Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Dalam diam yang panjang, aku berteriak Tapi suara itu hanya kembali padaku Seperti gema dari tembok hati yang retak Aku masih di sini, walau tak utuh seperti dulu
Komentar Terbaru