Skip to Content

SI RAJA OMAS

Foto SIHALOHOLISTICK

Mite Si Raja Omas berasal dari Kabupaten Simalungun. Konon, pada zaman dahulu kala, ada seorang raja yang mempunyai enam orang istri. Walaupun istrinya sudah enam orang, ia belum juga mempunyai anak. Oleh karena itu, ia mengawini seorang wanita lagi dengan harapan akan mendapatkan keturunan. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tidak berapa lama kemudian, istrinya yang ketujuh itu pun hamil. Raja sangat bahagia. Ia menjaga dan memanjakan istrinya tersebut dengan sangat berlebihan sehingga menimbulkan rasa iri hati pada istrinya yang lain.
     Sembilan bulan kemudian, lahirlah seorang anak laki-laki dari istri ketujuh raja tersebut. Anak itu diberi nama Si Raja Omas. Raja dan istrinya bersuka cita menyambut kelahiran Si Raja Omas. Sebaliknya, enam orang istri raja yang tidak mempunyai anak itu merasa sangat iri melihat Si Raja Omas. Oleh karena itu, mereka berniat untuk mencuri bayi tersebut dan membuangnya, agar kasih sayang raja kepada mereka tidak berubah.
Keenam orang istri raja itu pun berunding dan menyusun rencana. Mereka lalu menjalankan rencana yang sudah disepakati. Maka, suatu malam mereka mencuri Si Raja Omas dan memasukkannya ke dalam sebuah labu besar yang sudah dikosongkan isinya. Labu itu kemudian dihanyutkan ke sungai.
     Keesokan harinya, seorang perempuan tua yang sedang menangkap ikan di sungai melihat labu besar itu sedang terapung-apung. Ia mengambil labu tersebut dan membawanya pulang ke rumah. Betapa terkejutnya ia saat melihat dalam labu tersebut terdapat seorang bayi laki-laki. Sesungguhnya, selain terkejut ia juga sangat gembira. Karena, ia berpikir bahwa bayi tersebut akan menjadi anaknya. Ia akan mengasuh dan menyayangi anak tersebut seperti anak kandungnya sendiri. Karena, hingga suaminya meninggal, ia tidak pernah melahirkan anak.
     Beberapa tahun kemudian, setelah tumbuh menjadi seorang pemuda, Si Raja Omas bekerja menyadap aren untuk mengambil niranya. Nira tersebut dijadikan tuak dan dijual di kedai yang didirikannya di dekat rumahnya. Tuak yang dijual Si Raja Omas sangat istimewa rasanya, sehingga terkenal ke mana-mana. Dari berbagai tempat, orang ramai berdatangan untuk minum tuak di kedai Si Raja Omas. Orang semakin ramai datang setelah tersiar cerita bahwa Si Raja Omas mempunyai sebuah gong kecil yang disebut mongmongan. Kalau mongmongan itu dibunyikannya, suaranya berkata-kata seperti manusia dan menyebutkan bahwa yang punya mongmongan itu bernama Si Raja Omas, penjual tuak yang istimewa.
     Sementara itu, Sang Raja, ayah Si Raja Omas sudah lama sakit-sakitan. Suatu ketika, raja mendapat kabar bahwa di suatu kampung ada seseorang yang menjual tuak dengan rasa yang sangat istimewa. Sang Raja menyuruh seseorang untuk segera pergi membelinya. Ketika Sang Raja meminum tuak tersebut, penyakitnya segera sembuh. Karena itu, Sang Raja pergi menemui penjual tuak tersebut. Ketika Sang Raja tiba di kedai tuak Si Raja Omas, kebetulan Si Raja Omas sedang membunyikan mongmongannya untuk menghibur orang-orang yang sedang minum tuak di dalam kedainya. Seperti biasa, mongmongan itu mengeluarkan bunyi seperti suara orang yang berkata-kata. Bunyinya,” Lihatlah, Sang Raja sudah datang untuk minum tuak Si Raja Omas”.
     Mendengar suara mongmongan itu, tahulah Sang Raja bahwa pemuda yang menjual tuak itu adalah anaknya, Si Raja Omas, yang dahulu hilang ketika masih bayi. Dengan perasaan yang sangat gembira, Sang Raja mengatakan kepada Si Raja Omas bahwa ia adalah putranya. Untuk mengetahui apakah perkataan raja itu benar atau tidak, Si Raja Omas mengajak raja untuk menemui perempuan tua yang selama ini dianggapnya sebagai ibu kandungnya.
     Ketika mereka bertemu, perempuan itu menceritakan kepada Sang Raja dan Si Raja Omas, bahwa dahulu ia menemukan seorang bayi laki-laki dalam sebuah labu besar yang terapung-apung dibawa  air sungai. Bayi itu adalah Si Raja Omas. Setelah mendengar cerita ibu tersebut, yakinlah Si Raja Omas bahwa ia memang betul putra raja. Untuk membalas jasa perempuan tua itu, Sang Raja mengizinkan Si Raja Omas untuk tetap tinggal bersama perempuan tersebut, sampai tiba waktunya kelak Si Raja Omas akan dinobatkan menjadi raja untuk menggantikannya.
     Pada suatu hari, perempuan itu menyuruh Si Raja Omas pergi mandi ke sebuah telaga di tengah hutan. Tidak berapa lama kemudian, ketika Si Raja Omas sampai di dekat telaga itu, dilihatnya tujuh orang gadis yang sangat cantik sedang mandi di telaga itu. Pakaian mereka terletak di atas semak-semak yang tumbuh di tepi telaga itu. Dengan sembunyi-sembunyi, Si Raja Omas mengambil salah satu dari pakaian mereka dan menyembunyikan pakaian tersebut dari penglihatan orang lain.
     Ketujuh gadis itu adalah putri dewa yang turun dari khayangan dan ingin mandi di bumi. Selesai mandi, mereka mengenakan pakaiannya masing-masing dan terbang kembali ke khayangan. Namun salah seorang dari mereka, yaitu yang bungsu tidak bisa terbang kembali  ke khayangan karena pakaiannya disembunyikan Si Raja Omas. Akhirnya, Si Raja Omas menikahi putri bungsu dewa tersebut.
Meskipun telah menjadi istri Si Raja Omas, putri dewa itu tidak henti-hentinya mencari pakaiannya yang disembunyikan Si Raja Omas, karena ia ingin kembali ke khayangan. Setahun kemudian, lahir anak mereka. Menurut pikiran Si Raja Omas, karena mereka telah memiliki anak maka istrinya tidak akan ingin lagi kembali ke khayangan. Oleh karena itu, ia tidak lagi selalu mengawasi istrinya. Dengan demikian, istrinya mendapat peluang yang lebih banyak untuk mencari pakaiannya yang disembunyikan Si Raja Omas.
     Pada suatu hari, istri Raja Omas berhasil menemukan pakainnya yang sudah lama disembunyikan suaminya itu. Pakaian itu segera dikenakannya. Dengan terburu-buru ia mengambil anaknya yang sedang tertidur di ayunan. Akan tetapi, Si Raja Omas cepat-cepat mengambil anaknya dan berusaha menangkap istrinya. Namun dengan cekatan istrinya mengelak dan terbang berputar-putar di atas rumah. Melihat istrinya yang hendak merebut anaknya, Si Raja Omas segera mengambil ramuan yang baunya tidak enak. Ramuan itu dilumurkannya ke wajah anaknya. Si Raja Omas berbuat begitu agar istrinya enggan mengambil anaknya. Sebab, istrinya sangat benci terhadap ramuan yang tidak enak baunya.
     Tidak lama kemudian, istri Si Raja Omas terbang ke angkasa. Namun, kedua orang tuanya tidak mengizinkannya masuk ke khayangan karena ia sudah terlalu lama tinggal di bumi. Oleh karena itu, menjelmalah istri Si Raja Omas itu menjadi saringgon, yaitu angin yang menderu-deru menerbangkan hujan lebat.
     Sejak itu, kalau kaum ibu di Simalungun mendengar saringgon, mereka akan segera melumuri wajah bayi atau anak mereka yang masih kecil dengan ramuan yang tidak enak baunya. Mereka berbuat demikian, agar bayi atau anak mereka tidak diambil oleh putri khayangan yang telah menjelma menjadi saringgon.##


# Diceritakan kembali oleh Sastra Seratus Kilometer

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler