Bunglon, sang penyamar hati di pohon kekuasaan
pada warna siapa yang berkuasa ia 'kan menyesuaikan warna diri
lincah berkelebat dari dahan ke dahan, dari periode ke periode kekuasaan
terus menjadi ekor, dan kerap bermimpi menjadi sang pelopor
meski hakikat diri hanyalah alat kekuasaan yang kotor
Bunglon, sang penyamar hati di pohon kekuasaan
kokoh berlindung dalam warna-warni hiruk-pikuk percaturan politik
diam-diam merasa bosan pada keangkuhan kayu dan dedaunan
coba berjuang menjadi pelopor perubahan
memaksakan warna kehendak diri pada pohon besar di pelataran singgasana
namun kayu tetaplah kayu, daun tetaplah daun yang selalu menghijau
tak sudi menjadi pengikut bunglon
Bunglon, sang penyamar hati di pohon kekuasaan
dunia dalam satu warna yang ada di benaknya
ketika berhadapan dengan tantangan kehidupan nyata
bunglon selalu kehilangan ekornya!
Komentar
Tulis komentar baru