemudian teruji sampai ramadhan lagi
hingga saatnya terwujud sebuah istana kemuliaan
saat aku harus menutup kehidupan
namun seiring desir irama nurani
terusik aku untuk bertanya lagi
bila sebutir takwa harus teruji sampai ramadhan lagi
mampukah aku menjawab
hanya berbekal puasa ramadhan ini
atau hanya ditambah enam hari di syawal nanti
terusik aku untuk bertanya lagi
bila itu telah kulalui
dan istana kemuliaan tak sempurna tergapai
aku harus kemana lagi
aku harus bagaimana lagi
padahal dayaku kian lunglai
Komentar
Tulis komentar baru