LOKASARI
langit kian gigil pada batas-batas sekarat
dan sang burung hantu melemparku dari kumpulan para manusia-manusia nokturnal
'ciumi gerutuku', katanya.
kau sedang apa disana?
angin melemparkan panah basahnya
aku sendiri yang
mulai menggelandang pada arah-arah
menjadi lelaki sedikit nakal
berasa ingin sangat mencumbumu
: sendiri
karena halusinasi sudah melunasi cerlangnya sendiri
karena fantasi kian renyah dengan degupnya sendiri
mulai pada sebuah pojok
mereka menyebutnya
: LOKASARI.
Jakarta, Juni 2013
Rifqiel 'Asyiq
LOKASARI
- 1132 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru