Skip to Content

Puisi Kehidupan

tuntun kami pada jalan-Mu

tatapan mata hatiku dari sudut renungan

menyapa sela-sela kesibukanku

untaian perjalananku, istri dan anak-anakku

bahwa saat ini semua mendaki

melalui kontemplasi

dari sudut kamar semadi

di ujung malam yang hening dan bening

kutangkap rasa tapak perjalanan hidupku

istriku dan anak-anakku

semua melangkah menggapai asanya

melati itu tak lagi mewangi

melati dan aneka kembang merekah di seluruh taman

aneka warna menghias setiap sudut pandang

tapi ternyata tidak memantulkan keindahan

lama terdiam menunggu fajar

lama ia terdiam menunggu fajar

diraba wajahnya yang telah renta sebelum ia tua

begitu renta, lelah, dan kusam

yang tak selaras dengan sejuknya suasana fajar

sang pembantu

tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk menghibur dirinya

hidup kesehariannya hanya disuruh ke sana disuruh ke sini

terperangah aku

terperangah aku

ketika tiba-tiba engkau berdiri di belakangku

karena aku tidak tahu jika engkau mengikutiku

dan tentu telah lama mengikutiku

terperangah aku

yang melintas dalam fikiran

ketika yang menjadikan muak melintas dalam fikiran

mata ini gelap seperti menatap dunia sekitar

semua menjadi semarawut

langkahpun menjadi kalang kabut

tak ada yang istimewa

tak ada yang istimewa yang bisa kupersembahkan

hari-hariku hanya mampu merajut untaian sederhana

menata tanaman

menata hunian

menata suasana

proses

bila kita tak mampu menatap di kejauhan

dan hanya berfokus pada kepentingan diri

maka kita tak akan mampu bersyukur

pada sebuah proses

indah menghias akhir perjalanan

sebenarnya lama kita bercengkerama, namu tiada terasa

entah karena paduan rasa yang senantiasa menghiasi

pada sudut hati kita yang penuh dengan ketulusan

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler