Sore itu mendung menyelimuti sebagian kotaku. Beberapa kali petir menyambar apa yang sekiranya sampai ia jangkau. Angin kian kencang menyapu dan mengejar tubuh-tubuh yang berlarian meneduh, layaknya lomba maraton. Aku memandang ke ujung jalan, lalu melirik jam yang bersimpuh pada pergelangan tangan kiriku. Padahal masih jam 4 sore, tapi langit seperti tak sabar menjemput malam, batinku.
Komentar Terbaru