ketika politisi berpuisi
alih alih orasi
caci dan maki
PEREMPUAN JALANG, 1
Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala
senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan
IRAMA NAN BERSENANDUNG
Kemirau @ Sang Murba
“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.
peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas
pemilik langkah yang enggan mundur
walau udara memanas di dalam kepala
pagi basah
hujan tertadah
aspal gompal sudah ramah
genangan sisa pada sandal
tipis terasah
tegur sapa memulai hari
waktu bekerja telah tiba
sepasang sandal jepit hitam itu
tak akan bernilai bila bercampur sampah
bahkan tak akan bernilai bila dibiarkan
tapi akan lain bagiku dan bagi kita
ketika hati telah bertekad berjuang di jalan kebenaran
dan tekad telah diyakinkan dengan kata-kata
tetap ada tantangan untuk menguji kesungguhanmu
Bulan tidak hanya sekedar menerangi malam
Bulan tetap membutuhkan cahaya
DIA tidak menyinari diri nya sendiri
Bulan tidak terpisahkan dengan bumi
Bulan akan nampak indah di lihat dari jauh
ada yang tetap tak bisa diurai dengan kata
sampai batas kata yang bijaksana
ada yang tetap tak bisa diurai dengan kerling mata
sampai batas kerling mata bijaksana
entah kenapa tiba-tiba kumelintas di jalan ini
melintas di sekitaran jalan depan rumahmu
dan kemudian tiba-tiba kurindu padamu
padahal telah begitu lama
kubuka kembali untaian sunyi
di bawah semilir angin di ujung malam
bersama temaram kerlip ribuan bintang
untaian sunyi
harus kutemukan lagi
PELUPUK BASAH
Apa lagi yang harus kutulis
Ketika semua terasa sebagai habis
Huruf lenyap kata hilang kalimat terkikis
POHON KAIN
pohon besar tumbang
tumbang juga pohon-pohon lain
setelah itu baru angin kencang
ada orang menyobek kain
Komentar Terbaru