Skip to Content

Patah Arang

Foto Adrie Julian

Dibawah gemawan yang menelurkan untaian rinai,

aku memilih pasrah sampai kuyup

dari segala hingar yang menggelayuti,

dari segala bingar yang menjejali.

Biar semua menjelma sayup lalu perlahan hening tak bergeming.

 

Jadilah aku reranting yang menggugurkan dedaunan,

Luruh sebelum musimnya

yang ikhlas melayang jatuh dihempaskan angin

yang sedia patah meranggas kehilangan angan.

 

Sang segara biru membisikkan rungu tentang debur, mengajarkan sukma untuk rela ditelan buih, sirna dilahap pasang, hilang dikunyah gelombang.

Katanya, hidup tak melulu seindah terumbu yang mewarna-warni palung hati paling lubuk.

Pun jiwa tak selalu setegar karang yang julang membentang pada ujung teluk.

 

Akhirnya aku berdiri senyap disana

di jalanan yang tak ada dalam peta,

di kota yang telah lama tak bernyawa,

diantara hitam dan putih, menghuni diam yang abu-abu.

 

Tak usah mencariku sebab aku telah beranjak menuju lokatraya atau mungkin sedang mati-suri dan tak berkaul pulang pada pangkuan bumi.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler