Skip to Content

PUISI-PUISI ANDREA HIRATA

Foto SIHALOHOLISTICK

PUISI

Dan tiba-tiba hari-hariku berubah menjadi puisi

Semilir di pagi hari

Meriang jika siang

Pecah, serupa ombak-ombak pasang kalau malam

 

 

TAK TAHU ENGKAU DI MANA

Tak tahu engkau di mana

Tapi, kulihat dirimu, di antara bayang pohon willow

Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow

Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara

 

 

SEPERTI

Seperti puisi yang kautuliskan

Seperti nyanyi yang kaulantunkan

Seperti senyum yang kausunggingkan

Seperti pandang yang kaukerlingkan

Seperti cinta yang kauberikan

Aku tak pernah, tak pernah merasa cukup

 

 

RAHASIA

Kuberi tahu satu rahasia padamu, Kawan

Buah paling manis dari berani bermimpi

Adalah kejadian-kejadian menakjubkan

Dalam perjalanan menggapainya

 

SENYUM

 

Siapa yang menabur senyum

Dialah yang akan menuai cinta

 

LAUT

Horizon, horizon setelah itu, tak ada hal lain

Horizon di langit dan horizon sejauh

                jangkau pandang

Muara menyempit, delta mengerut

Hutan lindap, daratan kelabu

Lalu laut, laut seluas langit

Datar, tetap, tak berhingga, biru mendebarkan

 

LINTANG

Dengan pisau lipat

Kuukir pelan-pelan

Kalimat yang dalam

Dari perasaanku yang larat

Karena hormatku yang sarat

Untuk pesona persahabatan dan kecerdasan

Lintang, Lintang, hatimu yang benderang

Qui genus humanum ingenio superavit

Manusia genius tiada tara

 

 

ADA

Tahukah dirimu, Kawan?

Dalam serpih-serpih cahaya

Dan gerak-gerik halus benda-benda

Tersimpan rahasia

Mengapa kita ini ada

 

PELUK

Disebabkan karena kau terlalu malu

Dengan penuh gengsi kau berbalik,

    dia pun berlalu

Rasakan itu olehmu, sekarang baru kau tahu

Bahwa semua keindahan di dunia ini

    berkelabat dengan cepat

Dan hukum-hukum Tuhan ditulis

    sebelum telepon dibuat

Orang-orang indah yang kautemukan di pasar,

    stasiun, terminal, dan tikungan

Kekasih, kemewahan mutiara raja brana,

    kemilau galena dan intan berlian

Semuanya akan meninggalkanmu

Kecuali secangkir kopi

Dia ada di situ, tetap di situ, hangat,

    dan selalu dapat dipeluk

 

(dalam Cinta di Dalam Gelas)

 

 

TAK TERGENGGAM

Cinta, ditaburkan dari langit

Pria dan wanita menengadahkan tangan

Berebut-rebut menangkapnya

Banyak yang mendapat seangkam

Banyak yang mendapat segantang

Semakin banyak

Semakin tak tergenggam

 

(dalam Cinta di Dalam Gelas)

 

SERIBU LIMA RATUS PERAK

Kutengok di televisi

Kebenaran di Jakarta mahal sekali

Para koruptor pintar sembunyi

Padahal nyata-nyata, mereka telah mencuri

Kawan, di kampung kami

Kebenaran harganya hanya seribu lima ratus perak

Warnanya hitam, tergenang di dalam gelas,

    saban pagi

 

(dalam Cinta di Dalam Gelas)

 

 

BULAN DI ATAS KOTA KECILKU YANG DITINGGALKAN ZAMAN

Orang-asing

Orang asing

Seseorang yang asing

Berdiri di dalam cermin

Tak kupercaya aku pada pandanganku

Begitu banyak cinta telah mengambil dariku

 

Aku kesepian

Aku kesepian di keramaian

Mengeluarkanmu dari ingatan

Bak menceraikan angin dari awan

 

Takut

Takut

Aku sangat takut

Kehilangan seseorang yang tak pernah kumiliki

Gila, gila rasanya

Gila karena cemburu buta

Yang tersisa hanya kenangan

Saat kau meninggalkanku sendirian

Di bawah rembulan yang menyinari kota kecilku

    yang ditinggalkan zaman

Sejauh yang dapat kukenang

Cinta tak pernah lagi datang

 

Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman

Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman

 

(dalam Padang Bulan)

 

TENTANG ANDREA HIRATA

Andrea Hirata Seman Said Harun, pengarang tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Lahir di Belitung, 24 Oktober 1982;

Pilihan tampilan komentar

Pilih cara kesukaan Anda untuk menampilkan komentar dan klik "Simpan pengaturan" untuk mengaktifkan perubahan.
Foto soe prie adie

sayang,.. Biasanya penaku

sayang,..
Biasanya penaku menari indah seperti ballerina...
seketika ia tersedak...
Kerongkongannya meradang,
Tersumbat tinta emas yg tiba tiba mengering,
Syairkupun terhenti
Pada aksara " CINTAKU "

Foto soe prie adie

MATI ......... Aku pernah

MATI
.........

Aku pernah melupakan cinta itu untukmu
karna yakin bersamamu adalah sesuatu yg tak harus aku untuk menundanya
Tahukah engkau...
ketika rembulan dan bintang berebut sinar cahya, untuk ia kirim kebumi...
Tiap tiap butiran cahaya yang terpantul selalu menjadi penenangku saat gelap,..
Dan ketahuilah pula bahwa aku selalu mengurainya dengan desir angin
Kuubah ia dari simfoni yang paling sederhana menjadikanya kuncup, mekar, lalu menebar wangi disetiap lekuk kesendirianku.
Sampailah pada sentuh kelopak tanganmu.
Ya,aku mengenalkan cintaku padamu
Ya,cinta yang pernah mengoyak dadaku...
meraih hatiku...
Mengunyahnya dengan taring taring tajam, lalu menelanya kedalam lorong-lorong gelapnya.
Hati dan cintaku tertikam belati berkarat
Detak nadi terhenti
Aku tlah mati.
Hingga sampai aku mengenalmu
Seperti kabut pagi...
Kau tiup nafas cinta yg sebelumnya mati.
Taman taman yg kering meranggas ,...
berangsur angsur bersemi
Lautan kekecewaan luas yg pernah membungkus daratanpun mulai menepi, cumbu bilik pantai..
ya,aku hidup kembali
Hidup sebagai manusia yg membutuhkanmu tuk berkasih..
tetapi, ..
Setelah semua terbingkai rapi..
Setelah Kupanjang ia disetiap sudut ruangan hati..
Cumbuan mataku tak henti hentinya mengagumi..
Karna kuyakin engkau termiliki
Dan kumilikmu sejati..

kini...
Cinta itu kembali pergi
Kembali hati melunjur kedalam jurang dari tebing yang paling tinggi
Lidah kekecewaan terjulur lebih panjang dari sebelumnya kali ini.
Aku menjadi bangkai hidup yg tak memiliki jiwa...
Terhuyung langkah tak memiliki tujuan berarti.
Karna Cintaku kembali kehabitatnya...
......MATI.....

oleh: soe prie adi.
9/1/15

Foto SIHALOHOLISTICK

tapi aksara yang tercekat itu

tapi aksara yang tercekat itu kaget,
akh.... betapa tiada berarti aku di depan "CINTA"

terima kasih atas kunjungan saudara Soe Pri Adie
Salam kenal dari tanah Batak

=@Sihaloholistick=

Foto soe prie adie

Pinjamkan pikiranmu untuk

Pinjamkan pikiranmu untuk lomba puisiku
Agar aku bisa menjadi seperti hal nya dirimu
Andrea Hirata idoalaku

Foto soe prie adie

Menunjukkan

Menunggumu seolah berkelahi
dengan waktu
Menantimu bagai bergulat
dengan kelabu
Langit sore hingga malam
membiru gelap berderu
Hingga kepastian ntah datang atau tidaknya dirimu
Menjadi makanan di setiap hariku

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler