Skip to Content

Antologi Musafir: Titik Awal Cinta Kita

LUKISAN RINDU

Seringkali kau datang dengan duka

Tanpa bertanya,tanpa kabar kau hadir menyayat-nyayat

Seringkali juga kau datang dengan senyum

TERKENANG PILU

Irama hati bertabu rindu

Petikan cinta di sela-sela lembaran malam

Mengiringi simponi nafas yg terengah-engah

Jantung berdebar-debar

Dan mata yg gemetar

Memahami Dirimu

memahami dirimu adalah

memahami angin berhembus

yang menelisik rumput dan dedaunan

disela-sela terik yang menghajar kulit

mengantarkan coklat jadi legam hitam

Memahami Dirimu

memahami dirimu adalah

memahami angin berhembus

yang menelisik rumput dan dedaunan

disela-sela terik yang menghajar kulit

mengantarkan coklat jadi legam hitam

Risau

risau yang tajam

 

gelisah yang menikam

 

was-was yang menghujam

 

hati yang temaram

 

Menemuimu di Sepertiga Malam

sepotong cahaya

engkau berikan padaku

saat fajar masih bersembunyi

di antara gumpalan embun

dan rerumputan yang basah

 

engkau memintaku

Risalah Puisi

Jika nalar tak mampu menyerap

Jika lisan tak mampu mengurai

Jika hati tak mampu mencerna

biarkan puisi

Kerinduan yang Sia-Sia

kerinduan yang sia-sia...

sebab angin tetaplah angin...

dan air tetaplah air

ia akan berhembus kemana ia suka...

ia akan mengalir dan meresap kemana ia mau...

Sungai Mahakam

: bagi kekasih jiwaku

 

mahakam ini kawan,

ular yang menetas dari induk mata air

dan mengaliri dadaku hingga luber ke tepi

Kun Faya Kun

kun:

telah kulalui kelok sungaiMu dari hulu ke hilir

naik ketinting menyeruak pedalaman sejarah

sungguh takjub aku!

betapa agung segala kisah

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler